BAB I Rencana Pertunangan

Romance Completed 4909

Imanuella adalah anak tunggal yang lahir dari sebuah keluarga dengan latar belakang yang sangat di hormati dan di segani karena Papanya adalah orang penting dalam pemerintahan dan mamanya adalah seorang dosen yang baru saja mendapatkan gelar Doktornya.

Bagi seorang Imanuella, harta dan kemewahan adalah kesehariannya. Tapi tak pernah sekalipun, Ella (begitu Imanuella dipanggil) bangga dengan semua itu. Ella terbiasa sederhana bahkan dengan kesederhanaannya itu, banyak orang yang tidak tahu bahwa Ella adalah seorang anak pejabat penting.

Ella memiliki kepintaran yang luar biasa. Kepintaran itu dia dapat dari kedua orang tuanya yang mendidik dia dengan disiplin dan Takut kepada Tuhan. Prinsip kedua orang tua Ella adalah Barang siapa yang Takut kepada Tuhan dan selalu berdoa maka semua keinginan akan tercapai. Itu juga yang dipegang oleh Ella.
Kepintaran diatas rata – rata, rupa dan fisik yang begitu cantik membuat semua mata tak pernah lepas memandangnya. Senyuman dan kesederhanaannya membuat siapa saja betah berada di dekatnya. Kepintaran itu membawa Ella mendapatkan beasiswa S2 ke Belanda saat dia masih menyelesaikan studi S1nya di FKIP MIPA di salah satu univeritas ternama dikotanya.

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Di Ruang Nonton

“Ma, hari ini Ella pulang agak sorean ya” kataku.
“Memangnya mau kemana sayang?” tanya mama Nina
“Ella ada jadwal konsul proposal, Ma” jawabku.
“Nggak bisa konsul sama mama aja, sayang?” tanya papa Daniel
“Nggak bisalah, pa. Dosen pembimbing Ella kan bukan mama” jawabku.
“Tapi kan, pasti bisa aja” kata papa sambil memberi kode ke mama.
“Nggaklah, pa. Entar pak Anthon bisa ngamuk sama Ella” jawabku.
“Iya, pa. Mana ada Ella harus konsul ke mama. Yang bertanggung jawab sama kelas Ella kan bukan mama, pa” timpal mama.
“Mau papa anterin sekalian ke kampus?

Kebetulan papa juga mau lihat proyek pembangunan rumah kita di dekat kampus” kata papa.

“Boleh, pa. Biar irit ongkos bensinlah” jawabku.
“Ella, ella. Itu mobil mau mama jadikan rongsokan ya?” tanya mama mengingatkan kalau aku punya mobil sendiri.
“Bukan begitu ma, tapi Ella capek nyetir mobil di saat – saat begini” jawabku.
“Papa dan mama ngasih hadiah mobil itu biar kamu mudah ke mana aja tanpa harus mengeluarkan uang lebih. Paling cuman buat beli bensin doang kan, sayang” kata papa.
“Kalau gitu, mama akan cari supir buat kamu aja. Biar nggak capek nyetir. Mau?’ kata mama.
“Terserah mama aja! Tapi sopirnya yang agak tuaan ya ma” pintaku.
“Nanti mama carikan” jawab mama.
“Sarapannya sudah siap, Bu” kata mbak Atik.
“Makasih ya, mbak” kata mama. “Ayo, kita sarapan dulu” ajak mama.

Kami bertiga berjalan masuk ke ruang makan dan duduk pada posisi kami masing – masing dan sebelum sarapan, kami berdoa seperti biasanya. Di meja makan hanya sendok dan garpu yang berbunyi di piring makan kami. Mama membiasakan aku dan papa sarapan dengan nasi dan lauk - pauk, ada juga roti yang selalu tersedia. Tapi kami lebih suka sarapan dengan nasi karena lebih mengenyangkan, itu kata mama. Setelah sarapan, aku pamit masuk kamar untuk bersiap begitu juga papa dan mama bersiap untuk berangkat kerja.

“Ella jadi kan papa nganterin?” tanya papa.
“Nggak jadi deh, pa. Ella mau nyetir sendiri aja. Ada yang mau Ella beli dulu” jawabku,
“Ya, udah. Papa duluan ya, sayang” kata papa.
“Ella, mama numpang ya?” tanya mama.
“Ella mau mampir toko buku dulu, ma” jawabku
“Ya, sekalianlah. Mama juga mau mampir di kantornya Om Zacky” kata mama.
“Ya udah, ayo ma” ajakku.

Aku dan mama masuk mobil dan melaju membelah jalanan kotaku. Di dalam mobil mama mengajakku bicara tentang pacarku (Ya, aku punya pacar. Namanya Alex).

“Sayang, bagaimana hubunganmu dengan Alex?” tanya mama.
“Kita baik - baik aja, ma” jawabku.
“Mama lihat belakangan ini, kalian tak pernah jalan bareng lagi?” tanya mama lagi.
“Ma, kita berdua kan sibuk ma. Ella sibuk nyiapin proposal, Alex sibuk nyiapain skripsinya, ma” jawabku.
“Mama dan mamanya Alex berencana setelah kalian wisuda nanti. Kalian bertunangan dululah sebelum kamu berangkat ke Belanda, sayang. Rencananya Alex juga mau lanjut kuliahnya di Jerman, kata mamanya” kata mama.
“Alex sudah pernah bilang ke Ella tentang rencana mamanya ini, ma. Tapi Ella belum jawab, ma” kataku. “Tadi mama bilang Alex mau lanjut kuliah di Jerman?” tanyaku kaget.
“Kamu belum tahu sayang?” tanya mama.
“Alex nggak bilang ke Ella, ma” jawabku.
“Mungkin dia sengaja nggak ngasih tahu dulu ke kamu, sayang” kata mama.
“Entar Ella tanyakan sama dia, ma” kataku.
Setelah beberapa menit, kami sampai di halaman kantor Om Zacky dan mama turun. Tapi sebelum turun dari mobil, mama mencium pipi kiri dan kananku.
“Dah sayang. Sampai ketemu di rumah ya” kata mama.
“Sampai jumpa, ma” kataku.
Aku kembali melajukan mobilku ke arah sebuah toko buku untuk membeli beberapa buah buku untuk penyusunan proposalku. Tiba - tiba handphoneku berbunyi.
“Hallo sayang” sapa Alex
“Hallo, sayang” jawabku.
“Kamu dimana? Aku sudah di kampus” kata Alex
“Aku dijalan, sayang. Nyetir mobil sendiri. Udah dulu ya” jawabku.
“Oke. Aku tunggu di kampus ya” katanya dan mematikan sambungan telepon.

Aku memarkirkan mobilku di parkiran toko buku dan masuk untuk membeli buku yang aku mau. Handphoneku bunyi lagi.

“Ella” teriak Riska.
“Hei, pelankan suara kamu Ris. Telingaku bisa pecah bahkan suaramu saja di dengar semua pengunjung toko” kataku.
“Kamu di mana sih?’ tanya Riska.
“Aku lagi di toko buku, Ris” jawabku.
“Buruan, ada yang mau aku dan july ceritakan” kata Riska.
“Kalian dimana?” tanyaku.
“Biasa, Taman Kampus” jawab Riska.
“Baiklah” kataku dan langsung mematikan sambungan telepon.

Setelah membeli buku, aku kembali melajukan mobilku ke kampus dan memarkirkan mobilku di parkiran kampus disamping fakultasku.

“Ella, kami disini” teriak Riska sambil melambaikan tangannya.

Aku mebalas lambaian tangan Riska dan berlari kecil ke arah mereka dan sebelum aku sampai di hadapan Riska dan Juli. Alex sudah lebih dulu menangkapku dengan pelukannya.

“Kamu” kataku kaget.
“Makanya jangan lari - lari, untungnya aku yang nangkap kalau orang lain gimana” kata Alex.
“Kamu memang ada maunya sih” kataku.
“Kalian berdua ini bikin iri satu kampus liatin kemersaraan kalian” kata July.
“Gimana proposalnya udah beres kalian?” tanya Alex.
“Hari ini konsul terakhir sih,Lex” jawab Riska.
“Semangat ya untuk kalian” kata Alex.
“Kamu juga ya, semangat untuk skripsinya” kata July.
“Makasih ya” jawab Akex.
“Sayang, jadikan ambil beasiswanya?” tanya Alex.
“Jadilah sayang. Kamu tahu kan itu cita - citaku dari dulu” jawabku.
“Aku belum sempat bilang ke kamu kan. Aku juga rencananya mau lanjut ke Jerman” kata Alex.
“Aku udah denger dari mama tadi. Katanya mama kamu yang bilang ke mama” jawabku.
“Berarti mama aku udah bilang juga kan tentang renacana pertunangan kita?” tanya Alex yang mengundang teriakan dari Riska dan July.
“Tunangan?” teriak Riska dan July serempak.
“Kalian berdua, hei. Kesambet sampe teriak kaya gitu” kataku.
“Jangan kaget. Kita berdua akan bertunangan sebelum kita berangkan ke luar negeri lanjutin kuliah kita” jawab Alex.
Riska dan July memandangku dan Alex bergantian dengan perasaan bingung. “Hei, kalian berdua kenapa sih? Ngeliatin kita sebegitunya?” tanyaku.
“Eh. Eng, nggak kok. Kaget aja, pas dengerin apa yang barusan dibilang Alex tadi” jawab Riska.
“Ia, aku juga kaget dengerinnya” kata July.
“Kalian kenapa sih? Kita berdua ini baru mau tunangan aja kalian terkejut begitu. Apalagi nanti kita nikah, yang ada kalian berdua bisa pinsan nanti” kataku.

Cerita ini tentang seorang wanita muda yang bukan hanya sekedar cantik wajah dan fisiknya saja tapi dia memiliki kepintatan yang luar biasa dan membawanya mendapatkan beasiswa Saya di Belanda. Namun semuanya itu berbanding terbalik dengan kisah cintanya yang membuat dia merasakan sakit yang luar biasa. Imanuella Stevany itu nama wanita muda ini.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience