Rate

BAB 3

Horror & Thriller Completed 200

Aku melayang mencari Hazel, rupanya dia masih di tempat parking, di dalam mobilnya. Dengan cepat aku duduk di mobilnya, tepat di sampingnya. Aku mencuba membuat Hazel boleh melihatku. “Hazel..” Suaraku gemetar memanggil namanya. Dia menolehku, wajahnya menjadi pucat pasi melihatku. Yah, tampangku memang sangat menyeramkan, bahkan aku tidak berani melihat kaca. “Han..” Suaranya mengembik. Aku ingin sekali tertawa, tapi aku menahannya.
“Tidak perlu takut Hazel, aku cuma, merindukanmu.”

“Kau, kau benar-benar Lydia . Tapi kau sudah mati, dan sekarang wajahmu tertutupi darah,” Wajahnya masih pucat.
“Aku tahu, dan sebenarnya aku tidak pernah bunuh diri. Ini semua perbuatan Fany,” Dia menggeleng, matanya kecil besar kecil besar terbundar seakan tidak percaya. “Beraninya kau menuduh Fany seperti itu!” Nadanya marah dan pergi meninggalkanku begitu saja.
Aku menangis teresak semula. Apa yang harus ku lakukan agar Hazel mempercayaiku? Aku tahu dia masih mencintaiku, aku tahu. Tanganku mengepal. “Fan, aku akan membalasmu,”

Pelbagai kejahatan telah ku lakukan kepada Fany, dan berkali-kali aku meyakinkan Hazel agar dia mempercayaiku. Akhirnya Fany dan juga Hazel merasa tekanan. Fany dihantui rasa bersalah, sedangkan Hazel, dia sangat ketakutan tapi mulai mempercayaiku. Fany sedang sendiri di kelas, ku hampiri dia. “Fan, katakan yang sesungguhnya kepada Hazel!!!” Suaraku menggema di dalam kelas, sehingga beberapa kertas jatuh dan berhamburan ke lantai. Fany menutup telinganya dan sangat ketakutan, tiba-tiba ku dengar pintu berderik lalu terbuka. Hazel melongok ke dalam kelas, dia terperanjat. Dengan cepat dia menghampiri Fany dan memeluknya lalu menyentakku.

“Fan!!! Katakan!!!” Amarahku memuncak dan suaraku begitu melengking.
“Oke, oke.. Aku membunuhnya!!” Hazel melepaskan pelukannya dan menatap Fany lekat-lekat. Fanny menunduk dan menangis tersedu-sedu sambil menutup telinganya, sampai aku tidak tega melihatnya. Ku harap dia tidak gila setelah ini.

“Aku melakukannya kerana aku mencintaimu Zel.” Hazel dan aku diam.
“Kau manusia paling kejam yang pernah ku kenal Fan!” Dia pergi dari kelas meninggalkan Fany dan aku. Ku buntuti dia, sementara Fany masih menangis di dalam kelas. Hazel berhenti di taman belakang sekolah. Aku akan membiarkannya, dia butuh waktu. Setelah kejadian itu, berhari-hari Hazel sama sekali tidak mau menyapa Fany, dia benar-benar benci. Ku cuba bicara dengannya saat dia sendiri di biliknya.

“Zel..” Suaraku melembut saat memanggilnya.
“Aku minta maaf kerana tidak mempercayaimu sebelumnya,” Kami bertemu pandang.
“Tak apa, wajar saja jika kau tidak percaya,”
“Aku sama sekali tidak menyangka sahabatku ternyata seorang pembunuh, dan dia membunuh orang yang ku cintai,” Tatapannya tertancap ke arahku.
“Jadi, ku rasa akan sulit memaafkannya,”
“Tapi, kau tidak boleh membencinya,”
“Apa? Setelah apa yang telah dilakukannya padamu? Beruntung aku tidak mengadukannya ke polisi.” Nada suaranya sinis saat mengatakan kalimat yang terakhir sambil menatapku dengan iba.

“Aku yang dibunuh, dan aku memaafkannya,” Aku mengedikkan bahu. Hazel hanya diam tanpa melihatku.
“Kau harus memaafkan Fany, ingatlah saat kalian bersama,”
“Keadaan sudah berbalik sekarang, dia mencintaiku,”
“Apa itu masalah? Kalian boleh seperti dulu,”

“Tidak akan, aku hanya mencintaimu dan asal kau tahu, saat dulu perhatianku berpindah darimu ke dia, itu kerana dia mengatakan bahwa dia akan dibunuh olehmu,”
“Apa? Tapi lupakan, aku memaafkannya. Dengarkan aku, kau pasti mau aku tenang dan kembali ke alamku kan? Tapi dengan keadaan seperti ini, aku tidak akan boleh . Kau harus tahu, Fany melakukan ini padaku kerana dia mencintaimu. Jadi, ku fikir kau akan bahagia dengannya. Dan saat itu terjadi, aku akan kembali ke alamku dengan tenang, tanpa harus melihat wajah darahku ini lagi.” Aku tersenyum ke arahnya meski aku tau air mata sudah menggenang dan tidak sabar untuk membanjiri pipiku yang terkoyak.

“Itukah yang kau inginkan?” Hanya mengangguk yang ku boleh .
“Baiklah, asal kau boleh tenang.”

Hazel sudah memaafkan Fany, dan mereka akhirnya berpacaran. Akhir yang bahagia untuk seorang pembunuh, dan akhir yang sangat pilu untuk diriku, sangat adil bukan? Sebenarnya aku tidak boleh kembali ke alamku, kerana aku tidak tahu caranya. Tapi, aku tidak pernah muncul lagi di hadapan Hazel atau Fany atau siapa pun. Meski kadang Hazel memanggil namaku, aku tetap diam di sampingnya sambil memperhatikannya dan mendengar suaranya. Ku harap Hazel tidak melupakan hantu dengan wajah penuh darah yang dicintainya, kerana hantu ini akan selalu ada di sampingnya, selalu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience