Rate

BAB 2

Drama Completed 529

Dua tahun kemudian, akhirnya aku membangun dua restoran yang kuidam-idamkan selama ini di palu . Tentunya dengan bantuan minuman gosok-gosok itu bersama papa dan support dari mama dan sudara-sudaraku. Sambil kuliah bisnis aku juga sudah jago bisnis loh. Dua tahun setelah pembangunan restoran selesai, aku dapat membangun hotelku sendiri. Amazing… kata adi adikku yang baru masuk SMA. Bisnisku lancar-lancar saja kerana aku punya beberapa pelanggan tetap dan setiap liburan mama dan papa selalu mengenalkan tempatku pada teman-temannya dari dalam negeri sampai luar negeri juga. Tak lupa juga sudara-sudara yang mempromosikannya pada rekan-rekan mereka. Dan yang paling heboh itu ya adi adikku yang paling kecil. Udah di sekolah, di dunia maya, dia selalu promosiin tempatku yang kuberi nama “Mia’s Dream”.

Hari ini Andika datang kesini. Sudah setahun aku tak bertemu dengannya, kerana setahun yang lalu aku yang balik ke jakarta dan dia tak pernah datang ke tempatku lagi setelah aku ke jakarta waktu itu. Padahal aku ingin menjemputnya di bandara siang ini, tapi kerana aku ada kuliah hari ini semua keinginanku hanya tertahan. Sangat sulit punya pacar yang sangat sibuk dan sangat susah untuk bertemu. Dia hanya punya dua kali libur dalam setahun, itu pun kalau tak ada kerjaan tambahan. Kadang aku mulai bimbang dengan perasaanku sendiri, apakah aku akan bertahan dengannya?

Setelah pulang kuliah, aku langsung pulang ke rumah, kerana aku yakin Andika sudah ada di rumah. Dan benar tebakanku, dia sedang duduk-duduk di ruang tamu sambil nonton. “Andika …” aku berlari dan langsung dalam posisi di atas punggungnya yang kuyakin tidak mengalami osteoporosis. “sudah pulang ya? Capek gak?” lagi-lagi pertanyaan konyol, ya iya lah udah pulang, ya capek juga, gila aja kali ya! Jarak dari sini ke kampus gak deket kali, nyetir sendiri pula, batinku ngomel-ngomel. Dan aku hanya menjawab dengan agkat-angkat alis mata, itu kebiasaan dan wajib. “makan gi.. aku tadi udah makan duluan. Abis itu temenin jalan-jalan ya?”. “sip bos” dengan gaya-gaya sok militer banget aku mengacungkan dua jempolku dan gak sedar jari jempol kakiku juga mengacungkan dirinya dibalik sepatu.

Jalan-jalan dengan Andika adalah hal yang paling aku sukai sekarang ini. Walaupun dia sudah dapat dikata terlalu dewasa untukku, aku merasa dia dapat mengerti yang aku mau. Namun sifatnya yang terlalu cemburuan yang membuatku malas. Aku sudah beberapa kali break dengannya hanya kerana masalah dia cemburu dengan teman-teman laki-lakiku, padahal dialah yang selalu dikelilingi oleh wanita yang lebih cantik dariku melihat diriku yang kacau beuts kata mama yang waktu itu ketularan adi. Sore yang begitu indah, aku duduk dengannya di pinggir pantai. Menikmati angin sepoi-sepoi yang membawaku ke dalam khayalan yang jauh ke masa depan yang indah bersama orang yang mungkin akan menjadi pendamping hidupku nanti, namun anehnya, setiap kali membayangkan laki-laki yang mendampingiku suatu saat nanti, aku tak pernah membayangkan wajah Andika di dalamnya. Tapi aku selalu berpikir positif bahwa itu kan hanya khayalan yang tak perlu dipikirkan.

Aku melihat Andika sedang asik berenang dari pinggir pantai. Dia bahagia? Ya kelihatannya seperti itu. Kemudian dia menghampiriku yang dan duduk di sebelahku, “foto yuk.. kenang-kenangan” katanya kemudian. “yuk..” aku mengambil kamera dan aku juga yang foto. Dan aku dapat ide brilian yang mungkin akan dianggapnya kekanak-kanakkan “ndra gini deh, aku naruh pasir di dada kamu, terus aku mau nulis MIA” kataku sambil mempraktekan yang kukatakan. “ihh norak banget sih.. kaya anak TK aja”. Aku menatapnya dengan tatapan memelasku yang paling ampuh dan dia menyerah “oke.. oke.. foto deh, foto bareng atau sendirian nih?”. Senyumku langsung cerah seketika “sendirian dulu deh, terus baru sama-sama”. Akhirnya dia mau mengikuti yang kukatakan, dari akar sampai tunas baru.

Selesai dia berenang, aku berjalan dengannya dan buukkk. Seseorang menabrakku, badannya yang kuyakin pasti bidang sama seperti Andika . Kulihat wajahnya dengan seksama, oh member disini. Aku sering melihatnya dengan teman-temannya. “sorry mba mia, sorry ya” katanya sopan yang sepertinya sudah mengenalku. “kalau jalan hati-hati ya, kalau dianya jatuh gimana?”. Aku segera mengajak Andika pergi kerana kuyakin Andika akan marah-marah dan kulihat laki-laki itu tersenyum ramah padaku. “Andika ihh, gak usah sewot gitu napa.. kan gak kenapa-kenapa juga”. “ya kan supaya dianya hati-hati, gimana kalau yang ditabrak nenek-nenek?” aku tersenyum melihatnya yang terlihat menahan tawanya. Andika .. Andika .. lucu banget.

Selama Andika disini, dia tinggal di hotelku kerana tak wajar kalau ada anak laki-laki dan perempuan yang belum menikah tinggal serumah. Ditambah lagi pembantu-pembantu dan penjaga rumah pasti akan lapor ke papa. Walaupun mereka berstatus bekerja denganku, mereka telah diajarkan hanya akan patuh ke orangtuaku bukan ke aku.

Masih pagi-pagi buta aku sudah jalan-jalan pagi. Biasa cari inspirasi buat bisnis baru. Andika sudah kutelepon sebanyak bintang tapi tetap gak bangun. Bintang kalau lagi subuh indah banget ya, ditambah suara ombak yang mengalun seperti mengikuti irama angin yang begitu menusuk sampai ke tulang. Sedang asik-asik menghayal, seseorang menepuk pundakku. “orang yang kemarin ya?”. “iya.. kenalin gue ka”. aku heran mendengar namanya “ka? u’re name is KA? K.A? serius?”. “iya.. my name is ka.. lo mia kan? Yang punya ini” katanya sambil nunjuk-nunjuk sekeliling. “ya gitu deh” kataku tak mau terlihat sombong. “ngapain nih subuh-subuh udah jalan?” Tanyaku melihatnya sedang diam. “nyari angin kok, emang tiap hari kaya gini juga”. “oh.. member disini kan?”. “ya sama temen-temen juga”. “mau lihat-lihat gak? Gratis deh”. “boleh” katanya menyetujui penawaranku.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience