Rate

BAB 1

Drama Completed 387

Ezra Gregor merupakan seorang petani biasa, dengan kehidupan yang biasa-biasa saja. Namun sebuah keganjilan yang terjadi beberapa bulan yang lalu membuat Ezra berpikir bahwa, mungkin kehidupannya sebagai petani tidak membosankan seperti apa yang sering orang-orang bicarakan. Bahkan ia dapat berkata, ia senang kini menjadi seorang petani.

Ezra tinggal di desa Lenchister, Boulder, yang terletak di dalam kawasan Northshire. Ia memiliki sebuah ladang jagung yang cukup luas, yang bahkan sudah terkenal sebagai penyuplai terbanyak kota tersebut. Ezra , pada awalnya, menganggap bahwa kegiatan bertani bukanlah untuknya. Ia selalu memiliki impian lain. Namun kerana warisan dari keluarganya, ia harus mengurus ladang jagung yang cukup luas itu. Dan ia tidak memiliki pilihan lain.
Ia tinggal bersama dengan istrinya Sophea , dan memiliki dua orang anak remaja yang saat ini sedang berkuliah di Boulder University. Kegiatan Ezra setiap harinya selalu sama. Ia bangun di pagi hari, memeriksa ternak-ternaknya yang berada di kandang samping rumah, lalu sarapan di dapur sambil membaca koran, dan sisa hari ia lakukan dengan memeriksa ladang jagungnya. Tidak ada yang pernah berubah dari kegiatan kesehariannya itu. Hingga suatu kala…, suatu hal terjadi.

Hari itu merupakan sebuah hari di pertengahan tahun yang panas. Langit tiba-tiba saja menghitam dengan cepat saat Ezra masih mengurus jagungnya di ladang. Hujan tiba-tiba saja turun. Memaksa Ezra untuk segera kembali ke truknya dan bergerak kembali ke rumah. Namun di persimpangan jalan yang terletak tak jauh dari rumahnya, ia melihat sesosok gadis dalam balutan baju hitam tengah berdiri di tepi jalan, di tengah hujan, tanpa payung. Rambut hitam gadis itu terlihat basah kuyup, menutupi wajahnya yang terlihat putih pucat. Ezra yang merasa penasaran menghentikan truknya tepat di depan gadis itu. Gadis itu hanya mengangkat wajahnya sedikit, lalu tersenyum.

“Apa yang kau lakukan di tengah hujan seperti ini?” tanya Ezra . “Kau bisa sakit.”
“Aku sedang menunggu seseorang.” Jawab gadis muda itu.
“Rumahku ada di sekitar sini. Kau mau mampir sambil menunggu? Aku memiliki baju gantiku untukmu.”
“Tidak usah.” Balas gadis itu. “Temanku sebentar lagi akan datang. Terima kasih sudah menawari.”

Ezra tidak memiliki pilihan lain selain bergerak meninggalkan gadis itu di tengah hujan. Meski begitu, Ezra tidak dapat menghilangkan bayang-bayang gadis itu dari dalam kepalanya. Entah apa yang salah. Apakah kerana kenyataan gadis itu berdiri di hujan? Atau kerana alasan lain? Ezra pergi tidur malam itu dengan banyak pertanyaan masih memenuhi kepalanya.

Keesokan harinya, Ezra tiba-tiba saja teringat kembali dengan gadis yang berdiri di tengah hujan itu. Kerana ia tidak bisa menyimpannya sendiri, maka ia mencertakan hal itu pada Sophea .

“Apanya yang aneh?” balas Sophea . “Dia hanya gadis yang sedang menunggu temannya. Mungkin dia tidak mengira akan hujan, dan tidak membawa payung.”
“Tapi aneh.” Balas Ezra . “Aku merasa aneh saja. Ia basah kuyup, seolah ia sudah berdiri terlalu lama di sana. Dan pertanyaan lainnya, dari mana sebenarnya gadis itu? Perempatan itu jauh dari kawasan penduduk. Tidak mungkin dia bisa ada di sana tanpa alasan, ‘kan?”

“Ezra !” ucap Sophea sambil mendesah. Wanita itu seketika melupakan panci masakannya dan memandang serius ke arah suaminya itu.
“Kau tidak perlu memikirkannya.” Ucap wanita itu. “Yang perlu kau lakukan kini adalah apa yang akan kau perbuat pada salah satu kudamu yang sakit itu?”
“Benar.” Jawab Ezra seraya berdiri dari kursi yang ia duduki.

Dari pagi hingga siang hari itu, Ezra sibuk di kandang mengurus kudanya yang entah kenapa tiba-tiba sakit itu. Ia sedari pula bahwa gerak-gerik dari ternaknya yang lain tidak normal. Sapi-sapi tidak berhenti melenguh, dan kuda-kuda lain yang masih sehat terus menghentak-hentakkan kakinya. Kambing terus mengembek, dan para angsa terlihat tidak bisa diam. Seolah hewan-hewan itu ingin mengatakan sesuatu pada Ezra .

“Ada yang tidak beres dengan hewan kita.” Ucap Ezra saat kembali ke dalam rumah. “Sebaiknya aku mengunjungi dr. Stevenson. Aku ingin bertanya soal tingkah aneh ternak-ternak ini.”
“Ke Boulder?”
“Ya.” Jawab Ezra .

Kota Boulder hanyalah sebuah kota kecil yang terletak tak jauh dari peternakan dan pertanian Ezra . Ezra berhasil menemui dokter hewan Stevenson, namun Ezra tidak mendapatkan jawaban yang ia mau. Hewan-hewannya sepertinya tidak mengidap penyakit apapun. Lalu kenapa?

Langit tiba-tiba kembali menghitam saat Ezra keluar dari rumah dr. Stevenson. Hujan lagi, dan begitu deras. Petir beberapa kali menyambar, dan angin bertiup dengan begitu kencang. Bahkan sudah dapat dikatakan sebagai badai.
Ezra memandu truknya dengan hati-hati di tengah limpahan hujan deras itu. Jalan raya menjadi kabur dan tidak jelas kelihatan. Namun saat Ezra ingin membelok di simpang masuk ke kawasan rumahnya, dia melihat kembali gadis itu. Gadis yang sama, dalam balutan baju hitam yang sama. Berdiri di posisi yang sama, di tengah hujan lebat. Ezra, tanpa sedar menghentikan semula truknya tepat di depan gadis manis itu.

“Kau lagi.” ucap Ezra setelah membuka kaca jendela mobilnya. Sedikit air masuk ke dalam kabin, namun Ezra tidak mempedulikannya. Gadis itu kembali melepas satu senyum tipis.
“Apa yang sebenarnya kau lakukan?” tanya Ezra mengutarakan rasa penasarannya. Kerana ia berpikir tingkah gadis itu sudah tergolong aneh dan tidak wajar.
“Aku menunggu temanku.” Jawab gadis itu. Jawaban yang sama seperti yang terucap sehari sebelumnya. Yang membuat Ezra semakin menekuk alisnya.
“Temanmu sepertinya bukan teman yang baik, meninggalkanmu dalam hujan seperti ini.”
“Dia mungkin hanya terlambat.” Ucap gadis itu. “Kurasa dia akan datang sebentar lagi.”
“Kau yakin?” tanya Ezra . “Mampir ke rumahku! Kau bisa menggunakan telepon untuk…”
“Tidak apa-apa.” Potong gadis itu.
“Terima kasih.”

Sekali lagi, Ezra meninggalkan gadis itu berdiri dalam hujan deras. Dan Ezra , kembali masuk ke rumah dengan berjuta pertanyaan soal gadis misterius yang berdiri di tengah hujan itu.

“Gadis itu lagi?” ucap Sophea tidak percaya. “Kenapa? Kenapa dengan gadis itu? Kenapa dia selalu berdiri di sana, saat hujan?”
“Bukankah itu pertanyaan yang kutanyakan pagi tadi?” balas Ezra sambil mencicip kopi panas. Hujan masih belum berhenti.
“Jika kejadian ini berlanjut,” lanjutnya. “Mungkin kita harus memanggil polisi. Sikap gadis itu sudah terbilang aneh.”
“Tapi dia tidak melakukan apapun.”
“Aku tahu.” Balas Ezra . “Tapi firasatku mengatakan hal lain.”

Keesokan harinya merupakan hari Sabtu, dimana seperti biasa, dua anak Ezra pulang kembali ke rumah. Mereka adalah Adam dan Ashanty , kakak adik yang hanya berjarak dua tahun. Mereka sama-sama bersekolah di Boulder University.

“Kau tidak melihat ada yang aneh saat kemari?” tanya Ezra pada putranya sulungnya, Adam. “Di perempatan, dekat ladang jagung?”
“Tidak.” Jawab Adam. “Memangnya ada apa?”
“Bukan apa-apa.” Ucap Ezra . “Tidak perlu kau pikirkan.”

Pemikiran Ezra mengenai gadis misterius itu terganggn dek mendengar suara salakan anjing. Pintu depan tiba-tiba saja terbuka luas, dan seorang gadis berambut perang bergerak masuk sambil membawa seekor anjing berwarna hitam dan coklat. Anjing itu adalah anjing Ashanty , yang biasanya dihantar cat boarding setiap kali Ashanty ke kuliah. Dan setiap akhir pekan, Ashanty selalu membawa anjing itu kembali ke rumah.

“Halo Athira !” ucap Ezra . Anjing itu, Athira , langsung mengibas-ibaskan ekornya sambil menjilati tangan tuannya.
“Hai, ayah! Kau sudah baca berita hari ini?” tanya Adam seketika sambil mengangkat koran yang ada di tangannya.
“Berita bagus?”
“Mayor Gerrard ingin maju lagi dalam pemilihan tahun depan.”
“Oh, ya?” balas Ezra . “Boleh pinjam?”

Ezra membentangkan koran di tangannya, dan membaca headline hari itu yang memang berkutat pada masalah kampanye calon-calon mayor Boulder. Lalu ada beberapa artikel kecil lainya yang tidak begitu penting, dan secara tak sengaja Ezra menemukan sebuah berita kecil yang menarik di halaman dua. Sebuah berita yang membuat kedua matanya terbelalak.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience