BAB 2

Romance Completed 599

Aku hanya ingin melihat, seperti apa takdir bekerja. Akankah ia mempertemukan kita lagi kelak dan seperti apa ia mempermalukan waktu juga jarak yang telah memisahkan kita. Seperti katamu, kelak kita akan bertemu, terlepas dari apakah kamu memang seseorang yang ditakdirkan menjadi masa depanku, atau kau memang pantas menjadi masa lalu.

Thalia bangun dengan peluh yang bercucuran membasahi wajahnya. Lagi-lagi ia memimpikan hal yang sama. Tentang seorang pria yang entah mengapa memilih untuk meninggalkannya.

“Are you okay?” tanya seseorang yang sekarang tengah duduk di sebuah sofa panjang yang ada di kamar Thalia .

“Yes. I am.” Sepertinya Thalia tidak terkejut sama sekali dengan kehadiran Cynthia di kamarnya sepagi ini.

Cynthia adalah satu-satunya sahabat yang dimiliki Thalia Cynthia adalah seorang desainer baju muslimah. Pekerjaanya yang tidak terikat waktu membuatnya bisa menyempatkan diri untuk berolahraga dan kemudian mengunjungi Thalia setiap hari. Tidak mengherankan jika ia telah berada di kamar Thalia pada pukul lima dini hari seperti saat ini.

“Aku ingin sholat dulu, kamu jangan kemana-mana ya. Ada yang ingin aku ceritakan.”

Cynthia hanya menganggukkan kepala tanda setuju. Thalia kemudian bergegas menunaikan sholat subuh dengan khusuk. Tak butuh waktu lama, Thalia telah selesai dengan kewajibannya dan langsung merapikan kembali mukenah yang tadi ia gunakan.

Ia langsung mendudukkan diri di samping Cynthia . “Jadi apa yang ingin kamu tanyakan?” tanya Cynthia to the point.

“Maaf kalau aku baru bisa menceritakan hal ini padamu sekarang. Sebenarnya semenjak ingatanku hilang aku sering memimpikan seseorang. Aku tak tahu pasti siapa orang itu. Yang aku tahu dia seorang pria. Dan setiap kali aku memimpikannya, dia selalu mengatakan sesuatu.”

“Sesuatu? Apa itu?” tanya Cynthia dengan kedua alis yang bertaut.

“Kau tahu, karena aku begitu sering memimpikan orang ituaku bahkan menghafal kata demi kata yang ia ucapkan. Ia lalu kata demi kata yang ia dengar di mimpinya. Apa menurutmu hal ini tidak aneh?”

“Menurutku hal itu biasa saja. pria itu mungkin adalah salah satu bagian dari ingatanmu yang hilang. Dan mungkin dia adalah salah satu sosok yang seharusnya tidak kamu lupakan.” Jawab Cynthia enteng.

“Apa menurutmu ada seseorang yang mencintaiku? Atau mungkin yang aku cintai?”

“Aku tak begitu yakin. Seingatku dari awal kita bertemu sampai saat ini kamu tidak pernah menceritakan nama seorang pria sekalipun. Apa kamu lupa saat kita masih SMA, aku mengenalkanmu dengan senior kita dan kamu langsung mengacuhkannya. Jujur aku masih saja merasa besalah padanya.”

Thalia tiba-tiba saja terbahak mendengar penuturan Cynthia . Ia mengingat kembali seperti apa juteknya seorang Thalia Diandra jika berurusan dengan makhluk bernama laki-laki.

“Apa kau tahu seperti apa rupa laki-laki itu?” tanya Cynthia di sela tawa sahabatnya. Thalia langsung terdiam. Ia seperti mencoba untuk mengingat seperti apa sosok yang sering ia temui dalam mimpinya.

“Dia tampan, alisnya yang lebat menambah kesan tegas bada wajahnya. Tetapi wajah itu begitu teduh. Seperti aku sedang berada di bawah pohon yang rindang. Apa jangan-jangan dia seorang malaikat?”

Alis Cynthia langsung bertautan begitu mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan sahabatnya. “Sudahlah, hentikan fantasimu yang berlebihan. Mana mungkin kau menemui seorang malaikat?”

Thalia hanya menyegir kuda. Benar kata sahabatnya, mana mungkin ia menemui seorang malaikat yang berkata hal semacam itu kepadanya. Itu benar-benar tidak masuk akal.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience