Rate

BAB 3

Drama Completed 529

Tiga hari setelah mengenal ka, aku merasa dia dapat jadi teman yang baik untukku. Dan seperti yang kuduga-duga, Andika pasti cemburu lagi. Buktinya pagi-pagi dia udah sms aku buat ketemuan, gak kayak biasanya. Saat hendak ketemu Andika , ehh sih ka muncul, darurat banget tau gak. “ini ya yang selama ini lo lakuin?” suara Andika meninggi, gak biasanya dia bicara pake logue-logue kayak itu. “apaan sih ndra, gak ngerti deh”. “gak usah pura-pura gak tau dan gak ngerti. Gue gak pernah sekalipun ngehianatin lo! Semua cewek gue tolak demi lo, dan ini yang gue dapetin. Sial!!”. Aku malu, selama ini kan aku gak ada apa-apa sama ka. Aku yang memang pada dasarnya manja, gak dapat ngomong apa-apa dan langsung nangis. Andika pergi gitu aja. Tinggallah aku dan ka yang membujukku disini. “mia jangan nangis dong, entar kata in deh yang sebenarnya”. Aku pergi meninggalkannya dengan kata-kata yang mungkin agak menyakitkan “semua gara-gara lo”.

Aku menyesal, mungkin aku terlalu dekat dengan ka sampai dia begitu marah padaku. Dia memang pencemburu, sudah tau begitu masih juga kupancing amarahnya. Aku sudah berusaha meneleponnya, mengsmsnya berulang kali, namun dia hanya membalas “Kita break dulu”. kalau memang marah putusin aja aku, dasar pengecut. Dan akhirnya kubalas “break lagi? Boseen!”. Entah keberapa kalinya dia kata break padaku, saking seringnya aku sampai muak mendengarnya.

Andika lenyap dari palu , dia meninggalkanku dengan status break yang dia berikan padaku. Empat tahun sudah berlalu dan aku sudah selesai kuliah. Sampai detik ini aku masih tak percaya dia meninggalkanku kerana hal sekecil ini. Dia memang egois, tapi aku mencintainya. Foto-fotonya masih tertata rapi di bilikku. Yang pasti aku masih menunggu kepastian darinya, lanjut atau putus. Sejak dia pergi, nomornya tak pernah aktif, dan sosial media pun tak dapat membuatku dapat berkomunikasi dengannya. Kakakku saja yang memang teman sekantornya tak pernah memberiku informasi. Aku masih dekat dengan Ka, sudah sering aku mendengar dia menyatakan cintanya padaku dan aku hanya dapat membalasnya dengan senyuman. Dia sekarang bekerja sebagai arsitek, dan dia seangkatan denganku.

Liburan datang lagi, dan seperti biasa, aku selalu menantinya dari tempat kerja di dalam rumahku yang dominan kaca. Mungkin suatu hari nanti dia akan datang padaku dan meminta maaf padaku atas semua kesalahan yang terjadi dulu. Namun sureprise kali ini beda. Mama, papa, adit, boy, gino dan adi datang mengunjungiku. Membuat rumah apungku bertambah berat. Katanya mereka rindu padaku, kerana beberapa kali liburan mereka menghabiskannya di luar negeri tanpaku. Rame banget tahu gak, secara kakak-kakakku udah pada nikah dan udah punya anak-anak lagi. Tinggal aku dan adi yang belum, dan akunya udah didesak-desak buat nikah. Mama takut kalau aku keasikan kerja, aku gak bakal peduli tuh sama yang namanya nikah. Mama gak ngerti sih aku lagi nunggu. Akhirnya aku kenalin ka sama seluruh keluarga yang datang, malu sih, tapi apa boleh buat daripada didesak-desak gak jelas. Dan komentar mereka bagus-bagus tentang ka. Sampai ka pulang pun aku masih jadi bahan ledekkan. “pacar kamu ganteng banget ya?” kata mama memulai babak pertempuran. “boleh juga tuh calon suami” papa mulai menyerang. “ngalahin aku deh kayanya” kata adit. “arsitek tuh, bangun rumah baru dapat kali ya?” komentar gino. “gak sopan lo gin, gue dulu kali yang komen.. tapi lebih ganteng gue kan?” nih sih rese mulai ngomong. “mana jago tinju sama gue?” si kecil mulai nyerocos. Aku hanya bengong-bengong, dasar keluarga marsupilami alias aneh.

Duduk-duduk di ruang pribadi itu asik ya? Dapat ngelamun sepuas-puasnya. Aku mulai sedar selama ini aku hanya membuang-buang waktu untuk memikirkan Andika yang tak jelas. Semenjak tadi malam aku mulai berpikir untuk membuka hatiku pada orang lain. Mendengar apa yang dikatakan oleh boy aku mulai sedar . “yaaa… kamu harus berani mengambil keputusan, ngapain mengharapkan orang yang jelas-jelas meninggalkanmu dan menyia-nyiakan orang yang selalu ada untukmu? Gue yakin itu jalan Tuhan buat nunjukin ke kamu kalau masih ada hal-hal kecil yang perlu kamu percaya. Hidup kamu masih panjang! Ngapain cape-cape nungguin Andika ? Gak fungsi banget tau!”.

Aku mengambil handphoneku dan kuketik SMS untuk ka “ka.. kenapa harus aku? Di dunia ini emang Cuma ada aku ya?”. Tidak sampai semenit dia membalas “mia.. kenapa lagi? Ada problem? Andika ?”. Aku heran kenapa ka selalu tenang-tenang saja kalau aku memikirkan Andika , aku bercerita tentang Andika , dia selalu mendengarkan dengan baik. Aku rindu pada Andika dia selalu siap menemani. Apakah ini yang disebut cinta sejati?. Kubalas smsnya “kamu mau ngasih aku kesempatan? Aku ingin mencuba untuk mencintaimu, boleh kah?”. “apapun untukmu ya..”

Cinta itu berjalan seiring berjalannya waktu. Waktu kita bersama, di saat bersama itu dapat membuat kita bahagia. Mungkin itu benar.. kerana aku sudah mulai mencintainya, orang yang selalu bersama-sama denganku bukan ketika ku senang, bahkan ada di saat aku perlu sandaran yang dapat menopangku hingga aku dapat lagi berdiri tegak. Tapi aku masih memerlukan satu perkara, iaitu kepastian dari Andika , itu yang paling ku ingin tahu.

Semua kebimbanganku hilang saat aku jalan dengan ka siang itu. Aku sedang asik-asik duduk di restoran, dan anak kecil kira-kira lima tahun menghampiriku. “kakak.. kakak yang punya rumah disitu ya?” anak itu bertanya dengan wajah yang ceria. “iya.. memang siapa yang ngasih tahu kamu sayang?” aku melirik ka yang tersenyum melihatku. “kakak kan adiknya om boy, om boy kan papanya temen sekelas aku”. “oh.. iya?”. Anak kecil yang kulihat seperti peri kecil itu mengangguk. “va.. reva.. sini sayang”. Mungkin ibunya memanggil anak tersebut, dan kulihat sekilas. Wanita itu pasti bersama suaminya. “mama.. ini kak mia..”. anak kecil itu mengenalkanku pada ibunya “Rose.. ini suami saya..”. Aku melihat wajahnya dan membawaku ke dalam masa lalu lima tahun silam, saat aku bahagia bersama orang yang kucintai. “Andika .. apa kabar iaaa?”. Suaranya masih sama, panggilannya juga masih sama. Tapi aku cukup tau diri dan mengenalkan ka padanya “oh baik kok. ini ka, calon suami saya” kataku sopan. Semua kebimbanganku lenyap dan aku menyesal kenapa tidak dari dulu aku menerima ka.

Aku berjalan dan mungkin ka sedar aku bengong “mia.. aku rela kok kamu memilih jalanmu sendiri. Seandainya tadi kau meminta kepastian, aku siap menerimanya. Mungkin kau dapat bahagia jika bersama dengan orang yang benar-benar kau cintai, dan jika itu bukan aku, aku siap”. Aku menatapnya dan kupeluk erat-erat tubuhnya. Aku tak tau harus kata apa lagi, tapi sungguh aku mencintainya, ketulusannya, kepolosannya, kejujuran hatinya, kerendahannya, aku cinta semua yang ada pada dirinya. “seandainya aku dapat memilih kembali, aku akan tetap memilihmu, kerana kemarin tidak akan kembali, hari ini hanya sekali, tetapi besok adalah suatu kesempatan. Dan kau kuanggap sebagai besok hari yang adalah kesempatan dari Tuhan untuk memperbaiki hidupku. I love you so much ka, i’m really really love you now and ever”. Ka membalas kata-kataku dengan senyuman yang paling manis yang pernah kulihat di dunia ini. Percayalah.. setiap ada kata akhiran, pasti ada awal yang baru. Jadi jangan takut untuk memulai sesuatu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience