Rate

BAB 3

Drama Completed 387

Hujan kembali mengguyur sore itu, hingga malam. Pukul sepuluh malam, Sophea sudah tidur. Tapi Ezra masih duduk termenung di meja dapur sambil menikmati secangkir kopi. Athira tidur di sebelahnya. Ezra masih menunggu, seandainya saja Athira bangkit lagi seperti malam sebelumnya. Hal itu pun terasa begitu aneh bagi Ezra . Kenapa Athira yang berada di dalam rumah bisa tahu keberadaan gadis itu di perempatan jalan?

Ezra hendak menyicip kembali kopinya, saat tiba-tiba saja ia bangkit berdiri dari kursi yang ia duduki. Telinganya baru saja menangkap tajam sebuah suara di kejauhan, yang terdengar seperti teriakan seorang gadis. Sepertinya bukan hanya Ezra saja yang mendengar. Athira pun bangkit dan mulai mengarah ke pintu.

“Ayo, Athira !” seru Ezra seraya meraih senter dan berlari ke tengah hujan tanpa mempedulikan jas hujan.
Dengan cepat, Ezra mengarahkan kakinya ke arah perempatan yang bermasalah itu. Dan tiba-tiba saja ia melihat sosok gadis itu berlari menuju ladang jagung. Dan Ezra mendengar kembali teriakan itu.

“Athira , kejar gadis itu!”

Ezra mengejar gerak Athira hingga perempatan jalan. Namun mereka sudah kehilangan jejak gadis itu. Ezra menyorotkan senternya ke segala arah, mencoba mencari. Namun ia tidak menemukan apapun.

Satu hal aneh yang Ezra sedari kemudian adalah, tidak adanya jejak kaki seorangpun di perempatan jalan yang basah itu. Yang ada hanya jejak kakinya dan kaki Athira . Untuk sesaat, pikiran Ezra terpenuhi dengan hal itu. Namun sedetik kemudian…

“TOLONG!!”

Ezra seketika memutar tubuhnya ke arah teriakan, yang asalnya dari dalam ladang jagung. Athira , tanpa disuruh, langsung berlari menerobos tanaman jagung, diikuti oleh Ezra .
Ezra sudah tidak tahu seberapa jauh ia masuk ke dalam formasi tanaman jagung itu. Namun sedetik kemudin, ia seketika menghentikan langkahnya. Kedua matanya terbelalak melaihat apa yang ada di depan matanya. Senter yang ia pegang nyaris terjatuh dari tangannya saat ia melihat benda yang mengejutkan itu, yang tergeletak di tengah-tengah ladang jagung. Yang Ezra temukan adalah, mayat Nataly Lowe yang sudah membusuk.

Malam itu menjadi malam yang begitu berat bagi Ezra . Setelah ia menemukan jenazah gadis itu, ia kembali ke rumah dan menghubungi polisi. Polisi pun datang tidak lama kemudian, dan jenasah Nataly diambil dari antara tanaman jagung. Hasil penyelidikan sementara menunjukkan bahwa mayat itu memang benar adalah mayat dari Nataly Lowe, yang sudah menghilang sejak tanggal 12.

“Bagaimana Anda bisa menemukan jenasah korban?” tanya inspektur polisi yang berwenang saat itu. Ezra sedikit kesulitan untuk menjelaskan hal itu. Ia sudah mencoba bercerita mengenai pengalamannya selama beberapa hari terakhir. Namun hal itu tentu saja tidak masuk akal. Nataly Lowe sudah meninggal sejak tanggal 12. Lalu, gadis yang selalu ia lihat di perempatan itu…

“Sulit untuk dipercaya.” Ucap Adam beberapa hari kemudian saat ia memutuskan untuk pulang setelah mendengar kabar mengenai ayahnya yang menemukan tubuh Cassandra.
“Jadi siapa yang kau lihat selama ini, Ayah?” tanya Ashanty . “Mungkinkah…, aku sulit untuk mempercayai hal ini tapi…, kau mungkin bertemu dengan arwahnya?”
“Banyak hal yang belum bisa dijelaskan oleh manusia hingga saat ini.” Jawab Ezra . “Mengenai hantu, dan hal-hal spiritual lainnya. Namun apa yang kulihat saat itu adalah kenyataan. Mungkin hantu memang ada. Atau paling tidak, arwah yang belum tenang di alam kubur. Nataly seolah memintaku untuk menemukan jenasahnya, agar ia dapat dikuburkan dengan tenang.”
“Mungkin seperti itu.” Sahut Sophea .

Ezra tahu di kemudian hari bahwa pembunuh dari Nataly adalah kekasihnya sendiri, teman satu kelas di Boulder University. Pada tanggal 12, Nataly pergi minum-minum dengan teman-temannya di suatu baru. Namun kerana suatu alasan, Nataly pergi dengan kekasihnya.

Meski begitu, Ezra masih tidak tahu apa motif di balik pembunuhan Cassandra. Apakah mungkin kerana kecemburuan atau masalah romantikan semacamnya? Ia rasa hal itu menjadi urusan polisi, dan bukan miliknya.
Namun yang pasti, kini Ezra dapat mengatakan bahwa hidup di pertanian tidaklah membosankan seperti apa yang sering orang-orang bicarakan. Sehari setelah penemuan mayat itu, banyak wartawan yang datang ke rumahmnya.
Ezra tentu saja merasa senang. Ia tidak pernah sepopuler itu sebelumnya. Semua hal itu, berkat Cassandra. Dan Ezra hanya bisa berdoa, agar Nataly beristirahat dengan tenang di alam sana.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience