AKHIR PEKAN YANG TAK TERDUGA

Humor Series 788

Penulis: Gumilar Miftahurrahman

Alvan, cepat lari! Mereka tepat di belakang kita!
Apa kau buta? Memangnya yang sedang ku lakukan ini apa?

Pasti kalian bertanya apa yang mengejar kami, Zombie? Mana ada mahluk itu di dunia nyata, Vampire? Kalian terlalu banyak menonton film, Alien? Yang benar saja. Sore itu di taman yang ramai aku sedang menikmati jam-jam sebelum berakhirnya weekend ini. Seperti biasa, aku duduk di bangku berwarna hitam yang tepat menghadap jalan. Alvan! huh? siapa itu yang memanggilku, terlihat seperti seorang gadis, dia mulai datang menghampiriku. Kenapa nampak buram? Ternyata aku lupa memakai kacamataku.

Ternyata kau de, apa yang kau lakukan di sini sore-sore gini? Sambil menyodorkan keresek besar dia berkata.
Apa kau tidak lihat ini? Aku habis berbelanja di supermarket. Nggak bosen apa tiap jam segini kerjaanmu cuman duduk-duduk nggak jelas di taman kayak gitu?
Walaupun aku jelaskan, orang seperti Dea tidak mungkin mengerti apa yang aku lakukan ini. daripada ngelakuin hal yang enggak-enggak, ya mending gini de
Setelah mengobrol cukup lama, akhirnya dia pulang, tapi sebelum pulang dia memberikanku sesuatu, ambil ini Van, hitung-hitung utang budi, kemaren kan kamu udah bantuin tugasku buat bikin kerajinan tangan, sampai jumpa.

Jangan melamun di saat seperti ini Van! Mereka bisa menangkap kita nanti.
Hey Gio, sepertinya aku punya sesuatu yang bisa membantu kita. Aku mengeluarkannya dari kantong sweater.
Apa itu? Bagaimana benda seperti itu bisa membantu kita meloloskan diri?
Aku tidak bilang meloloskan diri,

Hari sudah mulai gelap, sepertinya aku harus segera pulang ke rumah, di sini yang semula ramai pun telah sepi, hanya meninggalkan beberapa orang saja. Hampir saja aku lupa aku harus membeli sesuatu dulu, aku harus cepat semoga tokonya masih buka. Syukurlah tokonya masih buka, saat aku memasukkan tanganku ke dalam saku celanaku untuk mengambil uang, Apa ini? Ohh, ternyata gantungan kunci pemberian dari Dea, jika dilihat bentuknya bagus juga. Kristal dengan warna hitam. Apa dia memberikanku gantungan warna hitam karena aku selalu duduk di bangku warna hitam? Ah, sudahlah itu tidak penting, aku harus pulang ke rumah setelah dari sini.

Di tengah jalan tiba-tiba aku bertemu seseorang. Apa yang sedang dia lakukan di sini, gerak-geriknya juga mencurigakan, lalu aku mendekatinya. Tiba-tiba dia menariku.
Diamlah, bisa-bisa ketahuan nanti. Aku yang heran dan tidak mengerti pun bertanya.
Memangnya apa yang sedang kau lakukan disini Gio. Jarinya menunjuk.

Tadi aku lihat Lusy ditarik ke dalam mobil sedan itu oleh seseorang yang belum pernah ku lihat sebelumnya dari rumahnya, sepertinya dia bukan orang sini, aku ingin menyelidikinya, apa kau mau ikut denganku Van? Lusy juga temanku, aku juga tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya. Akhirnya kami berdua mengawasinya. Tak lama berselang, mobil itu menyala dan mulai pergi meninggalkan rumah Lusy.

Ayo Van, kita harus cepat, kalau tidak kita bisa kehilangan jejaknya. Karena mobil itu melaju dengan cepat, kami tertinggal sangat jauh dari mobil tersebut.
Bagaimana ini, kita tidak bisa mengejar mobil itu, Gio apa aku punya ide. Dia menunjuk kea rah jalan.
Lihat! Genangan air itu dilewati mobil tadi, dan ban dari mobil itu meninggalkan bekas, ayo cepat kita ikuti jejak ban ini sebelum menghilang.

Akhirnya jejak tersebut berhenti di rumah besar yang baru di bangun di daerah pinggiran kota, halamannya seperti lapangan sepak bola, hanya saja tanpa gawang dan ditumbuhi oleh pohon dan sejenis semak. Itu dia mobil yang kami ikuti tadi, terparkir nyaman di salah satu sudut halaman rumah tersebut. Van lihat! Gerbangnya tidak dikunci, ayo kita masuk.
Di halaman rumah tersebut kami berjalan mengendap-ngendap seperti di film-film, mobilnya ternyata sudah kosong, Gio, gimana ini? Apa kita masuk ke dalam rumah? Tiba-tiba dua orang dengan tampang menyeramkan ke luar dari dalam rumah dan mereka meneriaki kami berdua, karena panik kami berdua lari dan mereka pun mengejar kami.

Alvan, cepat lari! Mereka tepat di belakang kita!
Apa kau buta? Memangnya yang sedang ku lakukan ini apa? Aku ingat, tadi sore aku membeli alat kejut listrik untuk tugas sekolahku.
Jangan melamun di saat seperti ini Van! Mereka bisa menangkap kita nanti.
Hey Gio, sepertinya aku punya sesuatu yang bisa membantu kita. Aku mengeluarkannya dari kantong sweater.
Apa itu? Bagaimana benda seperti itu bisa membantu kita meloloskan diri?
Aku tidak bilang meloloskan diri, kita lawan mereka, terus kita selamatkan Lusy, ini ambil satu. Aku melemparkannya pada Gio.

Kami berbalik dan mengarahkan alat kejut itu pada mereka, akhirnya mereka tergeletak pingsan karena terkena listrik yang cukup kuat. Saat kami masuk ke dalam rumah.
Ha? kami terheran-heran, Lusy, kamu nggak apa-apa kan? tanya kami yang keheranan.
Emangnya kenapa? Terus kenapa kalian ada di sini, apa yang kalian lakukan? Loh kok gini, harusnyakan Lusy diikat dengan kuat lalu disekap dalam kamar, ini malah nyantai-nyantai di ruang tamu sambil ngemil kerupuk.

Lusy, jadi kamu nggak diculik? tanya Gio dengan spontan dengan polosnya.
Hah? giliran Lusy yang terheran-heran dengan pertanyaan yang dilontarkan Gio.
Tadi aku lihat kamu ditarik ke mobil sama seseorang, terus kita ngikutin kamu sampai ke sini, kirain kamu diculik tahunya enggak ya?
Lusy tertawa kecil, Oh, itu pamanku, dia ingin aku nginep di rumah barunya ini, sambil nyeritain tentang kota ini, soalnya dia baru pulang dari luar negeri, aku nggak mau soalnya besok kan sekolah. Tiba-tiba seseorang turun dari tangga.

Lusy, itu temen kamu ya? Kenapa nggak bilang mau bawa temen, kan makanannya jadi kurang, suruh asisten paman buat beli makanan lagi sana. Lusy ke luar memanggil asisten dari pamannya, tiba-tiba Lusy berteriak dari luar. Ada apa? dia menunjuk pada dua orang yang tergeletak pingsan.
Apa yang terjadi pada mereka paman? dengan rasa malu kami menjelaskan semua kejadiannya, kemudian mereka tertawa terbahak-bahak.

Pengalaman yang cukup aneh bila diingat-ingat, aku hanya senyum-senyum sendiri tiap kali teringat kejadian itu. Mungkin hal tersebut tidak akan pernah ku lupakan.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience