Rate

{1}

Humor Series 876

[00]

P r o l o g

"Seorang putri tidak harus menjadi dermawan. karena kita adalah diri kita sendiri."

_____

"Putri Kelin, sebentar saja!!"

"Aku sudah bilang, singkirkan benda keramat itu!" bentak Putri Kelin kepada salah satu pelayan di Kerajaan Lastaru.

Pelayan pribadi Putri Kelin yang bernama Alice ini sedang mebawa sisir berwarna hitam dengan maksud ingin merapikan rambut pirang Putri Kelin yang nyaris menyamai bulu monyet milik Raja Banez; ayah Kelin yang menguasai Negeri Lastaru.

Menurut Putri Kelin, semua benda yang berwarna hitam memiliki roh halus di dalamnya, begitu juga dengan sisir dan peralatan kecantikan lainnya.

Saat ini Alice kewalahan mengejar Putri Kelin yang mondar-mandir di kamarnya sampai seratus kali. Hal itu membuat Alice pusing empat belas keliling (tujuh keliling sudah mainstream). Sisir yang dipegang oleh Alice sejak tadi sampai berair; tangan Alice keringetan.

"Mundur! Aku bilang mundur!" kata Putri Kelin yang kesekian kalinya. Putri itu seperti sedang dikejar oleh rampok bertopeng Buto Cakil. Menurutnya, wajah Alice yang memaksanya untuk sisiran adalah musuh terbesarnya di jagat raya!

"Sisir ini tidak menyebabkan kematian, putri." kata Alice menegaskan. "Percayalah."

"Tapi menyebabkan kelumpuhan!" kata Putri Kelin seraya menutup wajahnya menggunakan bantal besar berbalut kain putih yang sudah kekuningan karena air liur Putri Kelin semalam. Putri itu meloncat melewati kursi lalu berlari kearah meja rias besar yang berada di ujung kamar besar Kerajaan Lastaru.

"Putri, sekali saja. Nanti Ratu Annelise bisa marah."

"Yang penting bukan aku yang marah!"

"Iya." rintih Alice seperti sedang kesakitan.

Putri Kelin sudah terpojokan di kamarnya yang kini berubah menjadi kapal retak, eh, maksud nya kapal pecah! Benar-benar berantakan dan sudah tidak bisa disebut 'kamar'. Lebih pantas disebut gudang prajurit.
Guling dan selimut berserakan di lantai, begitu juga dengan baju-baju Putri Kelin yang ia lemparkan ke wajah Alice sejak 2 jam yang lalu.

"Putri sisir ini ti-" Belum menyelesaikan perkataannya untuk menenangkan Putri Kelin, wajah Alice yang jerawatan dilempar dengan bantal oleh Putri Kelin. Bantal besar itu mengenai hidung Alice yang beratnya 0,0001 kilogram. Anarkis.
Dan dipastikan, jerawat itu berubah menjadi panu besar.

"Aw!" Alice mengusap hitungnya menggunakan telapak tangan, lalu menatap Putri Kelin dengan tatapan dramatis seperti artis-artis Korea yang sedang jatuh cinta. Putri Kelin menjadi kikuk.

Sunyi.

Lalu Putri Kelin tertawa terbahak-bahak sampai perutnya nyeri sendiri. Ia menertawakan Alice dan meberikan isyarat kepuasan sampai-sampai mata Alice berkaca-kaca.

Menjadi pelayan di Kerajaan Lastaru adalah pekerjaan yang sangat menyeramkan dan taruhannya adalah nyawa. Kalau anda kuat, maka anda akan tersiksa. Kalau anda tidak kuat, maka yang ada hanya penyesalan seumur hidup!

Belum ada setengah bulan Alice bekerja di Kerajaan Lastaru, berat badannya sudah turun 4 kilogram. Yang pasti tidak menggunakan program diet ala-ala! Tapi program diet alami ala Putri Kelin yang menyebalkannya sampai membuat kepala pecah!

Alice tersungkur di lantai sambil memeluk bantal yang dilempar Putri Kelin barusan, lalu ia bertopang tangan dan menundukan kepalanya.

"Ada apa ini?" tanya Ratu Annelise yang barusan memasuki kamar Putri Kelin seraya memegang kenop pintu.

"Ananda tidak tahu, bunda." jawab Putri Kelin dengan tampang dipoloskan seolah ia tidak terlibat apa-apa. "Kamu kenapa, Lice?" tanya Putri Kelin yang nadanya dibuat seperti sedang bersimpati, padahal dalam lubuk hatinya dia ingin tertawa terpingkal-pingkal.

Alice tidak menjawab, ia hanya membeku dan tidak berani berkata.

"Kelin.." kata Ratu Annelise sambil geleng-geleng kepala dan mengetuk pelan kenop pintu. Lalu ia berjalan mendekati Kelin. "Sebenarnya ada apa?"

"Tadi Kelin mau disantet. Ananda takut, bunda"

"Ya malah bagus."

"Kok bagus, bunda?"

"Iya bagus, biar gigi kamu nggak maju satu, kan?" tanya Ratu Annelise penuh heran.

"Pake hitam-hitam, bunda." jawab Putri Kelin yang ketakutan sambil menunjuk sisir hitam berjari rengkat yang dipegang oleh Alice sedari tadi.

"Astaga! Ternyata hanya sisir?" tanya Ratu Annelise lagi dengan meninggikan nada. Kedua matanya melotot tak percaya.

Sedangkan Alice masih tertegun dan takut untuk berkata. Kalau saja dia mengadu yang tidak-tidak, pasti sorenya dia akan dimasak bersama dengan ayam-ayam kerajaan. Atau mungkin dikurung di kandang monyet milik Raja Banez selama 2 tahun lamanya. "Iya, Yang Mulia, sudah dua jam saya mengejar Putri Kelin. Bahkan rambutnya sudah telanjur kering." kata Alice terus terang.

"Ah, apaan sih lo, gue udah bilang jangan buang-buang waktu karena benda jelek itu!" kata 'kamu dan aku' berubah menjadi 'lo dan gue' bahasa khas kota tetangga.

"Kelin, jaga cara bicaramu!"

Putri Kelin terdiam dan tertunduk, karena kalau Ibundanya marah, dia tidak akan bisa mendapat uang jajan untuk membeli peliharaan baru. Dan untunglah Putri Kelin berhasil membeli 2 kambing berwarna putih dalam waktu satu tahun. Tujuannya untuk dimasak saat Lebaran tiba.

Mendengar ibundanya marah, Putri Kelin merubah nada dan logatnya menjadi sangat sopan, "Baiklah bunda, SayaGue meminta maaf."

"Saya gue? Maksudnya apa? Jangan buat kepala bunda tambah pusing. Sudah cukup dengkuranmu selama semalam membangunkan bunda."

"Ya bunda, itu mahasa mixer ala Kelin."

Ratu Annelise bertepuk jidat tanda tak mampu.

____

PERHATIAN!!

Jangan tertawa karena ini adalah kesengsaraan Alice selama bekerja di Kerajaan Lastaru!

Kelanjutan cerita gaje ini mungkin akan kutulis hari Sabtu. Thank you!

Jangan lupa vote! Vote dari kalian itu:
MENAMBAH RASA HUMOR DI CERITA INI!

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience