Series
718
Tahun ini puasa di kampung halaman ayah di Purwokerto, kami sekeluarga berpuasa di kampung ayah selama tujuh hari, hari ini kami berangkat ke kampung halaman ayah.
Di Purwokerto, rupanya kakek sudah menunggu kedatangan kami, di Purwokerto kami tinggal di rumah sendiri, tidak di rumah kakek.
Bandung
Di rumah Irfandi,
Di meja makan..
"Kalian cepat ya sarapannya, terus kalian ke mobil, ayah, pakde sudah menunggu di mobil soalnya", kata Titah.
"Siap bunda", sorak Citra, Silvy, dan Kamil.
Di mobil Irfandi..
"Titah dan anak-anak sudah selesai sarapan belum Fandi, dan kita berangkat jam berapa ?", tanya Arfan.
"Titah sudah selesai sarapan", jawab Irfandi.
"Ah sotoy kamu, kamu tau darimana kalau Titah sudah selesai sarapan kan kamu dari tadi disini bersama dengan saya dan kamu juga tidak main hp ?", tanya Arfan lagi.
"Itu dibelakang kamu ada siapa ?", tanya Irfandi.
"Dibelakang, astaghfirullahalazim, ada Titah, Fandi", jawab Arfan.
"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Arfan dan Irfandi.
"Wa'alaikumussalam", Arfan dan Irfandi menjawab salam dari Titah.
"Yuk mas masuk kedalam mobil", kata Titah.
"Loh bun, anak-anak kok gak ikut turun kebawah untuk ke mobil, memangnya anak-anak belum selesai sarapan ya bun ?", tanya Irfandi lagi.
"Belum ayah", jawab Titah.
"Oh..", kata Irfandi.
Purwokerto
Di rumah kakek,
Di depan rumah kakek..
"Fandi dan Arfan jadi datang tidak ya ke rumah ?", tanya pak Joko.
"Bapak kenapa ya kok dari tadi gelisah ?", tanya Linda.
"Bu..", kata Eka.
"Iya ka, kenapa ?", tanya Linda lagi.
"Ibu kenapa lihat kakek seperti itu, ada apa dengan kakek bu ?", tanya Eka.
"Tidak apa ka, itu loh ibu lihat kakek mu gelisah seperti itu", jawab Linda.
"Iya ya, kakek kenapa ya bu ?", tanya Eka lagi.
"Tidak tau, coba kamu tanya gih", jawab Linda lagi.
"Oke bu", kata Eka lagi.
Bandung
Di rumah Irfandi,
Di depan rumah Irfandi..
"Anak-anak mana ya lama sekali, bunda whatsapp anak-anak ya di grup ?", tanya Irfandi.
"Enggak yah, bunda lagi whatsapp mas Aldi, titip rumah", jawab Titah.
"Oh.., ayah kira bunda whatsapp anak-anak di grup keluarga", kata Irfandi.
"Kenapa gak ayah saja yang whatsapp anak-anak di grup keluarga", sambung Titah.
"Oh iya, ya sudah ayah whatsapp anak-anak saja deh", kata Irfandi.
"Emm..", sambung Titah lagi.
**
Percakapan Titah dan Aldi lewat whatsapp.
"Assalamu'alaikum mas Aldi, Titah titip rumah ya", kata Titah.
"Wa'alaikumussalam, iya tah, kunci rumahmu mau kamu antar ke rumah atau mas Aldi yang ambil ke rumahmu ?", tanya Aldi.
"Gak usah diambil ke rumah mas, nanti diantar ke rumah mas kok", jawab Titah.
"Oh gitu, ya sudah", kata Aldi.
"Oke", sambung Titah.
"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Aldi.
"Wa'alaikumussalam", Aldi menjawab salam dari Titah.
**
Percakapan di grup whatsapp keluarga Irfandi.
"Assalamu'alaikum, anak-anak sudah selesai sarapan belum, kalau sudah cepat ke mobil ya ?", tanya Irfandi.
"Wa'alaikumussalam, Citra belum ya", jawab Citra.
"Wa'alaikumussalam Silvy sudah", jawab Silvy.
"Wa'alaikumussalam Kamil sudah, tapi Kamil sedang di kamar mencari topi dan komik", jawab Kamil.
"Oh gitu ya sudah, ayah tunggu cepat, jangan lama-lama nanti sampai Purwokerto nya malam", kata Irfandi.
"Siap ayah", sambung Kamil.
"Aaaasiapp ayah", sambung Citra.
"Oke ayah", sambung Silvy.
**
Masih di depan rumah Irfandi..
"Anak-anak sibuk dengan urusannya masing-masing fan, bun", kata Irfandi.
"Iya tau Fandi", sambung Arfan.
"Bunda juga tau kok ayah, bunda nyimak di grup", sambung Titah.
"Oh, emm fan", kata Irfandi lagi.
"Ngapa Fandi ?"
(Kenapa Fandi ?),tanya Arfan.
"Kabari bapak ya, bilang yen sedhela iseh awake dalan ngono, nunggu anak-anak buyar karo urusan ne masing-masing"
(Kabari bapak ya, bilang kalau sebentar lagi kita jalan gitu, nunggu anak-anak selesai dengan urusannya masing-masing), jawab Irfandi.
"Oke..!!", seru Arfan.
Purwokerto
Di rumah kakek,
Di depan rumah kakek..
"Assalamu'alaikum kek", Eka memberikan salam pada pak Joko.
"Wa'alaikumussalam", pak Joko menjawab salam dari Eka.
"Kek kok dari tadi Eka dan ibu perhatikan gelisah, kenapa ?", tanya Eka.
"Ini loh nduk, kakek itu bingung bapakmu, om Fandi dan keluarga jadi atau tidak ke rumah", jawab pak Joko.
"Oalah gitu ta, ku kira kenapa, bu..", kata Eka.
"Iya ibu dengar kok nduk", sambung Linda.
"Kek mau kemana ?", tanya Eka lagi.
"Mau angkat telepon, bapakmu telepon nih", jawab pak Joko lagi.
"Oh..!!", seru Eka.
**
Percakapan Arfan dan pak Joko lewat telepon.
"Assalamu'alaikum fan", pak Joko memberikan salam pada Arfan.
"Wa'alaikumussalam pak", Arfan menjawab salam dari pak Joko.
"Leh, kamu dan Fandi jadi ke rumah gak ?", tanya pak Joko.
"Jadi pak", jawab Arfan.
"Sudah sampai mana ?", tanya pak Joko lagi.
"Masih di rumah Irfandi pak, belum berangkat, tunggu anak-anak turun ke bawah", jawab Arfan lagi.
"Oh gitu, ya sudah kalau begitu bapak tunggu di rumah ya", kata pak Joko.
"Inggih pak"
(Iya pak), sambung Arfan.
"Assalamu'alaikum leh", pak Joko memberikan salam pada Arfan.
"Wa'alaikumussalam pak", Arfan menjawab salam dari pak Joko.
**
Masih di depan rumah pak Joko..
"Alhamdulillah, akhirnya bisa tenang juga setelah mendapatkan kabar dari Arfan", kata pak Joko.
"Kenapa kek, bapak bilang apa, jadi kan ke Purwokerto ?", tanya Eka.
"Jadi nduk", jawab pak Joko.
"Alhamdulillah", kata Eka.
Bandung
Di rumah Irfandi,
Di depan rumah Irfandi lagi..
"Kepriwe fan, apa jare bapak ?"
(Bagaimana fan, apa kata bapak ?), tanya Irfandi.
"Jare bapak, bapak wis menunggu awake neng purwokerto"
(Kata bapak, bapak sudah menunggu kita di Purwokerto, Fandi), jawab Arfan.
"Oh ngono, bun.."
(Oh gitu, bun..), kata Irfandi.
"Anak-anak, mbah kakung wis ngenteni awake neng purwokerto, yuk berangkat, kalian wis atau durung ?"
(Anak-anak, kakek sudah menunggu kita di purwokerto, yuk berangkat, kalian sudah atau belum ?), tanya Titah.
"Sampun bun"
(Sudah bun), jawab Kamil.
"Mangga mangkat bun"
(Yuk berangkat bun), kata Silvy.
"Ngapa yen Titah sing celuk anak-anak teras mudhun, ra anggo alasan aiueo ya, haduh.."
(Kenapa kalau Titah yang panggil anak-anak langsung turun, tidak pakai alasan aiueo ya, haduh..), sambung Irfandi.
"Ayah sih kurang tegas, mboten kaya bunda"
(Ayah sih kurang tegas, tidak seperti bunda), kata Citra.
"Iya bener tuh ayah tenan lembek, sing tegas dong"
(Iya benar tuh ayah terlalu lembek, yang tegas dong), kata Silvy lagi.
"Tau terlalu lembek, hu.. Ayah hu..", sambung Kamil yang meledek Irfandi.
"Ayah kalian itu bukan lembek, tapi isti tau", kata Arfan.
"Isti, isti itu apa pakde Arfan ?", tanya Kamil.
"Ikatan suami takut istri, Kamil", jawab Arfan lagi.
"Ayah bukan takut istri, tapi ayah yang terlalu sayang dan takut kehilangan bunda kamu tau, karena mendapatkan bunda kamu itu susah, susah, gampang tau", kata Irfandi.
"Haaaa, maksudnya susah, susah, gampang, gimana yah ?", tanya Kamil lagi.
"Banyak saingan nya", jawab Irfandi.
"Oh gitu", kata Kamil, Citra, dan Silvy.
"Sudah kan bahasnya, kalau sudah yuk berangkat ?", tanya Titah.
"Sudah bun..", jawab Kamil, Citra, Silvy, Arfan, dan Irfandi.
Dan akhirnya kami berangkat ke kampung ayah (Purwokerto).
sudah terbit ya
Share this novel