Rate

Cowok Mesum

Romance Series 3012

Sedang asik duduk menunggu bakso datang, tiba-tiba saja ada beberapa orang yang langsung mengambil alih tempat duduk ku, mang ujang dan bi Inah. Aku menatap mereka dengan tatapan sinis tapi tetap saja mereka menyuruh kami pergi dengan kasar. Apalagi beberapa cowok yang mengenakan masker. Sikap mereka benar-benar kurang ajar. Bi inah yang sudah tua saja di usirnya kasar. Membuat aku benar-benar marah. Aku melihat bi Inah yang beberapa kali melarang aku ikut campur dan menarik aku ke meja kosong yang ada di sebelah meja tadi kami tempati.

" Udah non... kita pindah aja " Ucap bi Inah pelan.

" Apa lo liat-liat " bentak cowok yang memakai masker merah dan topi hitam. Ingin rasanya aku tonjok tuch mukanya.

" Sabar non... " Ucap bi Inah pelan berusaha menenangkan aku yang jelas banget kalau sekarang aku lagi marah.

" Non.. baksonya " Ucap salah satu pelayan mengatarkan tiga bakso pesananku.

" Terimakasih paaa.... Shittttt " Umpat ku sambil menggerakkan tanganku yang kepanasan akibat tumpahan bakso.

" Yaaaaaa..... heiiiiii ..... cowok sialan .... " Teriak ku pada cowok dengan masker hitam topi hitam yang tadi menabrak pelayan hingga baksonya tumpah mengenai tanganku. Sontak membuat orang-orang yang makan di warung bakso dan ke empat temannya melihat ke arahku.

" Ahhhhhhh.... sialan " gerutu ku saat cowok itu dengan santainya berjalan tanpa menghiarukan teriakanku. Emosiku benar-benar memuncak. Aku nggak bisa lagi bersikap manis atau menahan rasa sabarku walaupun bi Inah dan mang Ujang berusaha menenangkan ku.

Ku ambil jeruk nipis yang ada di mejaku. Kutingting jeruk nipis tepat ke arahnya. Pasti kena batinku. Dan benar, sasaranku tepat. Jeruk nipis itu tepat mengenai kepalanya. Aku menatapnya bahagia, apalagi melihatnya meringis kesakitan. Puas rasanya.

" Anjirrrr... siapa yang berani melempar gue " Teriaknya kesakitan. Aku tersenyum bahagia. Orang seperti dia memang pantas dilempar, masih untung yang ada di depanku ini hanya jeruk nipis. Kalau itu batu, pasti sudah ku lempar pake batu. Bocor-bocor dech tu kepala.

Keempat temannya melihat kearahku. Walaupun mereka semuanya menggunakan masker dan topi. Tapi aku masih bisa melihat jelas mata mereka yang memancarkan ketakutan saat cowok yang tadi ku lempar menghampiri ku.

" Lo yang tadi ngelempar gue ??? " Tanya nya dengan nada marah.

" Iya... kenapa ??? " Jawabku santai.

" Berani-berani nya lo lempar gue. Lo nggak tau siapa gue ??? " teriaknya membuat telingaku semakin panas.

" Mana gue tau lo siapa ?? yang gue tau lo itu cowok yang kurang ajar " Ucap ku sinis sambil menatapnya dengan tatapan menantang. "Napa ??? Lo mau  pukul gue ??? Silahkan ?? " Tantang ku lagi dan membuatnya murka. Ke empat temannya merangkulnya berusaha menahannya karena ingin menyerangku. "Sini.... gue nggak takut "

" AKKHHhhhhh lepasin.... lepasin gue " teriaknya beringas karena teman-temannya masih setia memegangnya.

" Kalau berani satu lawan satu.. dasar cowok pengecut " tantang ku lagi yang sontak membuat mereka kesal. Ke empat temannya berusaha menahan emosi mereka tapi tidak dengan pria yang memakai masker hitam dan topi hitam. Dia dari tadi berontak berusaha melepaskan dirinya dari dekapan temannya. Dari tadi mata nya melihat ke arah ku dengan tatapan kebencian, seolah-olah aku ini musuh bebuyutannya.

" Nonnn udah dong non... jangan ribut lagi... pak, maaf baksonya di bungkus aja yach pak " Ucap bi Inah ketakutan.

" Tenang aja bi, gue nggak akan apa-apa kok. Kalau Cuma cowok culun seperti mereka mah, sekali ketis aja sudah KO... " Ucapku sombong.

" Ada apa ini ??? " teriak seorang pria yang kelihatannya umurnya 40 tahunan membuat salah satu dari mereka mendekatinya dan berbisik kepadanya. Ntah apa yang di bisikkannya hingga pria itu menyuruhnya masuk ke mobil.

" Udahhhh kalian semua masuk kemobil... Arditya masuk... " perintahnya.

Keren juga bapak ini, hanya satu kali perintah mereka semua langsung menurut. Begitu juga pria yang memakai masker hitam topi hitam. Walaupun keliatannya dia nggak rela disuruh masuk ke mobil tapi dengan paksaan temannya dia akhirnya masuk juga.

" Maaf pak.. ini uang untuk mengganti kerugian bapak... " Ucapnya dan berlalu meninggalkan pemilik warung termenung melihat uang di dalam amplop coklat yang kelihatannya lebih dari 5 juta.

" Aduhhh non.. kenapa sich ngajakin mereka berantem. Bibi kan takut, takut kalau non kenapa-kenapa " Ucap bi Inah pelan sambil memegang tanganku. Dan aku merasakan tangannya yang sedikit keriput itu bergetar.

" Bi inah jangan takut, nggak akan ada apa-apa dengan gue " Ucap ku sedikit menyombongkan diri.

" ayo non kita pulang "

" Baksonya ??? "

" Bibi sudah minta untuk di bungkus non.. "

" yaaaa... padahal gue pengen banget makan disini " ucapku kecewa karena bibi dari tadi mengajakku pergi.

" Ayo non pulang... nanti kalau ketahuan ma non mita kita bisa dimarahin " ucap Bi inah sambil menarik tanganku.

" Iya bi... " Ucapku sambil tersenyum tipis. Semenjak kejadian tadi, bibi kelihatannya panik banget. Tapi lucu juga kalau liat bibi panik gini. Jadi ke inget sama tante mery. Tante mery juga seperti ini kalau aku berkelahi dengan anak-anak disana.

" Bi... jangan bilang-bilang sama mita dan papa yach " Ucap ku pelan sambil mengedipkan mataku dan dibalas juga dengan kedipan mata bi Inah yang membuat aku tersenyum lebar.

*****

" Sayang.... bangun... " panggil papa sambil mengguncang-guncangkan badanku pelan. Ini salah satu kebiasaan jelekku, aku sulit banget untuk di bangunin kalau sudah tidur. Apalagi tadi malam aku baru tidur jam 4 pagi karena keasikkan nonton drama korea.

" Mmm paaaa... masih ngantuk.. 10 menit lagi yach " Pinta ku lemah karena belom 100 % sadar dari tidur ku.

" Apa kamu nggak mau hadir di pernikahan mita ??? "

" Oh my god... ini jam berapa pa ??? " Ucap ku panik karena baru sadar kalau hari ini adalah hari yang paling penting buat mita. Aku mengucek-ucek mataku yang masih ngantuk. Sungguh, mata ku ini nggak bisa diajak kompromi.

" Jam 7.. cepat sana mandi... " suruh papa. Dengan sempoyongan aku berjalan ke arah kamar mandi.

Jangan heran kalau papa setiap pagi membangunkan aku seperti anak kecil. Itu udah jadi kebiasaanku dan kebiasaan papa. Karena papa sampai sekarang masih menganggap aku malaikat kecilnya. Dan aku nggak pernah merasa keberatan dengan itu semua, jadi aku selalu bisa bermanja-manja dengan papa.

Beberapa kali aku membongkar koper ku tapi aku nggak menemukan kebaya warna peach yang sengaja aku beli untuk menghadiri pernikahan meta. Wahh kemana baju ku ???? mana acaranya bentar lagi. Dengan tergopoh-gopoh aku ke kamar mita dan mengobrak abrik lemarinya. Siapa tau aja mita punya baju kebaya yang bisa aku pakai.

" Cari apa Ca ??? " Ucap mita penasaran karena dari tadi aku mengobrak-abrik lemarinya.

" Kebaya ..... "

" Kebaya ??? "

" Iya... kamu punya kebaya nggak ??? kebaya gue ketinggalan nie..." panik ku.

" Nie.... " tunjuk mita pada selembar kartu nama berwarna merah.

" Miiiiitaaaaa... lo gimana sich ?? Gue kan nanyain kebaya kenapa lo ngasiin kartu nama ??? " Ucapku kesal, karena oon nya mita nggak pernah ilang-ilang.

" Ini kartu nama teman gue ca... dia designer, lo pergi aja kebutiknya " ucap mita sedikit terbata-bata karena sekarang dia sedang di make up. Tanpa bertanya lagi dan tanpa pamitan aku mengambil kartu nama yang di pegang mita dan mencari mang ujang untuk mengantarkan aku pergi ke alamat yang tertera di kartu nama tersebut.

Hanya butuh lima belas menit untuk sampai kebutik. Nggak berpikir panjang lagi, aku langsung masuk kesana.

" Ini kan butik gaun pengantin " Gumam ku pelan. Tapi ya sudah lah, yang penting kebaya yang aku cari bisa dapat disini.

" Mbak Cassandra ... " sapa salah satu pegawai butik tersebut sambil tersenyum menyambutku.

" Iya.... " ucap ku pelan sambil tersenyum. Kok dia tau yach namaku ??

" Silahkan ikut saya " Pinta pegawai itu dan aku hanya mengikutinya.

" Wahhhhh ternyata selera mita keren juga yach " kagum ku melihat kebaya-kebaya yang di tunjukkan pegawai itu. " Sorry... saya boleh coba kebaya ini ?? " pegawai itu mengangguk dan menuntunku ke arah ruang ganti pakaian.

"Maaf mbak... bisa bantu saa... " tiba-tiba aja ada yang memeluk ku erat dari depan. Sontak membuat aku terpaku sesaat.

?

" Maaf... bisakah lo diam bentar " Pintanya dengan suara ngosngosan, membuat aku yang dari tadi beronta menghentikan gerakan ku.

" Shiiiiiittttttt... " umpat ku saat kusadari kalau kebaya ku terbuka hampir menampakkan buah dada ku, untung aja dengan cepat aku menutupi dengan tanganku. Aku lupa kalau tadi aku kesulitan mengancing kebayaku dan berniat memanggil pegawai untuk membantuku mengancingkan kebayaku. Tapi keburu pria gila ini datang dan memelukku.

" Apa liat-liat !!! " Ketus ku sambil membetulkan kebaya ku. Matanya dari tadi nggak lepas ke arah dada ku, sambil menelan air ludahnya.

" Arditya..... Arditya.... i LOVE You... Arditya ...." terdengar suara teriak-teriak dari arah luar butik. Aku mendongak keluar tapi di hadang dengan pria menyebalkan ini. Dia membawaku kembali ke ruang ganti dengan paksa. Mulutku di dekapnya dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya memegang kedua tanganku dan di bantu dengan himpitan tubuhnya.

" Dasar cowok mesum... " Gumamku kesal dan kali ini benar-benar kesal. Dengan cepat aku layangkan tendangan ke arah juniornya. Sontak dia mengerang kesakitan. " Mampus lo " Ucap ku puas karena dia melompat-lompat kesakitan.

" Rasain lo... makanya jadi cowok jangan brengsek. " bentakku sambil melayangkan satu tonjokkan ke wajahnya yang membuatnya terjatuh terperembab di dekat meja.

" Ahhhh sakit tau... " Teriaknya sambil memegang bibirnya yang berdarah.

" Makanya jangan berani-berani ma gue " ucap ku dengan tatapan penuh dengan kepuasan.

" Ahhhh Mas Arditya kenapa ??? " panik pegawai yang tadi menemaniku saat melihat cowok yang barusan aku tonjok masih terduduk dilantai sambil memegang pipinya yang sakit. Cowok yang katanya namanya Arditya itu menatapku tajam. Dan aku nggak mau kalah, aku juga memberikannya tatapan yang lebih tajam lagi.

" Ehhhhhh kamu kan.... "

" Non..... non mita nelphone " ucap mang ujang sambil memberikan handphone ke arahku.

" Napa mita ?? "

" Lo dimana ??? Ini udah jam 8.30 tau... emang lo nggak mau liat gue nikah apa ??" Ucap mita dengan suara agak meninggi di telphone.

" Ya ampunnnn aku lupa... " aku panik saat melihat jam tangan ku. " Mbak.... saya ambil kebaya ini... tagihannya masukkan aja ke mita yach " Dengan cepat aku mengambil baju kaos ku dan membetulkan kebayaku yang beberapa kancingnya masih belum terpasang.

Arditya POV

Sialan tuch cewek berani-beraninya nonjokkin gue, emang dia nggak tau gue ini siapa ??? uhhhmmmm belakangan ini gue sial banget sich. Hari ini gue dikejar-kejar sama paparazzi dan tadi malam gue berantem sama cewek gila dan sekarang gue... ehhhh tunggu dulu, bukannya cewek tadi itu cewek yang tadi malam gue liat di warung bakso yach.

" Sya.... lo punya alamatnya nggak ??? " Ucap gue pada Syasya salah satu pegawai kakak gue. Yachh butik ini punya kakak gue.

" Punya mas.. kenapa mas ??? "

" Gue minta alamatnya ?? " Ucapku dengan tatapan sinis. Syasya menggeleng pelan, dia takut kalau nanti kak ardha akan marah kalau dia memberikan alamat costemer ke sembarang orang.

" Udah lo jangan takut, gue nggak akan bilang sama kak ardha kalau lo ngasiin alamatnya."

Sekarang gue udah dapat alamat lo, lo tinggal tunggu aja pembalasan dari gue. Lo udah dua kali bikin gue marah dan gue nggak akan biarin hidup lo tenang untuk selamanya. Jangan pernah berharap lo bisa lari dari gue. Jangan panggil gue Arditya Alexander Alfonso kalau gue nggak bisa buat hidup lo sengsara.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience