Rate

BAB 2

Drama Completed 669

Pagi ini cuaca sangat baik. Langit menggelapkan diri, banyak tetesan air yang mengguyur bumi, tanah jadi bergelimang becekan, tak ada yang dapat kerja, tak ada yang dapat sekolah. Hari yang sangat tepat bagi Bardasila untuk menambah keakraban dengan kakaknya yang memiliki hobi selfie tersebut. Dengan tubuh masih tergeletak di ranjang, ia memandang keluar pintu. Di situ ada kakaknya yang sedang memasak mi goreng. Tangan kanan memegang spatula, tangan kiri memegang ponsel yang berkamera depan delapan megapixel. Yap. Untuk apa lagi kalau bukan untuk selfie. Bardasila pun mendengus kesal.

“Aku tahu kalau wajahmu itu putih mulus berseri, kak!” Teriaknya.

“Itu jelas. Dan kau hanya dapat iri kerana wajahmu seperti jalan di depan rumah kita!”

Terlihat jelas dari jendela bilik mereka, seorang pengendara motor yang nyungsep ke selokan akibat berusaha menghindari lubang-lubang berisi air keruh di jalanan.

Bardasila yang baru bangun tidur, yang pipinya masih ada kerak ludahnya (biasanya disebut iler) , yang ujung matanya masih tersumbat partikel lembek (biasanya disebut belek), langsung bangkit dari ranjangnya dan segera menghantam kakaknya dengan tendangan maut super ala James Bon. Tunggu, sejak kapan Om James ahli tendang-menendang?

Buak!

Bardasila begitu marah kerana kakaknya selalu saja menghina adiknya sendiri. Ia sangat muak selalu disebut-sebut kerana perbedaan permukaan kulit wajah mereka. Selepas diterjang oleh adiknya, Yosi tak sedar kan diri. Lantas, ia bangkit dan berubah menjadi seekor siluman ular berkepala singa. Huahahaha!

Yak, cukup. Itu hanya bayangan alam sedar Bardasila . Ia tak berani melakukan adegan kekerasan tersebut. Ia anak baik-baik. Ia lebih memilih diam dan tidur lagi. Memang, orang baik cenderung malas. Mitos atau fakta!?

Usai sarapan, Bardasila mengawali percakapan dengan kakaknya lagi. Kala itu Yosi sedang berdandan di depan cerminnya yang sudah retak. Barangkali harga cermin lebih mahal ketimbang bedak two way cake-nya.

“Bedak itukah yang membuat wajahmu tetap mulus, kak?”

“Tidak juga.”

“Terus?”

“Itu rahasia yang takkan kau dapatkan dari siapa pun.”

Bardasila berdiri dan berjalan meninggalkan kakaknya yang masih tetap menatap ke cermin seBardasila i membedaki wajahnya yang bening itu. Kakak macam apa itu, main rahasia-rahasiaan dengan adiknya sendiri, batin Bardasila . Ia langsung masuk ke dalam bilik , membuka lemari dan mencari berkas-berkas keluarga seperti kartu keluarga dan akta kelahiran Yosi. Curiga berat melandanya.

“Bardasila !”

Deg! Bardasila terkejut. Saat sedang fokusnya mencari berkas, Yosi masuk ke dalam bilik dan mendapati adiknya dalam keadaan seperti maling. Bardasila bergetar dan langsung menyandarkan tubuhnya di lemari kayu itu. Kakaknya melangkah mendekati Bardasila . Tidak, itu bukan langkah biasa. Itu langkah pembunuh, berat dan mencekam. Pandangannya tajam dan beringas, seperti ingin memisahkan kepala Bardasila dengan tubuhnya. Bardasila memejamkan mata. Ia tak tahu apa yang terjadi setelah ini. Ia menyesal telah serumah dengan kakak bohongan seumur hidupnya. Inilah waktuku, batinnya. Ia berfikir ia belum lagi menikah, punya anak, dan punya cucu yang sangat imut. Oh, betapa cepatnya hidup ini. Andai saja aku dapat …

Plak!

“Au!”

Yosi mendaratkan pukulan keras di kening adiknya. Bardasila meringis.

“Dasar kakak yang kejam!”

Yosi diam melongo memandangi telapak tangannya yang putih mulus itu. Memangnya ada telapak tangan hitam?

“Tak kena. Ia berhasil kabur. Padahal tubuhnya sudah segemuk ayam potong.”

Bardasila melotot dan menganga terkejut lagi seBardasila i mengelus-elus keningnya. Ternyata kakaknya mengincar nyamuk yang ada di keningnya sedari tadi.

“Eits, itu dia datang lagi, Bardasila !”

Plak!

“Jangan bilang tak kena lagi!” Bardasila mengeluarkan bentakan yang penuh ketakutan.

Kakaknya tak tahu harus menggeleng atau mengangguk atas pertanyaan ambigu tersebut. Bardasila rasanya ingin menggigit dan membredel habis-hadapat n kakaknya setelah tahu tak ada bekas darah di telapak tangan Yosi.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience