Rate

{2}

Humor Series 876

[01]

K r i m E n t a b z

"Kentut itu normal. Asal mengakui saja tidak masalah."

____

Kelin menunggu matahari tersenyum padanya. (Cuman mimpi)

Dan pagi-pagi seperti ini, penduduk di Lastaru sudah melakukan kegiatannya masing-masing. Contohnya pelayan-pelayan yang sedang membersihkan toilet Kerajaan Lastaru yang baunya seperti gudang jengkol, atau mungkin pelayan-pelayan yang sedang mencuci baju Putri Kelin yang baunya minta ampun!

Koki di Kerajaan Lastaru sedang  asik-asiknya merebus air untuk air mandi Ratu Annelise dan keluarganya. Kenapa tidak pelayan saja? Karena tugas pelayan di Kerajaan Lastaru bisa dibilang pekerjaan yang paling menyeramkan.

Koki lainnya sedang mencabut singkong di pekarangan. Ini semua atas perintah Raja Banez yang mau singkong segar tanpa pestisida. Ada juga Koki yang sedang menangkap ayam untuk dimasak. Karena menurut buku panduan Kerajaan Lastaru, ayam yang barusan lari-lari terkenal mengandung banyak vitamin. Entah darimana kepercayaan itu tumbuh, tapi kata Ratu Annelise, ayam segar yang barusan ditangkap memang sehat karena terbukti bisa lari cepat.

Sementara keadaan didalam istana lebih mengerikan ketimbang kondisi ayam yang berada di luar. Putri Kelin sedang refleksi kaki dan wajah, bersama dengan Putri Kethy yang barusan nguber kuda baru milik tetangga.

Mimpi apa Kethy semalam? Bisa-bisanya dia ikut refleksi bersama dengan kakak tercinta? Tidak biasa gadis kerajaan itu mau berbagi. Bahkan sehelai rambut pun tidak akan diberikan dengan cuma-cuma.

"Ada acara apa, kok kanda ngajak ananda kemari?" tanya Kethy dengan polos. Tetapi Kelin hanya nyengir dan senyum-senyum nggak jelas.

"Kanda?" ulang Kethy lagi.

"Ya bagus lah, biar kadas, kurap, panu kamu ilang." celetuk Putri Kelin.

Mau tidak mau; bisa tidak bisa; harus tidak harus, Kethy yang sabar, baik hati, dangkal hati, eh, rendah hati, dan memiliki akal budi, akal toni, akal dodi hanya mampu tersenyum menanggapi Putri Kelin yang sombongnya menembus langit, cakrawala, bahkan Sorga.

Tere sang tukang pijat kerajaan sekaligus tukang rias di Istana juga mau tidak mau menanggapi Putri Kelin yang kebelet pijit dari kemarin malem. Entah kenapa, Tere jadi kikuk sendiri melihat Putri Kerajaan yang sikapnya sama kayak ayam kerajaan; petakilan.

Putri Kelin sudah memejamkan mata, dengan timun rebus diatas matanya. Yang katanya rimun rebus lebih sehat ketimbang timun mentah, karena buatnya lebih rempong. Sesekali ia memakan timun itu, padahal Tere sedang meracik bumbu rujak refleksi. Eh maksudnya jamu pijat refleksi. Eh salah lagi, maksudnya ramuan herbal dari bunga sakura Afrika yang diasinkan lalu ditumbuk.

Putri Kelin meluruskan kakinya, bersama dengan Kathy yang duduk disampingnya. Tere membaluti kaki Putri Kelin dengan krim entabz, lalu diurut dengan pisau. Eh, tangan ding.
Putri kelin meminta timun lagi dan lagi. Sampai-sampai timun segelondong sudah habis dimakan Putri Kelin.

Giliran adiknya yang diurut, Putri Kelin malah bermain ketapel mainan yang barusan ia dapat didepan istana. Entah milik siapa, yang pasti asal comot aja.

"Kok bau?" tanya Kathy sambil ngendus-ngendus kayak babi lagi flu. Lalu ia melepas timunnya dan memastikan kakinya masih utuh atau tidak.

"Itu pakai ramuan apa, Ter?" Kathy mengerutkan dahi dan mencoel krim berwarna cokelat di kakinya. "Baunya kayak kotoran?"

"Maaf Tuan Putri, atas perintah Putri Kelin, saya hanya bisa mematuhi." kata Tere dengan wajah tidak memastikan.

"Kanda nyuruh Tere apa?" tanya Kethy seraya menatap kakaknya yang cuek itu. Belum ada jawaban, Putri Kelin malah cekikian sendiri melihat keajaiban ketapel baru.

"Ketapel ini kanda ambil dari selokan.. " katanya tanpa melihat Kethy. "Lalu kanda comot saja, kan nggak ada yang punya."

Kethy mengernyitkan dahi, ia paling benci melihat kakaknya yang seperti orang kesurupan; ngomong sendiri.
Bukannya apa, Kethy takut kalau kakaknya itu berubah menjadi kuda. Tidak bisa membayangkan kalau Putri Kelin berubah menjadi kuda., pasti liar dan menyeramkan.
"Ketapel ini mau kanda kasih nama kepang..."

Sedari tadi Kelin yang berbicara seperti kereta api membuat kepala Kethy pusing dua puluh satu keliling.
Kethy memutar kepalanya sambil menunggu jawaban dari kakaknya yang absurd itu.

"Ananda lagi tanya, kenapa nggak dijawab-jawab? Kanda malah asik ngotak-ngatik benda aneh." kata Putri Kethy lagi. Kali ini Kelin menoleh kearahnya dan baru sadar kalau adiknya tercinta dari tadi di kasih kacang alias dikacangin.

Kelin tersenyum sinis, "Oh.. Mau tau itu dari apa? Ramuan itu kanda sendiri yang ngeracik." Kethy memperhatikan Putri Kelin yang mau melanjutkan perkataannya.
"Itu mah campuran dari tembelek kuda sama babi. Kan bisa dikomposin."

'Campuran dari tembelek'. Kata-kata itu terngiang terus di kepala Putri Kethy. Butuh waktu 10 detik untuk melongo dan mencerna kata-kata kejam tersebut.

"Apa kanda bilang?! Jadi krim ini dari kotoran hewan?!" tanya Kethy tak percaya. Sebelum Kelin membuka mulutnya yang bau jengkol, Kethy sudah menarik baju Tere untuk membersihkan kakinya yang sudah telanjur bau.

"Kanda benar-benar kejam! Kanda jahat! Kanda tega! Apa salah ananda sampai-sampai kanda tega berbuat seperti ini?" tanya Putri Kethy dengan histeris beribu-ribu kali tripel. "Lebih baik ananda pergi saja dari Istana! Sudah tidak ada gunanya ananda disini!" tambah Putri Kethy yang suaranya terisak-isak seperti sedang mau dipenggal. *eh emangnya ayam.

Kelin nyengir melihat reaksi adiknya si tomboi yang ternyata gembengnya  minta ampun, cengengnya bertubi-tubi, lebay nya selangit! Kethy yang dijuluki penunggang kuda poni, eh, kuda liar ini ternyata suka lebay.

"Maaf Tuan Putri, saya hanya menjalankan amanat." kata Tere agar Putri Kethy tidak mengadukannya pada ibunda.

Putri Kethy menangis tersedu-sedu, lalu bangkit berdiri dan memanggil Ratu Annelise ke ruang tengah. Alias ngadu atau wadul.

...

"Kelin, ada apa lagi? Kenapa setiap hari tidak ada ulah yang kamu ulahin?" tanya Ratu Annelise yang gak jelas, sama kayak kedua anaknya.

"Ananda saja yang cengeng, bunda. Kelin tidak bersalah. Ini semua tuduhan agar Kelin sengsara." timpal Putri Kelin yang enggan untuk disalahkan walaupun sebenarnya dia yang berbuat usil.

"Kathy mau nunggang kuda lagi saja, Kethy tidak kuat di istana bersama kanda yang kejam." kata Kethy yang mau mengambil perhatian sang bunda.

"Pergi aja sana yang jauh sekalian. Bawa tuh, kuda-kuda ke habitatnya." celetuk Putri Kelin dengan nada tanpa dosa sedikitpun. Matanya masih terarah pada ketapel yang baru ia temukan tadi di selokan. Tanpa berfikir panjang, Kelin kentut di ruangan yang cukup pengap karena kekembungan.

Dut... Brot.. Pret kepret kepret..

"Siapa yang buang gas?"

"Maaf bunda, Kelin barusan makan timun kebanyakan."

Putri Kethy yang sesak napas dibuatnya tercekat karena bau kentut Putri Kelin. Begitu juga dengan Ratu Annelise dan Tere yang pingsan berjamaah.

_____

Kanda: Sebutan untuk kakak atau yang lebih tua.

Ananda: Sebutan untuk adik atau yang lebih muda.

Bunda: Mama/ibu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience