Rate

BAB 1

Drama Completed 570

Entah bagaimana perasaan yang aku rasakan saat ini. Apakah ini bentuk penyesalan yang teramat mendalam atau apakah ini hanya untaian masa lalu yang membuatku kadang boleh jadi gila jika terus memikirkannya. Cerita ini bermula dari dua puluh tahun yang lalu, ketika itu aku baru memasuki sekolah menengah pertama. Di hari pertama sekolah ketika aku masuk ke dalam kelas mataku tertuju pada seorang anak perempuan yang duduk manis di bangku deretan nomor dua dari depan. Aku langsung terpana melihat anak perempuan yang berwajah sangat manis itu. Setelah semua pelajar dikelasku memperkenalkan dirinya masing-masing, barulah aku mengetahui jika anak perempuan itu bernama Mierra. Mungkinkah ini cinta monyet atau cinta apalah, aku langsung jatuh cinta dengan Mierra.

Mierraanak perempuan yang sangat supel, teman-teman sekelasku sangat suka bermain dengannya bahkan banyak siswa-pelajar yang berlainan kelas dengan kami pun juga dekat dengan Mierra. Ia ramah dengan setiap orang. Jantungku pasti berdetak dengan cepat jika ia mulai tersenyum padaku, aku pun pasti selalu salah tingkah jika berbicara dengannya. Aku tidak bisa mengekspresikan perasaanku padanya, bahkan aku malu bila berada di dekatnya. Aku hanyalah seorang cowok yang baru beranjak remaja, aku tidak tahu bagaimana cara mendekati seorang wanita. Saat itu aku hanya bisa menatapnya bila ia sedang tertawa dan bermain dengan teman-teman di kelas. Dan dialah Ochi, anak perempuan teman sekelas kami juga, dengan dialah aku suka curhat tentang perasaanku ini pada Mierra. Kadang Ochi sering memberikanku semangat agar aku bisa dan tidak malu bila berada di dekat Mierra.

Aku teringat, dulu pada suatu hari Guru Geografi memberikan kami tugas kelompok, dan entah keajaiban apa yang terjadi tiba-tiba aku dipasangkan dengan Mierra sebagai partner. Sumpah aku sampai tidak bisa tidur bila malam tiba, dan di hari itu Mierra mengajakku pergi ke toko buku untuk mencari bahan makalah yang di tugaskan oleh guru kami.

Berkali-kali aku menelepon Ochi sekedar meminta saran apa yang harus aku lakukan nanti jika aku pergi berdua dengan Mierra. Dengan sabar Ochi mengajarkanku tentang cara mendekati seorang wanita. Aku merasakan kenyamanan di dekatnya ketika kami pergi berdua. Hari itu aku jadikan moment terindah dalam hidup ini. Mierra banyak bercerita hal-hal yang sangat lucu yang bisa membuatku tertawa terbahak-bahak, dia tertawa sangat manis depan mataku. Ohh Tuhan seandainya aku bisa memperpanjang waktu di hari itu, aku cuma bisa mengaguminya di dalam hati ini saja. Sepulang dari toko buku Mierra mengajaku pulang kerumahnya, hmmm ternyata rumah dia tidak begitu jauh dengan sekolah dan rumahku. Kami berdua mengerjakan tugas hingga malam.

Baru aku mau mendekatinya, tiba-tiba aku melihat Mierra mendapatkan sepuncuk surat dari Kakak kelasku. Lega rasanya ketika Ochi memberitahu kalau Mierra menolak untuk berpacaran dengan Kakak kelasku yang bernama Novit itu. Novit terus menerus mengejar-ngejar Mierra, Aku jadi takut mendekati Mierra lagi karena Novit adalah pelajar yang paling tampan dan digandrungi oleh banyak anak-anak perempuan pada waktu itu. Aku berpikir Novit yang setampan itu saja di tolak sama Mierra apalagi aku cowo pendiam yang bertampang pas-pasan ini. Sejak saat itu aku hanya bisa memendam perasaanku padanya.

Ketika kenaikan kelas dengan berat hati aku keluar dari sekolah ku, karena aku harus ikut pindah dengan orang tuaku yang di tugaskan ke luar negeri. Mama dan Papa membuat pesta perpisahan dengan teman-teman sekelasku di rumah. Aku tersenyum bahagia ketika melihat kedatangan Mierra di rumah. Mierra memberikan sebuah kado mungil untukku. Aku mendapatkan sebuah gantungan kunci yang berbentuk lambang Superman, superhero kesukaanku.
“Kendy… kok loe tiba-tiba aja sih mau pindah keluar negeri, sudah enggak betah tinggal di Jakarta yaa? Hmm… enggak ada teman yang asyik buat diajak ke kantin lagi dong” Tanya Mierra manja padaku sambil tersenyum.
“Maunya sih enggak pindah Na, tapi bokap gue ditugasin ke Malaysia selama dua tahun, hmmm… beginilah nasib jadi anak yang paling kecil, harus ikut orang tua kemana mereka pergi” jawabku sambil memandang Mierra.
Mierratertawa mendengar gerutuku, lalu ia menepuk-nepuk pundakku.
“Ayo… kita foto” ajak Mierra yang membuatku terkejut mendengarnya.
“A… apa, hmmm kita foto berdua?” tanyaku ragu-ragu.
“Iyah… loe enggak keberatan kan” jawab Mierra sambil tersenyum.
Aku tersenyum sambil menggelengkan kepala.
“Nanti kalau loe kangen sama gue, lihat foto ini aja” canda Mierra sambil tertawa meledek ku.

Yaa… Foto itulah yang membuat obat perinduku bila aku rindu dengannya. Sebelum aku pergi, aku sempat bertemu dengan Ochi dan berpesan padanya. “Jagain Mierra yaa Chi?” Mohonku pada Ochi. Ochi tersenyum lalu ia menganggukan kepalanya. Selama berada di Malaysia aku sering menyurati Ochi hanya untuk sekedar menanyakan keadaan Mierra di sekolah. Ochi selalu bercerita banyak tentang Mierra, kadang ia sampai menulis berlembar-lembar surat yang dikirimnya. Aku selalu tersenyum dan membayangkan Mierra jika membacanya. “ Mierratambah manis lho Ken, kemarin dia abis di panggil guru BP karena ketahuan dia yang membuat heboh guru-guru di sekolah. Loe tau nggak sih, Si Mierra itu jahil banget deh masa helm punya guru di tuker-tuker tempatnya sama dia, jadinya pas guru-guru mau pulang mereka pada kaget karena helm yang berada di motornya itu bukan helm punya dia, terus mereka pada nyariin helmnya yang pada tertuker gitu”. Hahahahahaha… aku tertawa membaca surat Ochi. Yaa Tuhan aku tambah merindukan dirinya saat itu. Pada suatu hari aku mencoba meneleponnya, aku mengobrol dengan Mierra. Seperti biasa Mierra banyak bercerita tentang dirinya. Rasa rindu ini pun sedikit terobati sejenak karena mendengar suaranya. Tetapi apa daya, waktu ku sangat terbatas untuk meneleponnya karena biaya telepon yang sangat mahal pada jaman itu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience