Undangan

Romance Completed 4909

Setelah bergelut dengan ujian proposal nya, kini Ella kembali mempersiapkan dirinya untuk menyelesaikan skripsinya. Dan semua itu dikerjakan sendiri dan sesekali dia meminta bantuan mama Nina juga.

"Sayang, besok mamanya Alex dateng loh" kata mama

. "Ia, ma" jawabku. "Kamu sudah yakin mau tunangan sayang?" tanya papa.

"Ia, pa. Biar ada ikatan kata mama dan mamanya Alex" jawabku. "Tapi kalian benar - benar yakin?" tanya papa lagi.

"Sebenarnya Ella masih pengen bebas lanjutin kuliah dan kerja juga, pa. Tapi mau gimana lagi, Ella ikut ajalah. Toh, Ella dan Alex juga udah pacaran lama kan pa. Nggak enak juga" jawabku.

"Papa sih dukung - dukung aja keputusan kamu, sayang. Tapi kalau sudah begini, nggak bisa di cancel lagi" kata papa.

"Ia, pa. Mama sama mamanya Alex main tentuin tanggal nggak ada ngomong dulu kek. Biar Ella bisa menyiapkan diri sebaik mungkin" kataku.

"Anak papa sama mama udah cantik dan pintar nggak ada yang perlu disiapkan dari diri kamu, sayang" kata mama.

"Pa, ma. Seminggu lagi ujian Skripsinya Ella" kataku mengalihkan pembicaraan.

"Loh, kok mama baru tahu? Nggak ada informasi ke mama loh sayang" kata mama.

"Maklum ma, Ella kan selalu diutamakan sama pak Anthon" kataku

"Kamu nggak mau mama sama papa buatin acara makan - makan bersama?" tanya mama

"Iya, sayang. Kan kapan lagi sih? Ini kan moment bahagia kamu" kata papa.

"Nggak usalah, ma. Ella juga kan mau berangkat setelah wisuda. Paling waktu yang disediakan buat santai setelah wisuda hanya seminggu atau dua minggu aja" jawabku.

"Kan semua akomodasi kan di tanggung pemerintah, sayang" kata mama.

"Iya, ma. Tapi Ella kan juga harus irit, ma. Nggak selamanya Ella harus minta mulu sama papa dan mama" kataku.

"Ya, sudah" kata mama.

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Setelah pertemuan antara keluargaku dan keluarga Alex, maka ditentukan seminggu setelah pertemuan ini kami akan bertunangan. Papa dan mama memintaku fokus dengan skripsi yang sedang ku siapkan sedangkan untuk hari pertunangan biarkan papa dan mama yang mengurusnya.

“Ella, kamu sudah yakin bakal tunangan sama Alex?” tanya Riska

“Kamu nggak bakalan nyesel, Ella?” tanya July juga.

“Kalian berdua kenapa sih?” Aku balik bertanya.

“Apa kamu sudah benar - benar yakin dengan keputusanmu, Ella?” tanya Riska

“Hei, aku pacaran sama Alex bukan setahun atau dua tahun. Kalian berdua kan sendiri tahu kan? Aku dan Alex sudah 6 tahun menjalani hubungan ini dan kami sudah saling mengenal satu dengan yang lain. Kalian kenapa sih? Sejak denga aku dan Alex mau tunangan, kenapa kalian sepertinya nggak suka sih? Apa kalian nggak mendukung kami?” tanyaku.

“Aku dan Riska selalu bersama dan mendukungmu, Ella. Kami mau yang terbaik bagimu, kami nggak mau kamu kelak menyesal, Ella. Hubungan yang lama nggak menjanjikan sebuah hubungan akan mulus dan bahagia” jawab July.

“Ella sayang, bukan maksud kami tidak mendukung kamu. Hanya kami ingin coba kamu pikirkan sejenak hubunganmu dengan Alex. Ingat pertunangan adalah sebuah jalan menuju pernikahan dan ini nggak main - main” kata Riska membuatku kaget.

“Apa sih, maksud kalian berdua. Apa Alex telah melakukan kesalahan dibelakangku tanpa ku ketahui?” tanyaku penuh selidik.

Riska menyodorkan handphonenya dan menunjukkan sebuah video yang pada awalnya aku tidak mau melihatnya. Tapi seketika aliran darahku mengalir terasa cepat dan membuat seluruh tubuhku menjadi panas dan kedua bola mataku seketika membulat bahkan mulutku ternganga melihatnya.

“Kenapa kamu lakukan ini? Apa karena selama ini aku nggak bisa seperti ini dan kamu mencari yang bisa? Apa kurangnya aku, Lex? Apap ini yang kamu cari? Oh, Tuhan. Apa ini yang Kau kehendaki?” Batinku meronta.

“Dari mana kalian dapatkan video ini? Apap kalian berdua sengaja melakukannya untuk menggagalkan pertunanganku?” tanyaku menutupi apa yang krasakan.

“La, kamu pikir aku dan Riska yang lakuin semua ini? Ingat La, kita bersahabat bukan baru kemarin. Dari kita kecil, kita udah sama - sama, La” kata July.

“La, kamu akan tahu sendiri pada akhirnya. Video ini benar - benar nyata atau hanya rekayasa” kata Riska.

“Kalian” kataku tersendat. “Aku pulang” kataku dan melangkah meninggalkan mereka berdua yang duduk.

Aku melangkah keluar menuju parkiran kampus dan masuk ke dalam mobilku. Sejenak aku duduk dan berpikir tenang kemudian ku lajukan mobilku menuju rumah. 1 jam aku berkendara dengan hati - hati karena aku tidak mau menginjak pedal gas terlalu dalam. Akhirnya aku sampai dirumah.

“Selamat siang, mbak” salamku sambil duduk di kursi teras.

“Selamat siang, Non” balas mbak Atik. “Non mau langsung makan?” tanya mbak Atik.

“Nggak. Mbak. Ella masih kenyang” jawabku. “Papa sama mama sudah pulang mbak?” tanyaku.

“Ibu sudah pulang, Non. Lagi di ruang kerja. Kalau bapak, belum Non” jawab mbak Atik

“Makasih mbak. Ella masuk ya mbak” kataku melangkah.

“Iya. Non” jawab mbak Atik

“Sayang, sudah pulang? Gimana skripsinya sudah siap?” tanya mama.

“2 x konsul lagi, ma. Ada 2 bab yang harus di perbaiki lagi” jawabku sambil duduk.

“Loh kok bisa sih? Kan mama sama pak Anthon sudah ngebahas skripsi kamu, nggak ada yang perlu diperbaiki lagi” kata mama.

“Itu kan mama sama pak Anthon bukan mama sama Bu Wilna” jawabku.

“Oh, Bu Wilna. Dosen bilogi kan? Kok bisa?” tanya mama.

“Iya, ma. Beliau itu pembimbing Ella juga” jawabku.

“Ya, sudah nanti mama bicara sama Bu Wilna” kata mama.

“Nggak usah ma. Ntar nggak enak juga kan kalo mama ikutan dalam skripsi Ella. Ella mau usaha sendiri ma dengan kemampuan Ella. Percuma juga Ella dapat beasiswa kalo skripsinya di bantu mama sendiri” kataku.

“Bukan begitu sayang” kata mama.

“Nggak papa, ma. Ella usaha sendiri” kataku.

“Ya, sudah. Jangan lupa berdoa biar semuanya lancar” kata mama. “Oh, iya. Undangan pertunangan kamu, sudah siap. Tadi EO sudah hubungin mama, dan undangannya juga udah disebarin ke alamat - alamat yang sudah mama berikan” lanjut mama.

“Iya, ma. Ella ke kamar ya” kataku.

“Istirahat ya. Jangan lupa vitaminnya sayang” kata mama mengingatkan.

Aku melangkah menuju lantai 2. papa dan mama sengaja merombak rumah ini sesuai keinginanku. Di lantai 2 hanya ada 2 kamar dan masing - masing ada kamar mandi di dalamnya juga ada mini kitchen di sana dengan semua kelengkapannya. Agar jika malam, aku tidak lagi turun ke lantai bawah hanya sekedar untuk minum.

Aku nyalakan AC kamar dan munutup rapat pintu. Aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Setelah itu, aku berpakaian rapi dan duduk di tempat tidurku. Aku mencoba menenangkan diriku dengan berdoa dan meminta petunjuk dari Tuhan. Setelah selesai berdoa tiba - tiba handphoneku berdering.

“Hallo” sapaku.

“Hallo” sapa seorang wanita di seberang.

“Apa betul ini Ella? Ella Wijaya?” Tanya wanita itu.

“Iya, betul. Ini siapa ya? Tahu nomor Hpku dari siapa?” tanyaku.

“Kamu nggak perlu tahu siapa aku? Yang penting adalah, aku tahu siapa kamu” jawabnya.

“Apa mau kamu?” tanyaku.

“Aku temannya Alex. Teman di tempat tidur maksudku” katanya.

“Jaga bicaramu!” kataku.

“Kamu memang pintar dalam segi pendidikan tapi kamu bodoh dalam percintaan dan memahami pacarmu, sayang” katanya.

“Tutup mulutmu” kataku.

“Aku telah mengirimkan beberapa video untukmu. Jangan lupa di tonton ya!” kata wanita yang tak menyebutkan namanya dan langsung mematikan sambungan teleponnya.

Aku melihat layar Hpku dan ternyata benar ada beberapa chat masuk ke aplikasi whatsappku. Tanpa menunggu lama, aku mulai membuka chat itu ternyata benar ada kiriman video dari nomor yang tidak di kenal. Betapa kagetnya aku dengan video - video ini. Kalau hanya 1 video saja, aku masih bisa menahan emosiku tapi kini lebih dari 1 video yang harus kutonton dengan mataku.

Ingin rasanya aku teriak dan berlari ke mama untuk membatalkan pertunangan ini. Tapi aku tidak ingin mengecewakan papa dan mama. Dan aku juga begitu mencitai Alex dan aku tidak percaya dengan apa yang ku lihat, apalagi video itu di ambil dalam keadaa penerangan yang begitu minim. Yang membuatku sadar adalah suara dan nama yang disebut adalah suara dan nama Alex.

“Tuhan apa ini balasannya untukku? Apa aelama ini Alex hanya mempermainkan aku? 6 tahun hubungan kami dan 2 hari lagi kami akan bertunangan. Oh, Tuhan. Apa ini?” batinku.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience