Rate

BAB 2

Drama Completed 387

“INI DIA!” seru Ezra tanpa sedar. Perhatian istri dan kedua anaknya segera terarah padanya.
“Ada apa, Ayah?” tanya Ashanty .

Ezra segera membentangkan koran yang ia pegang di atas meja. Perhatian semua orang yang ada di tempat itu segera saja terfokus pada artikel kecil yang dimuat di dalam koran itu. Sebuah artikel yang berjudul,
PELAJAR PEREMPUAN HILANG.

Pelajar Perempuan yang disebutkan di dalam artikel itu memiliki ciri-ciri yang begitu mirip dengan gadis yang selalu Ezra temui di persimpangan jalan itu. Berambut hitam sebahu, terlihat terakhir kali memakai baju hitam lengan panjang, dengan tinggi sekitar 170 cm.
Nama gadis yang menghilang itu adalah Nataly Lowe, berusia 22 tahun yang tinggal di sebuah kamar asrama dekat dengan Boulder University, dimana gadis itu kuliah. Nataly terakhir kali terlihat tanggal 12. Tepat di saat Ezra melihat gadis itu untuk yang pertama kalinya.

“Kau yakin, Ayah?” tanya Adam.
“Maksudku…, apa benar memang Nataly ini yang kau lihat? Mungkin hanya memiliki ciri-ciri yang sama dengan…”
“Terlalu pas untuk sebuah kebetulan.” Potong Ezra . “Gadis itu memiliki ciri-ciri persis dengan apa yang ditulis di sini. Dan tanggal 12, adalah hari pertama aku melihat gadis itu.”
“Dan kemarin kau melihatnya lagi?”
“Ya.” Jawab Ezra . “Di tempat yang sama.”
“Berarti dia saat ini berada di kawasan kita ini?” tanya Sophea . “Ezra ! Apa yang harus kita lakukan? Gadis itu mungkin butuh pertolongan kita.”
“Apa mungkin dia tersesat?” tanya Ashanty . “Tapi rasanya mustahil, ‘kan? Kota Boulder hanya berjarak lima kilo dari pertanian ini. Dan apa yang ia lakukan di tengah area ladang?”
“Dia berkata, temannya akan menjemputnya.” Ucap Ezra . “Paling tidak itu yang ia katakan.”
“Lalu sekarang bagaimanaya?”

Ezra bangkit dari kursi yang ia duduki, lalu bergerak ke arah jendela. Langit di sebelah barat mulai menghitam, dan mungkin sore nanti akan turun hujan lagi. Jika Ezra ingin menemukan gadis itu, mungkin saat ini adalah waktu yang tepat.

“Adam, bantu aku!” ucap Ezra seraya bergerak meraih jaketnya. “Bawa Athira ! Dia mungkin bisa membantu.”
Dalam sekejap, Ezra dan Adam sudah berada di perempatan dimana gadis itu terlihat sebelumnya. Namun sejauh mana mereka mencari, mereka tetap tidak menemukan keberadaan gadis berbaju hitam itu. Bahkan tidak ada tanda-tanda sama sekali.

“Terlalu aneh untuk gadis muda berdiri di tengah ladang seperti ini.” Ucap Adam. “Kurasa memang ada yang tidak beres.”
“Dia juga bersekolah di Boulder University. Kau tidak mengenalnya?”
“Ada ribuan murid di sana.” jawab Adam. “Tentu aku tidak mengenal semuanya.”

Setelah lelah mencari dan tidak menemukan apapun, Ezra dan Adam kembali ke rumah. Langit hitam mulai membuung tinggi, siap untuk mengguyur kawasan itu.

“Sebaiknya aku melaporkannya pada polisi.” Ucap Ezra .

Malam harinya, hujan turun dengan deras. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam namun Ezra masih belum bisa tidur. Ia masih memikirkan soal gadis yang ditemuinya di tengah hujan itu. Apakah benar gadis itu adalah Cassandra? Dan kenapa Nataly ada di tengah pertanian seperti ini? Apakah ia mencoba lari dari sesuatu? Sesuatu yang mengancam nyawanya?
John yang mulai merasakan matanya berat lambat laun terserap ke dalam alam mimpi. Namun baru satu menit, ia bangkit ke posisi duduk dengan seketika saat ia mendengar gonggongan Athira dari lantai bawah. Tidak biasnaya Athira bersuara di malam hari. Ada yang tidak beres.

Ezra memutuskan untuk tidak membangunkan Sophea yang sedang tertidur pulas. Setelah meraih jaket, ia bergerak turun ke lantai satu, dimana ia menemukan Athira sudah berdiri di pintu depan dan terus menggonggong tidak tenang.

“Ada apa, Athira ?” tanya Ezra . “Ada yang tidak beres?”

Athira terus menggaruk-garukkan kaki depannya pada pintu, seolah ingin dibukakan pintu. Ezra menuruti permintaan anjingnya itu. Athira langsung berlari ke halaman, di tengah hujan, begitu pintu dibukakkan. Namun gonggongan anjing itu tidak berhenti.
Athira berlari ke sana-kemari. Ezra sedar bahwa Athira meminta dirinya untuk mengikuti anjing itu.

Ezra dengan segera meraih jas hujan dan senter dari dapur, lalu seketika keluar dair rumah. Hujan masih mengguyur dengan deras, dan kawasan pertanian seperti itu di malam hari terlihat begitu gelap, apalagi di tengah badai. Perlahan, Ezra mengikuti Athira yang bergerak menyusuri jalan keluar dari area pertanian. Dan anehnya, Athira mengarah pada perempatan yang bermasalah itu.

“Apa yang ingin kau tunjukkan, Athira ?” gumam Ezra sambil menyorotkan senternya ke setiap tempat. Dan beberapa saat kemudian, barulah Ezra tahu apa yang Athira inginkan.

Di kejauhan, Ezra dapat melihat sosok gadis berbaju hitam itu, yang lagi-lagi berdiri di perempatan, di bawah tiang lampu. Ini adalah kesempatan Ezra untuk menolong gadis itu.

Ezra segera berlari ke arah gadis itu. Namun sebelum ia sampai, gadis itu mulai bergerak menjauh dari area lampu.

“TUNGGU! KAU!” Ezra berteriak. Namun suaranya sia-sia saja di tengah guyuran hujan yang lebat itu.
“Kejar gadis itu, Athira !” seru Ezra sambil terus berlari. Athira bergerak di depan, mengikuti ke mana arah perginya gadis itu. Akan tetapi…

Ezra menghentikan langkahnya seketika saat ia mencaai sebuah jalan buntu. Ya. Jalan buntu. Gadis itu mengarah langsung pada ladang jagung. Tidak ada jalan lain. Dan gadis itu telah hilang.
Ezra tidak begitu saja menyerah. Ia berteriak, berseru mencoba untuk memanggil gadis itu keluar. Ia berpikir, mungkin gadis itu bersembunyi di antara tanaman jagung. Tapi…, Ezra tidak menemukannya.

Athira pun sepertinya sudah menyerah. Ia sudah berhenti mengonggong. Hujan yang deras masih mengguyur. Langit hitam, di tengah kawasan pertanian yang gelap. Gadis itu menghilang tanpa jejak.

“Mustahil!” seru Adam keesokan harinya saat Ezra menceritakan kejadian semalam. “Kau benar-benar melihatnya? Kau tidak berteriak memintanya untuk berhenti?”
“Tentu aku sudah melakukan hal itu.” Ucap Ezra . “Tapi seperti kataku, gadis itu aneh. Seolah ia sudah tidak memiliki emosi lagi di dalam dirinya, dan yang tersisa hanya senyuman tipis itu. Seolah bagian dalam dirinya sudah mati.”
“Kenapa kau berkata seperti itu?”
“Apakah orang normal akan terus berdiri di tempat yang sama selama beberapa hari, di tengah hujan?”

Tidak ada yang mempertanyakan ucapan Ezra itu. Sebab memang betul, tingkah laku yang ditunjukkan oleh gadis itu sudah tidak wajar. Dan kenyataan bahwa Ezra melihatnya berkali-kali, semakin menunjukkan bahwa keadaannya tidak beres.

“Biarkan Athira di rumah selama seminggu.” Ucap Ezra kemudian.
“Mungkin ia bisa membantuku menemukan gadis itu lagi.”

Adam dan Ashanty kembali ke Boulder di hari Senin. Ezra hari itu tidak melakukan kegiatan seperti biasanya. Ia merasa terlalu khawatir dengan gadis berbaju hitam itu. Apakah betul ia Nataly Lowe yang menghilang itu?
Ezra , bersama dengan Athira kembali ke perempatan jalan yang bermasalah itu. Ezra memeriksa segala tempat, segala permukaan tanah, ada kemungkinan benda dari gadis itu ada yang terjatuh, yang bisa ia gunakan sebagai petunjuk. Namun nyatanya tidak ada. Hingga matahri meninggi, Ezra tidak menemukan satupun petunjuk. Ia akhirnya pulang tanpa hasil.

“Sampai kapan kau akan terus memikirkan soal gadis itu?” tanya Sophea .
“Mungkin dia kabur dengan pacarnya, atau temannya ke suatu tempat.”
“Tapi kenapa dia selalu muncul di tempat itu?” balas Ezra . “Aku tahu hal ini memang aneh, dan…, ya. Memang bukan urusanku. Tapi aku merasa tidak akan tenang sebelum menemukan kenyataan mengenai menghilangnya Cassandra. Aku seolah ikut terlibat dalam hal ini.”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience