Nemu Majikan

Romantic Comedy Series 718

Hari ini adalah hari Senin, aku dan kakak-kakak ku sudah siap untuk sekolah dan seperti biasa bunda belum menyiapkan sarapan untuk sarapan pagi ini, karena kami belum memiliki asisten rumah tangga. 

Di kamar Titah dan Irfandi.. 
"Huh segar, sudah mandi, ayah ini handuknya", kata Titah yang baru saja mandi dan memberikan handuk pada suaminya. 

"Iya bun, terimakasih..", sambung Irfandi. 

"Yah..", seru Titah memanggil suaminya. 

"Iya bun, ada apa ?", tanya Irfandi. 

"Baju kerja ayah sudah bunda siapkan ya dan sudah ada di kasur ya ayah..", jawab Titah. 

"Iya bunda..", seru Irfandi. 

"Ya sudah, bunda mau ke kamar anak-anak ya ayah, mau lihat anak-anak sudah siap atau belum", kata Titah. 

"Iya bun..", seru Irfandi lagi. 

Di ruang tengah.. 
"Mau kemana tah ?", tanya Arfan. 

"Mau ke kamar anak-anak mas", jawab Titah. 

"Oh, eh tah, gak usah biar mas Arfan saja yang ke kamar anak-anakmu", kata Arfan. 

"Oh gitu, ya sudah, kalau begitu saya mau ke kamar lagi deh, ada dokumen yang tertinggal di sana", sambung Titah. 

"Oh ya..", seru Arfan. 

"Terimakasih ya mas Arfan, sebelumnya", kata Titah. 

"Iya sama-sama", sambung Arfan. 

"Loh bun, mau kemana, katanya mau ke kamar anak-anak tadi ?", tanya Irfandi. 

"Mau ke kamar lagi ayah, dokumen bunda ketinggalan di kamar, kalau anak-anak mas Arfan", jawab Titah lagi. 

"Oh gitu ya sudah..", seru Irfandi lagi. 

"Iya..", sambung Titah. 

Kami pun ke meja makan dan kami juga meminta bunda untuk segera menghidangkan sarapan pagi untuk kami, ketika bunda ingin menghidangkan sarapan pagi telepon rumah berbunyi.

Ternyata yang menelepon adalah mbah buyut yang ingin tinggal di rumah karena di rumahnya merasa kesepian setelah kakung dan uti tinggal bersama dengan bulik Ayu (adik dari bunda) di Jakarta. 

Di meja makan.. 
"Sarapan anak-anak..", seru Irfandi. 

"Mau sarapan pake apa ayah, tuh lihat belum ada sarapan pagi di meja makan", keluh Kamil. 

"Hemm, kamu kaya baru kenal bunda mu saja..", sambung Arfan. 

"Oh iya ya..", seru Silvy. 

"Bunda..", seru Cita memanggil Titah. 

"Iya sayang..", sambung Titah. 

"Sarapan paginya mana ?", tanya Citra. 

"Oh iya lupa, sebentar bunda hidangkan dulu ya sarapan paginya..", jawab Titah. 

"Duh ada telepon lagi, ayah angkat teleponannya", pinta Titah. 

Di ruang tengah lagi.. 
"Iya bunda", seru Irfandi. 

Di dapur.. 
"Wah ini tidak bisa seperti ini nih, aku harus cari asisten rumah tangga, supir, dan pengasuh anak untuk jaga Citra di rumah dan antar jemput Citra sekolah juga, tapi tetap kayanya aku harus diskusi dengan ayah", kata Titah. 

Di ruang tengah lagi.. 
"Semir sepatu selesai", kata Irfandi yang baru selesai menyemir sepatunya. 

Di meja makan lagi.. 
"Haduh itu telepon rumah kok bunyi terus sih, Citra, ayah mana ?", tanya Titah. 

"Masih di ruang tengah bunda, lagi nyemir sepatu", jawab Citra. 

"Ayah..", seru Titah yang memanggil Irfandi. 

Di ruang tengah lagi.. 
"Iya bunda..", jawab Irfandi. 

Di meja makan lagi.. 
"Tolong angkat telepon dulu dong, bunda sedang sibuk menghidangkan sarapan pagi nih..", pinta Titah. 

Di ruang tengah lagi.. 
"Siap bunda..", Irfandi melaksanakan perintah Titah. 
                     ** 
Percakapan Irfandi dan mbah Sakiman lewat telepon. 

"Halo..", kata Irfandi yang tidak mengetahui kalau yang menelepon adalah mbah Sakiman. 

"Eh Fandi, gak sopan ya kamu, Irfandi..", sambung mbah Sakiman. 

"Mbah Sakiman, maaf mbah..", kata Irfandi lagi. 

"Hayuk di ulang, tetapi dengan sopan ya awas kalau seperti itu lagi, tau sendiri akibatnya nanti..", sambung mbah Sakiman lagi. 

"Iya mbah, assalamu'alaikum mbah Sakiman", Irfandi memberikan salam pada Titah. 

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", mbah Sakiman menjawab salam dari Irfandi. 

"Nah gitu dong, istrimu mana ?", tanya mbah Sakiman. 

"Ada mbah, sedang menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga", jawab Irfandi. 

"Panggil, bilang mbah Sakiman mau berbicara dengannya", pinta mbah Sakiman. 

"Oh iya mbah, tunggu sebentar ya mbah..", kata Irfandi. 

"Ya cepat..", seru mbah Sakiman. 

"Ya..", sambung Irfandi. 
                     ** 
Masih di ruang tengah.. 
"Iih.., saya kira siapa yang telepon ternyata kakeknya istriku, bunda..", keluh Irfandi dan kemudian Irfandi memanggil Titah. 

Di meja makan lagi.. 
"Iya ayah, kenapa ?", tanya Titah. 

Di ruang tengah lagi.. 
"Bunda..", seru Irfandi yang memanggil Titah dan telepon rumah di letakkan di ketiaknya. 

Bogor 

Di rumah mbah Sakiman 
Di ruang tengah.. 
"Emm..", kata mbah Sakiman yang mencium sesuatu. 

"Kenapa kangmas ?", tanya mbah Jumirah. 

"Kok saya mencium sesuatu ya diajeng..", jawab mbah Sakiman. 

"Ah masa sih kangmas, bukan saya loh kangmas, saya wangi loh ya, nih kalau tidak percaya cium saja", kata mbah Jumirah. 

"Coba sini, emm oh iya ya wangi, tapi ini beda loh diajeng, baunya itu asem-asem gimana gitu..", sambung mbah Sakiman. 

"Emm iya benar kangmas, emm dari sini baunya kangmas", kata mbah Jumirah lagi yang mecium hp milik mbah Sakiman. 

"Ah masa sih, emm iya benar Diajeng dari hpku baunya..", sambung mbah Sakiman yang kemudian mbah Sakiman mencium hpnya. 

"Emm benar kan kangmas, makannya jangan ngeyel kangmas.., sudah ah saya mau ke kamar dulu", kata mbah Jumirah lagi. 

"Emm si Irfandi kurang asem..", sambung mbah Sakiman dengan kesal. 

Bandung 

Di rumah Irfandi 
Masih di ruang tengah.. 
"Duh bunda lama sekali ya, bun, bunda..", seru Irfandi yang memanggil Titah dan menjepitkan telepon rumah ke ketiaknya. 

Di meja makan lagi.. 
"Iya ayah sebentar..", seru Titah. 

Di ruang tengah lagi.. 
"Cepat bun..", seru Irfandi. 

Di meja makan lagi.. 
"Iya ayah sebentar, haduh si ayah di bilang sebentar, sebentar gak sabaran banget sih, anak-anak kalian makan saja duluan ya, emm mas Arfan, Titah minta tolong boleh ?", tanya Titah. 

"Boleh, apa itu tah ?", tanya Arfan juga. 

"Tolong ambilkan kerupuk dan sambal ya di meja, dapur..", jawab Titah. 

"Oh oke..", seru Arfan. 

"Terimakasih ya mas..", sambung Titah. 

"Sama-sama", kata Arfan. 

Di ruang tengah lagi.. 
"Bunda..", seru Irfandi. 
                     ** 
Percakapan Irfandi dan mbah Sakiman lewat telepon. 

"Fandi, Irfandi..", seru mbah Sakiman yang marah pada Irfandi. 
                     ** 
Masih di ruang tengah.. 
"Waduh mbah Sakiman marah nih kayanya", kata Irfandi dengan ketakutan karena masih menjepitkan telepon rumah ke ketiaknya. 
                     ** 
Percakapan Irfandi dan mbah Sakiman lewat telepon. 

"Amit mbah Sakiman, inggih enten menapa ?" 
(Permisi mbah Sakiman, iya ada apa ?), tanya Irfandi. 

"Kula kersa tanya nggih sami panjenengan, panjenengan taruh telepon griya panjenengan dimana baunya asem kados niki ?"  
(Saya mau tanya ya sama kamu, kamu taruh telepon rumahmu dimana baunya asam seperti ini ?), tanya mbah Sakiman juga. 

"Kula jepit ing ketiak kula mbah, punapa memangnya mbah ?"  
(Saya jepit di ketiak saya mbah, kenapa memangnya mbah ?), tanya Irfandi lagi. 

"Pantas, panjenengan tau mboten , ambu ne punika loh mengganggu" 
(Pantas, kamu tau tidak, bau nya itu loh mengganggu), jawab mbah Sakiman lagi. 

"Waduh, apunten mbah, apunten, Irfandi mboten sengaja" 
(Waduh, maaf mbah, maaf, Irfandi tidak sengaja), kata Irfandi yang meminta maaf pada mbah Sakiman. 

"Panjenengan niki nggih, nggih sampun ampun panjenengan ulangi, sakmenika pundi bojo panjenengan mbah kersa crios kaliyan piyambakipun"  
(Kamu ini ya, ya sudah jangan kamu ulangi, sekarang mana istrimu mbah mau berbicara dia), kata mbah Sakiman. 

"Niki mbah, ing iringan kula" 
(Ini mbah, di samping saya), sambung Irfandi. 

"Nggih sampun berikan teleponnya, kula kersa crios kaliyan bojo panjenengan"  
(Ya sudah berikan teleponnya, saya mau berbicara dengan istrimu), pinta mbah Sakiman. 

"Inggih mbah, inggih.."  
(Iya mbah, iya..), Irfandi melaksanakan perintah dari mbah Sakiman. 
                     ** 
Masih di ruang tengah.. 
"Nih bun..", Irfandi memberikan telepon rumahnya pada Titah. 

"Maksud ayah ?", tanya Titah. 

"Mbah Sakiman telepon, mau berbicara dengan bunda katanya", jawab Irfandi. 

"Oh, ya sudah mana sini teleponnya", kata Titah yang meminta telepon rumahnya pada Irfandi. 

"Ini bun, ayah mau pake sepatu dulu..", kata Irfandi yang memberikan telepon rumahnya lagi. 

"Emm..", seru Titah. 
                     ** 
Percakapan Titah dan mbah Sakiman lewat telepon.

"Assalamu'alaikum mbah Sakiman", Titah memberikan salam pada mbah Sakiman. 

"Wa'alaikumussalam nduk..", mbah Sakiman menjawab salam dari Titah. 

"Ada apa ya mbah, katanya mas Irfandi, mbah Sakiman ingin berbicara dengan Titah ?", tanya Titah. 

"Jadi seperti ini loh nduk, mbah kakung dan mbah putri di rumah yang di Bogor itu merasa kesepian, jadi mbah Sakiman mau tinggal sama kamu, di rumah kamu..", jawab mbah Sakiman. 

"Apa !!, Jadi mbah Sakiman dan mbah Jumirah ingin tinggal di rumah bersama dengan saya dan keluarga..", Titah kaget mendengar perkataan mbah Sakiman. 

"Kenapa nduk, kok kaya orang kaget gitu, gak suka ya mbah kakung tinggal di rumahmu ?", tanya mbah Sakiman. 

"Bukan begitu loh mbah Sakiman, maksud aku itu, bapak dan ibu itu kan kasih rumah ini untuk Titah agar Titah dan mas Irfandi bisa hidup mandiri kan mbah kakung ?", tanya Titah dengan mencari alasan. 

"Iya benar apa kata kamu, nduk, tapi di sini mbah Sakiman dan mbah Jumirah itu kesepian, seharusnya bapak dan ibu mu itu tinggal di sini menemani mbah kakung dan mbah putri, eh ini enggak malah bapak dan ibu mu tinggal bersama adikmu di Jakarta, dan satu lagi nduk..", jawab mbah Sakiman lagi. 

"Apa itu mbah ?", tanya Titah lagi. 

"Mbah kakung juga bosan tau di rumah lihatnya dua asisten rumah tangga, kalau gak Cengek, Betta, kalau gak Betta ya Cengek, pokoknya mereka berdua saja deh setiap hari", jawab mbah Sakiman lagi. 

"Titah sih memperbolehkan mbah kakung dan mbah putri untuk tinggal di rumah ku, tapi aku harus diskusi dengan mas Irfandi dulu..", kata Titah yang masih mencari alasan. 

"Haa.., diskusi dengan Irfandi dulu..", sambung mbah Sakiman yang kaget mendengar perkataan dari Titah. 

"Iya mbah..", seru Titah yang masih mencari alasan.
                     ** 
Bogor 

Di rumah mbah Sakiman 
Masih di ruang tengah.. 
"Sini hpnya kangmas, biar saya yang berbicara dengan cucu kita..", kata mbah Jumirah yang meminta hpnya mbah Sakiman. 

"Iya nih..", sambung mbah Sakiman yang memberikan hpnya pada mbah Jumirah. 
                     ** 
Percakapan Titah dan mbah Jumirah lewat telepon. 

"Assalamualaikum nduk..", mbah Jumirah memberikan salam pada Titah. 

"Wa'alaikumussalam mbah putri", Titah menjawab salam dari mbah Jumirah.

"Kenapa harus menunggu kamu dan Irfandi diskusi, hari ini mbah Sakiman dan mbah Jumirah sudah siap untuk pindah ke rumahmu", kata mbah Jumirah. 

"Bukan gitu mbah putri, tapi..", sambung Titah yang masih mencari alasan dan terpotong perkataannya oleh mbah Jumirah. 

"Ya sudah sekarang gini saja deh, Irfandi mana ?", tanya mbah Jumirah. 

"Haa, mas Irfandi ya mbah putri", jawab Titah kaget saat mbah Jumirah menanyakan keberadaan Irfandi. 
                     ** 
Bandung 

Di rumah Irfandi 
Masih di ruang tengah.. 
"Bun, bilang ayah sudah berangkat ke kantor ya..", kata Irfandi yang berbicara dengan berbisik-bisik pada Titah. 

"Oke, siap ayah..", sambung Titah yang berbicara dengan berbisik-bisik juga. 
                     **
Percakapan Titah dan mbah Jumirah lewat telepon. 

"Jadi gini loh mbah putri, mas Irfandi itu..", kata Titah yang masih mencari alasan pada mbah Jumirah dan di potong perkataannya oleh mbah Jumirah, karena mbah Jumirah sudah bisa menebak apa yang ingin di katakan oleh Titah. 

"Haiya jangan bilang Irfandi sudah berangkat ya nduk..", sambung mbah Jumirah. 
                     ** 
Bunda ketahuan berbohong dengan alasan ayah sudah berangkat ke kantor, dan kami yang masih di meja makan mendapatkan pengumuman dari grup whatsapp sekolah, kalau mulai hari ini kami sekolah online di hp kami masing-masing.  

Mas Kamil dan mbak Silvy kerja kelompok di rumah temannya, sedangkan aku ke rumah guru les ku untuk mengerjakan semua tugas yang sekolah berikan. 

Ketika rumah sepi mbah buyut tiba di rumah, mbah buyut akhirnya tinggal di rumah kembali, begitu juga dengan lik Paijo, kata ayah lik Paijo adalah asisten rumah tangga yang sudah lama di pecat oleh mbah Jumirah, dan bekerja kembali di rumah masih sebagai asisten rumah tangga, karena lik Paijo sudah menolong ayah dari perampok yang ingin merampok uang dan barang-barang berharga milik ayah yang lainnya. 

Bogor 

Di rumah mbah Sakiman
Di depan rumah.. 
"Sudah semua koper kamu masukan ke dalam mobil Betta ?", tanya mbah Sakiman. 

"Sudah ndara romo sepuh, sudah semua saya masukan ke dalam mobil", jawab Betta. 

"Ya sudah langsung saja berangkat, ingat ya ngek, jaga rumah", pinta mbah Jumirah. 

"Laksanakan ndara ibu sepuh", Cengek melaksanakan perintah dari mbah Jumirah. 

Di mobil mbah Sakiman.. 
"Ya sudah Betta hayuk berangkat..", pinta mbah Jumirah. 

"Laksanakan ndara ibu sepuh", Betta melaksanakan perintah dari mbah Jumirah. 

Bandung 

Di rumah Irfandi 
Di meja makan lagi.. 
"Hp bunyi..", seru Silvy. 

"Sama hp ku juga bunyi", sambung Citra. 

"Dari grup whatsapp..", sambung Kamil juga. 

"Mas Kamil, mbak Silvy ganti baju yuk..", kata Citra. 

"Yuk..", sambung Kamil. 

"Yuk, untung belum sarapan dan masih tunggu bunda sama ayah", sambung Silvy juga.  

"Eeh.., anak-anak..", seru Arfan. 

"Iya pakde..", sambung Citra. 

"Mau kemana kok bawa tas kalian segala sih, kan kalian belum pada sarapan, sudah mau berangkat sekolah ya ?", tanya Arfan. 

"Enggak pakde, kita mau ke kamar ganti baju, taruh sepatu, dan tas", jawab Kamil. 

"Haa, berarti gak sekolah dong, bolos ya kalian ?", tanya Arfan lagi. 

"Enggak pakde, kita gak jadi tatap muka, dan tadi dari grup sekolah, masih belajar di rumah dan masih sekolah online", jawab Silvy. 

"Oh gitu, ya sudah cepat ya di tunggu sarapan bareng", kata Arfan. 

"Iya pakde..", seru Citra lagi. 

Di ruang tengah lagi.. 
"Gimana ayah, apa kata mbah putri ?", tanya Titah. 

"Tetap mau tinggal di sini bunda, haduh gimana ya bunda ?", tanya Irfandi. 

"Ya kalau bunda sih boleh mbah putri dan mbah kakung tinggal bersama kita di rumah", jawab Titah. 

"Haduh bunda, kenapa jawabnya boleh, seharusnya jangan dong bunda, wah gak asik nih.." kata Irfandi yang berbicara pelan agar Titah tidak mendengarnya. 

"Tapi kan ayah, apa tadi ayah ngomong apa ha.., seharusnya jangan dong bunda, maksudnya gak boleh kalau mbah Sakiman dan mbah Jumirah tinggal di sini gitu, iya..?", tanya Titah. 

"Bu, bu, bu, bu..", jawab Irfandi dengan gugup karena ketahuan perkataannya di ketahui oleh Titah. 

"Apa, apa, apa, haa, haa.. ?", tanya Titah lagi dengan nada mengancam Irfandi. 

"Enggak bunda, bukan apa-apa kok, yuk sarapan pagi, yuk, kasihan anak-anak lama menunggu kan anak-anak juga sekolah bunda hari ini", jawab Irfandi yang mencari alasan dan takut di hukum oleh Titah. 

"Ya sudah yuk, kita ke meja makan", kata Titah. 

"Huh.., selamat huh..", sambung Irfandi sambil menghela nafas. 

"Kenapa ayah ?", tanya Titah lagi. 

"Enggak apa-apa kok bunda, yuk ke meja makan", jawab Irfandi. 

episode 03 sudah up ya, selamat membaca dan semoga terhibur, terimakasih

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience