Rate

BAB 4

Drama Completed 669

Hari ke hari, waktu terus melangkah cepat tak peduli apa pun. Bardasila selalu mengisi harinya dengan senyuman dan keceriaan. Kepercayaan dirinya juga meningkat pesat terutama saat meng-upload foto ke media sosial tanpa menggunakan aplikasi pemulus wajah. Banyak lelaki yang mendekatinya bahkan sampai ada yang ingin melamarnya. Tentu ia semakin sibuk dengan gadgetnya kerana mengurus banyak lelaki. Saking bahagianya dengan semua itu, ia pernah tak dapat tidur semalaman. Dalam bepergian juga mudah. Banyak lelaki yang menawarkan diri sebagai tukang ojek pribadinya. Tentu Bardasila punya skill manajemen yang mumpuni. Hari ini ia jalan dengan si A, besok si B, besoknya lagi si C. Sempat ada teman perempuannya yang mengetus pedas,

“Hei, ketombe!”

Bardasila menoleh ke belakang saat ia tengah berjalan dengan bergandengan tangan dengan seorang lelaki.

“Reni, siapa yang kau maksud dengan ketombe?”

“Tentu saja kau! Selalu menempel pada siapa saja! Itu kan kerja ketombe!”

“Enak saja! Seperti itukah orang iri ketika ia tidak mampu menjadi secantik Bardasila Sonya?”

“Sombong sekali kau! Ingat, dulu wajahmu seperti apa! Harusnya kau habiskan waktumu untuk bersyukur, bukan menjajakan wajahmu itu untuk diciumi habis-hadapat n dengan seBardasila ang lelaki! Dasar murahan!”

Tanpa aba-aba, kedua gadis tersebut bertarung habis-hadapat n di pinggir taman kota. Si lelaki hanya diam saja, malahan pergi berlari meninggalkan tempat kejadian. Tak ada yang melerai mereka. Justru pertarungan itu malah diabadikan sebagai video oleh beberapa orang dan diupload ke media sosial. Bahkan ada yang bertaruh pada mereka. Polisi tak kunjung datang padahal itu sudah menit kelima mereka bertarung. Tahu sendirilah, polisi selalu datang terlambat jika menjadi figuran. Kecuali bila mereka jadi lakon utama.

“Bardasila , hentikan!”

Tiba-tiba Yosi datang dan melerai mereka berdua. Meskipun dapat dibilang Yosi agak lambat datang, kerana wajah Bardasila dan Reni sudah penuh luka dan pakaian mereka juga sobek-sobek, tapi setidaknya itu berhasil membubarkan pertarungan yang tak pantas ditiru.

“Kenapa kau jadi begini, Bardasila ? Kau berebut lelaki?”

“Tidak, kak. Si bulu ketek zombi itu yang memulai duluan. Ia mengataiku sebagai seorang yang murahan.”

Tak ada yang mengira sebelumnya, ternyata dibalik itu semua, Reni membawa sebuah pistol. Langsung saja ia mengeluarkan dari saku jaketnya dan menembakkan sebuah peluru panas tepat pada garis lurus kepala Yosi dan kepala Bardasila . Orang-orang di sekitar taman tentu kaget bahkan menganga lebar. Kerana posisinya seperti ini: Reni—Yosi-Bardasila , dan Yosi membelakangi Reni, tentu kepala Yosi yang bakal tertembus peluru tersebut. Entah siapa editor dibalik cerpen yang tak bermutu ini, peluru itu ternyata bergerak slow motion! Ia berputar dan melesat di udara. Ekspresi jahat Reni terukir jelas di wajahnya. Bardasila yang mengetahui itu tentu menjerit begitu lebarnya sampai ia terpipis di celana. Detik-detik kematian Yosi telah tiba. Burung-burung bangkai menatap liar dan berdansa senang. Orang-orang begitu seksama menyaksikan peristiwa peluru yang begitu lambatnya sampai di batok tengkorak Yosi. Hei, ayolah, kenapa ini begitu lama sekali? Dasar editor video amatir! Jangan-jangan ia terlalu terbiasa menggunakan software gratisan.

Pluk!

Seonggok tahi cicak yang masih hangat menempel di bibir Bardasila . Ia jadi terbangun dan menjerit kala tahu ternyata seekor cicak buang air tepat di atas bibirnya. Tentu tahi itu tertelan begitu saja akibat Bardasila yang tak dapat mengontrol jeritannya. Pagi yang membahagiakan bagi Bardasila . Bangun tidur langsung sarapan tersedia tepat di atas bibirnya.

“Ya ampun, ternyata semua itu hanya mimpi! Syukurlah!”

Bardasila langsung bergegas menuju dapur demi bertemu kakaknya. Ia sangat gembira sekali semuanya ini dapat kembali berjalan normal.

“Loh, kak?”

Kaki Bardasila lemas dan dingin saat tahu kenyataannya bahwa wajah Yosi lah yang menjadi berjerawat. Ternyata mimpinya menjadi sebuah kenyataan!

“Kakak gundulmu! Aku iki Mbak Iyem tonggo kesayanganmu, nduk! Mbakyumu ngongkon aku ben nggawe sarapan neng omahmu. Soale mbakyumu enek pesta nenggon omah koncone! Lah mboh pesta opo. Wengi mau jarene mbakyumu lungo dipapak koncone, kiro-kiro jam rolas. Pokoke ojo takon aku soal mbakyumu meneh. Sing penting kwe sarapan sek ben lemu koyok pitikku! Hihihi!”[1]

Bardasila malah melongo mendengar penjelasan Mbak Iyem. Iya sama sekali tak mengerti apa yang dikatakan wanita bersuami satu itu yang kebetulan wajahnya mirip Yosi dan penuh jerawat. Ia pun memutar badan dan bernafas lega. Harapannya saat ini adalah kakaknya segera pulang sebab ia sangat merindukan kakaknya itu setelah mengalami mimpi buruk tadi.

Usai sarapan dengan Mbak Iyem, Bardasila mencuci wajahnya dengan sabun wajah milik kakaknya. Baru kali ini ia mengambil yang milik kakaknya. Dibasuhnya wajahnya itu dengan air pagi yang begitu menyejukkan. Setelah mengeringkan wajahnya dengan handuk, ia pergi bercermin. Dan ternyata..

“Hah? Kemana semua jerawatku? Tidak mungkin. Pantas wajah kakak selalu mulus. Ternyata sabun itu rahasianya!”

Ia langsung melompat riang dan bernyanyi seperti artis Bollywood. Dicari-carinya Mbak Iyem sampai ke ruang tv demi memberitahukan kejadian yang membahagiakannya ini.

Sampai di ruang tv, ia mendapati Mbak Iyem sedang menangis terisak-isak menyaksikan acara televisi pagi itu. Entah berita apa yang ditontonnya, Bardasila juga belum tahu.

“Ada apa, Mbak?”

Mbak Iyem tak mampu berbicara apa pun. Ia menggigit bibirnya sendiri dan air mata mengalir begitu derasnya. Ia hanya mampu menunjuk acara berita yang sedang ia tonton. Dengan rasa penasaran, Bardasila memperhatikan berita apa yang sedang dibawa.

“… Menurut beberapa saksi dan warga setempat, peristiwa penembakan ini dilatar belakangi masalah asmara. Kerana membawa pistol di saku jaketnya, tersangka pun langsung menembak Yosi Purnama tepat di kepala dalam jarak beberapa meter. Saat ini, jenazah korban sedang dalam tahap otopsi…”

Jerit histeris Bardasila memecah kesunyian pagi yang nyata.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience