Rate

BAB 1

Drama Completed 529

Hidup ini indah kalau dinikmatin baik-baik. Hehehe itulah semboyan hidupku, mungkin yang akan kubawah sampai aku mati nantinya. Belajar itu kewajiban, main itu hobby dan sukses itu tujuan hidupku. Entah darimana pikiran itu muncul dalam benakku, aku merasa bisnis adalah belahan jiwaku. Papaku adalah seorang pengusaha memang, dan mama adalah dokter. Punya keluarga yang dapat diandalkan tidak membuatku ingin membuang-buangkan harta kekayaan papa ataupun mama. Aku selalu berpikir kalau selama ini Tuhan hanya menitipkanku pada papa mama dan mungkin juga hanya keberuntungan saja aku dapat dititipkan pada orangtua yang seperti itu. Tapi aku tetap berterima kasih sedalam-dalamnya pada mereka. Luv u bonyok, hehehe

Sekarang aku sudah kelas tiga SMA, “udah mau kuliah nih mbah” kata tukang sate yang sering lewat di depan rumah. Emangnya aku udah setua itu sampai orangtua saja dapat manggil aku mbah-mbah. Aku berencana melanjutkan kuliah jurusan bisnis dan manajemen. Mungkin kerana terlanjur cinta pada bisnis. Sekarang saja aku sudah punya sebuah tanah di pinggir pantai palu yang surat-surat dan segala tetek bengeknya atas nama diriku “MIA MARIA MIRANDA”. Itu adalah kado ultah dari papa dan mama yang ke-17 tahun bulan juli lalu. Katanya kerana aku memang tergila-gila pada pantai dan selalu kata ke papa dan mama kayak gini “ma.. pa.. entar kalau aku udah gede, aku pengen bangun rumah di atas laut dekat pantai, terus pengennya ada dua restoran di samping kiri-kanannya, terus pengen satu hotel juga di pinggir pantainya, terus pengen bangun pondok-pondok kecil dekat situ, seru kan…” kataku waktu masih kelas satu SMA. Dan papa memang sudah bangunin aku rumah yang aku jelasin tadi dengan syarat rumah desain sendiri, dan aku pakai sistim ngutang katanya. Entar kalau aku sudah sukses aku ganti kata papa.

Aku memang anak yang manja walaupun bukan satu-satunya dan bukan yang terakhir pula, namun aku adalah anak perempuan satu-satunya dari lima bersaudara dengan tiga kakak dan satu adik yang semua punya lebel “NGESELIN” di jidat masing-masing (cuman aku yang dapat lihat). Kalau dipikir dari profesi mama, gak bakalan mungkin aku punya empat saudara, secara mama kan dokter, tapi ya gitulah katanya biar ramai. Yang sekarang bukan Cuma ramai tapi gaduh gila.

“selamat malam tante..”. aku mendengar suara laki-laki kesayanganku menyapa mama yang ada di ruang TV. “malam ndra, nyari mia ya? Lagi mandi tadi katanya, duduk aja dulu”. “iya tante” jawab Andika sopan. Andika adalah pacarku yang beda usianya empat tahun dariku. Ketuaan ya? Tapi yang namanya cinta ya gitu deh. Aku pacaran dengannya sejak tiga tahun yang lalu, kakak keduaku yang mengenalkannya. Papa dan mama memang kenal dengan orangtua Andika . Makannya mereka setuju lebih dari aku, katanya dia gak bakalan matre kerana bonyoknya juga kebanyakan duit. Lagi-lagi duit yang diomongin. “hai ndra, brangkat yuk”. Aku menarik tangan Andika dan pamit pada mama dan gak pada papa kerana papa lagi keluar negeri.

Ternyata Andika mengajakku makan di restoran seafood yang memang adalah tempat favoritku. Eh ralat… keluargaku maksudnya. “ia sayang, minggu depan ujian ya?” sudah tau nanya dasar gila. “iya lah, emang kenapa? Aku udah mau kuliah loh, tapi kamu udah mau lulus, ga asik ahhh” kataku sok manja yang membuatnya sedikit terkekeh. “iya udah mau nyelesain skripsi kok bulan depan”. “ya… lanjutin deh. Terus mau kerja dimanan?”. “ya kerja di laboratorium dong, kan sesuai jurusan, masa kerja di pantai kaya kamu”. Refleks aku mencubit lengannya “ihh.. rese..”. walau kutahu cubitanku tak sakit, tapi dia tetap menghargainya dengan mengaduh kesakitan, maksa banget sih. “jadi rencana kuliahnya dimana?” pertanyaan konyol pikirku. “ya di palu dong, rumahku kan udah disana”. “jauh banget dong ya, gimana kalau aku nanti kesana seminggu sekali aja?” gila kali mau datang seminggu sekali, datang sebulan sekali aja udah terhitung keseringan menurutku. “buang-buang duit banget deh, setahun sekali aja kenapa sih? Aku kan juga mau balik sama ortu. Jangan-jangan takut ya? Ayo ngaku!”. Aku mencolek pinggangnya jail “perasaan gak enak aja ngelepasin anak ingusan di pulau yang belum terjamin keamanannya”. “ihh.. kan udah ada beberapa satpam sama penjaga rumah disana, gitu aja rempong”. “siapa tau aja”. Aku mengangkat alis dan memainkannya, kerana aku tahu dia akan salting dengan tatapan maut anak SMA, hehehe.

Selesai makan kami masih pergi keliling kota, kerana tadi keluarnya kan masih sore. Dia memberiku sebuah minuman gelas yang katanya gosok-gosok dapat duit itu loh, aneh-aneh aja iklannya. Walaupun aneh aku tetap saja menggosok hologram di permukaan gelasnya dan … “tereng… sejuta nih ndra” aku menunjukan permukaan gelas tersebut yang kuyakin tulisannya “CUBA LAGI”. Wajah Andika langsung bengong kayak kesambet setan. “mia.. itu semiliar bukan sejuta”. Aku bengong lalu melihatnya kembali “semiliar? Buset… nukernya dimana nih”. “tanya supermarket tadi aja”. Dan akhirnya semiliar dapat masuk ke rekeningku, gak gampang sih. Ada prosedur-prosedur yang harus diikutin dan telah mengeluarkan uang dari sakuku sebanyak sejuta kali nyampe. Dan lamanya bukan kepalang, tiga bulan bo… tapi mendadak kaya nih.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience