Rate

BAB 4

Drama Completed 393

Aku berdiri di depan ruangan -tempatku melaksanakan tes 2 jam yang lalu-. Aku baru saja mengikuti tes untuk jurusan arsitektur di salah satu universitas ternama di Indonesia. Setelah mengalami cekcok yang cukup lama, akhirnya kedua orangtuaku menyetujui dan mendukung sepenuhnya kerana mereka sadar inilah hidup dan cita-citaku. Aku berjanji atas nama diriku sendiri akan membuktikan kepada mereka bahwa pilihanku tepat. Jantungku berdegup kencang.
Tiba-tiba seorang petugas menempel selembar kertas di papan pengumuman yang letaknya tak jauh dari ruang tesku. Dengan hitungan detik, papan pengumuman dikerumuni oleh para peserta tes. Perlu usaha ekstra untuk dapat melihat nama-nama yang tercantum di kertas itu. Pandanganku berhenti disatu nama. ‘FADLI Gunawan ’. Aku diterima. Yes! Aku berhasil! Orang pertama yang terbesit di otakku adalah Khenza. Aku langsung berlari menuju parkiran dan melajukan mobilku dengan cepat.
Setelah sampai di kampus -yang lebih tepatnya akan menjadi mantan kampusku-, aku langsung menuju Gedung Fak. Psikologi. Aku sudah lama tidak melihat Khenza belakangan ini, gadis itu memang sulit ditemukan. Tapi aku yakin hari ini pasti boleh bertemu dengannya. Aku ingin dia adalah orang pertama yang mengetahui kabar bahagia ini sebelum orang tuaku sendiri. Setelah 15 menit berkeliling namun aku tidak menemukan gadis itu, kemana dia? Aku melihat beberapa mahasiswi berbincang-berbincang tak jauh dari tempatku berdiri.
“Permisi, kalian kenal Khenza?” Tanyaku kepada mereka
Mereka menatapku aneh. Mereka tidak menjawab pertanyaanku tapi mereka justru saling pandang satu sama lain.
“Kalian kenal Khenza salah satu mahasiswi psikologi di kampus ini?” Tanyaku ulang
“Khenza Sania?” Balas salah satu dari mereka
“Mungkin, aku tidak mengetahui nama lengkapnya” Jawabku. Bodoh! Kenapa aku tidak pernah bertanya tentang nama lengkap Khenza? Pasti di kampus ini nama Khenza tidak hanya satu. Aku mengumpat diriku sendiri dalam hati.
“Ikuti kami!” Pinta salah satu yang lain dari mereka.
Aku bernapas lega. Aku sudah tidak sabar memberitahukan kelolosanku ini. Pasti dia tidak akan menyesal telah mendukungku. Ku ikuti langkah mereka dengan perasaan senang dan jantungku berdegup sangat kencang. Semakin kuakui Khenza telah mendominasi hati dan pikiranku. Gadis itu memang membuatku kagum. Langkah mereka berhenti tepat di depan papan pengumuman. Aku memandang mereka heran. Pandanganku beralih ke papan pengumuman didepanku.
Dunia seperti berhenti berputar. Napasku tercekat. Seperti tidak ada oksigen yang boleh kuhirup. Dadaku terasa sesak. Tidak mungkin!
“Siapa yang berani-beraninya membuat pengumuman ngawur seperti ini?!” Teriakku tiba-tiba
“Tapi itu kenyataan Fadli ” Jawab mereka hampir bersamaan
Aku menarik paksa pengumuman ditanganku.

Innalillahi Wainnaillaihirojiun
Telah meninggal dunia Khenza Sania Putri, Salah satu mahasiswi psikologi terbaik kampus ini. Semoga amal ibadahnya senantiasa diterima oleh Allah SWT.
9 Juli 2012
Di papan pengumuman itu terdapat banyak foto Khenza dan kertas yang berisi doa-doa mahasiswa lainnya untuk Khenza. Tidak mungkin! Tanggal pada pengumuman itu berarti 1 bulan yang lalu tapi 3 minggu yang lalu aku berbincang-bincang dengannya di taman. Ia mendengarkan semua ceritaku dan memberi solusi atas masalahku. Pasti pengumuman ini salah!
Aku menoleh ke arah kelompok mahasiswi yang memberitahuku tadi, mereka menangis tersedu-sedu. “Khenza meninggal kerana penyakit komplikasi yang di deritanya sejak kecil” Ucap salah seorang dari mereka.
Mengapa ini terjadi begitu cepat? Dari sudut mata, aku menangkap sosok Khenza. Langsung ku arahkan pandang ke sosok itu. Ya itu Khenza. Dengan wajah pucat dan baju yang sama ketika aku terakhir bertemu dengannya, ia tersenyum kepadaku. Tak lama ia melambaikan tangannya menandakan selamat tinggal. Aku masih tercengang melihatnya. Tiba-tiba sosok itu perlahan-lahan menghilang. Inderaku masih berusaha menangkap bayangan itu, tapi terlambat. Aku merasakan mataku memanas. Aku langsung berlari menuju mobil.
Didalam mobil kutumpahkan semua airmataku. Semua kesedihanku, semua rasa kehilanganku. Disaat aku menyadari perasaanku kepadanya tapi ia justru pergi untuk selamanya. Ia pergi sebelum aku sempat mengungkapkan perasaan yang menggangguku belakangan ini. “Terima kasih Khenza, kamu mengajarkanku banyak hal. Aku janji aku akan memberikan yang terbaik. Aku janji untukmu” Gumamku pelan disela-sela jatuhan airmataku. “Aku.. men… cintaimu Khenza!”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience