Rate

BAB 1

Drama Completed 318

Ma, yang itu belum bersih.Tolong disapu lagi.”
“Baik, Pak.”

Itulah kerjaku setiap hari sebagai penjaga yang bertugas membersihkan areal masjid dan merawatnya. Harus patuh pada apa yang diperintahkan dewan pengurus rumah Tuhan ini. Tiada pilihan lain walau gajinya tak seberapa. Aku bekerja, bukan menyumbang tenaga.Aku butuh makan maka harus dibayar.Sering terselip keinginan membobol kotak amal supaya menambah penghasilan. Tapi jika berhasil kucuri isinya, mereka akan mengejarku sampai ke ujung dunia. Seumur hidup menjadi buronan.Padahal, saat ini pun statusku seorang pelarian.

Ya, aku kabur dari rumahku gara-gara pertentangan yang sudah berlangsung lama dengan ayahku.Penyebabnya kerana agama.Jika agama bisa mendamaikan dunia, bagiku pula sebaliknya.Selama ini orang-orang selalu alergi bicara agama.Takut dibilang menyenggol SARA, menistai, menodai sesuatu yang disakralkan sejarah. Aku kerap bersinggungan ketika ayah menggunakan ayat-ayat Tuhannya untuk menghakimi orang lain sebagai penyimpang dan tersesat dari jalan kebenaran. Kerana prestasinya itu, dia mendapat jabatan mentereng di masjid dekat rumah.

Adik lelakiku sempat mengungsi ke rumah temannya gara-gara dilarang bermain musik.Ayahku memarahinya habis-habisan kerana musik merupakan sesuatu yang diharamkan agama. Jika ayah memberinya uang dan uang itu digunakan untuk bermain musik atau membeli hal-hal yang berkaitan dengan musik maka sama saja ayahku menyuruhnya berbuat dosa. Alasan dosa kolektif itu sering digunakan ayah untuk menerapkan aturan dalam keluarga.Sedangkan adikku yang perempuan selalu menjadi penipu setiap keluar rumah kerana ayahku melarang anggota perempuan dalam keluarga untuk memakai celana panjang.Adikku selalu menggunakan rok panjang atau baju kurung saat berangkat kerja, lalu berganti celana jeans begitu di luar.Kadang di toilet umum, pombensin, atau tempat perbelanjaan.

Bertahun-tahun aku menutupi praktik kamuflasenya dengan menjadi munafik, asalkan tak muncul murka ayah. Lama kelamaan aku tak tahan lagi dengan kepura-puraanku sendiri. Umurku mulai beranjak kepala tiga.Aku tak ingin menghabiskan usiaku dengan tekanan demi tekanan batin.Suatu malam aku memutuskan segalanya; keputusan yang membuat masa depanku mengabur.
Dengan tekad bulat aku melewati pagar depan tanpa ijasah sarjana. Bahkan pendidikanku yang saat itu sedang melanjutkan studi pascasarjana terpaksa aku campakkan.Kukubur cita-citaku menjadi seorang intelektual muda, akademisi, peneliti, dan sebagainya.Demi melanjutkan hidup, membayar kos-kosan dan makan sehari-hari, aku bekerja serabutan.Kebanyakan adalah mencari para mahasiswa muda yang kesulitan menyelesaikan tugas akhir mereka.Bukan cuma sarjana muda, tapi aku juga menawarkan kepada teman-temanku semasa kuliah di pascasarjana untuk aku kerjakan tesis mereka.Tentu dengan jaminan kualitas bagus.Yang penting sesuai bayarannya.Persetan apakah pekerjaan itu hina dan terlarang.Toh mereka yang kuliah itu juga pengin cepat lulus denga nilai tinggi agar dapat mendapatkan ijasah. Bagi yang sudah bekerja, ijasah juga amat diperlukan untuk menaikkan prestise, pangkat dan jabatan.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience