Rate

BAB 3

Drama Completed 570

Dan hari ini aku di kejutkan dengan kedatangan Ochi yang tiba-tiba saja masuk ke dalam ruang kantorku.
“Kendy… Tau nggak loe, kemarin gue bertemu dengan Mierra waktu reunion SMP. Gila sekarang dia tambah manis dan cantik banget! Coba loe lihat deh fotonya” celoteh Ochi antusias.
Dengan jantung yang berdetak sangat kencang aku mengambil ponsel milik Ochi dan melihat foto Mierra. Yaa… Tuhan dia sangat manis sekali, seakan-akan hatiku meleleh kembali saat melihat wajahnya. Terbayang lagi masa-masa lalu ku saat di sekolah dengannya dulu.
“ Mierrabaru menikah dua bulan yang lalu” kata Ochi sambil tersenyum.
“Du… dua bulan yang lalu” tanyaku gemetar.
“Sudahlah… Ken, semuanya sudah berakhir” jelas Ochi.
“Iyah…” Jawabku singkat.
“Kemarin gue banyak banget cerita tentang perasaan loe dengannya dulu” kata Ochi.
“APA…?” teriakku kaget.
“Iyah… gue tau banget perasaan loe Ken, gue yakin sampai saat ini terkadang loe masih memikirkan Mierra, kan?” Jelas Ochi.
“Sinna… komentar apa” tanyaku ragu.
“ Mierraterkejut sewaktu gue menceritakan tentang perasaan loe padanya dulu. Sebenarnya Mierra juga punya perasaan yang sama kaya loe, tapi loe nya aja yang tidak berani untuk mendekatinya? Sudahlah kalian sudah mempunyai pasangan hidup masing-masing. Anggaplah yang dulu itu sebagai cinta monyet” jelas Ochi sambil tertawa.
Aku tersenyum lesu mendengarnya, benar juga kata Ochi kini kami berdua sudah mempunyai pasangan masing-masing. Mudah-mudahan aku bisa merelakan Mierra.
“Sabtu besok gue mau ketemuan sama Mierra. Loe ikut yaa Ken? Mierra mau bertemu sama loe tuh” kata Ochi.
Aku menganggukan kepala tanda setuju. Apa yang harus aku lakukan bila berhadapan dengannya nanti tanyaku dalam hati. Sumpah aku sangat mengharapkan hari sabtu segera tiba. Aku ingin melihat dan memandang wajahnya setelah bertahun-tahun lamanya tidak berjumpa.

Dan kini aku menatap Mierra yang sedang berjalan menghampiriku dan Ochi. Ia tersenyum manis padaku, diri ini gemetar dan jantung ini mendadak berdetak sangat cepat ketika memandangnya di sore itu. Senyumannya tidak berubah, ingatanku terbang melayang kembali ketika pertama kali aku melihat wajahnya sewaktu di sekolah dulu.
Kennndyyyy… teriak Mierra sambil tertawa dan melambaikan tangannya. Lalu ia memelukku dengan erat. Tubuh ini seolah-olah kaku tidak berdaya di dalam pelukannya.
“Hai… Sudah lama banget yaa kita enggak ketemuan, gue kangen sama loe tau celoteh Mierra sambil tersenyum”.
“Apa kabar… Na, tanyaku sambil memandangnya”.
“Baik… loe kemana aja sih, menghilang begitu saja dan enggak ada kabarnya? Tanya Mierra”.
“Ada kok… jawabku sambil tertawa”.
“Haalllooo… hai… duh kok gue dianggurin yaa di sini? Teriak Ochi sambil mengerutkan keningnya”.
Mierramemeluk Ochi yang sedang cemberut karena merasa di cuekin oleh aku dan Mierra.
“Ochi… Duh loe juga menghilang sama kaya kendy? tau nggak sih… gue sempat nyariin loe berdua sebelum gue menikah kata Mierra sambil menarik napas panjangnya”.
Lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum melihat dan mendengar celotehan Mierra yang sama sekali tidak berubah dari dulu. Ia masih menjadi anak yang supel dan manis meskipun sudah menikah. Kami bertiga mengobrol panjang lebar di sepanjang sore ini sampai akhirnya kami berpamitan untuk pulang karena sudah malam. Aku mengantarkan Mierra sampai ke mobilnya. Mierra lalu menatapku dengan tajam.
“Maafkan gue yaa Ken, waktu itu gue sudah mengusir loe dari rumah. Hmm itu karena gue takut ketahuan orang tua gue, kalau loe sedang mabuk” kata Mierra pelan.
“Enggak apa-apa Na, itu memang gue yang salah” jawabku sambil tersenyum.
“Gue pulang dulu yaa, kapan-kapan nanti kita bisa ketemuan lagi oke? Gue mau kenalanin loe sama suami gue” kata Mierra sambil tertawa.
Aku menganggukan kepala sambil tersenyum.
“Na… hmm, gu… gue boleh meluk loe sekali lagi nggak?” tanyaku sambil menatapnya.
Kali ini Mierra yang menganggukan kepalanya sambil tersenyum. Aku memeluk Mierra mungkin ini untuk yang terakhir kalinya. Ada setitik perasaan menyesal yang sangat dalam di hati ini. Kalau saja aku dulu berani untuk mengungkapkan perasaanku ini padanya, entah apa yang terjadi di hari ini. Yaa Tuhan apa yang terjadi dengan perasaanku ini.

Tidak lama kemudian Sedan merah yang di kendarai oleh Mierra perlahan-lahan pergi meninggalkanku. Aku melangkahkan kaki menuju mobilku kembali setelah Mierra pergi. Ochi menatap tajam diri ku yang sudah menunggu di dalam mobil, lalu ia memelukku dengan erat.
“Lupakan Mierra Ken, ini semuanya sudah berlalu kata Ochi lirih”.
Aku menganggukan kepala, tampak disadari airmataku pun mengalir deras di pipi, dada ini terasa amat sesak dan aku pun menangis terisak-isak di depan Ochi. Aku merasakan kehilangan yang amat mendalam. Setelah mengantarkan Ochi pulang, aku mengendarai mobilku berputar-putar mengelilingi kota seorang diri. Dan tepat di tengah malam itu aku berdiri di pinggir pantai, aku berjanji pada diriku sendiri untuk melupakan Mierra selamanya. Seorang wanita yang teramat aku kagumi, seorang wanita yang selalu ceria dan membuatku merasa kenyamanan didekatnya, seorang wanita yang telah membuatku semangat untuk sembuh kembali dari jeratan narkoba. Aku memandang gantungan kunci yang bergambar lambang superman di dalam genggaman tanganku sekali lagi, lalu aku melemparnya jauh-jauh ke tengah laut. Selamat tinggal cinta pertamaku yang manis, semoga kamu bahagia dengan pasanganmu sekarang. Aku akan selalu berdoa untuk kebahagiaanmu, tidak lama kemudian aku pulang k erumah untuk berkumpul kembali dengan Istri dan anak-anaku tercinta.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience