Rate

BAB 1

Drama Completed 353

Sebuah cahaya muncul dari balik sebuah pohon besar yang mereka temukan. Para pemburu itu sesegera mungkin menghampiri pohon besar itu. Salah seorang pemburu yang bernama Hidra menyentuh cahaya itu dan seketika ia terbawa oleh pusaran cahaya yang tiba-tiba muncul. Ketika terbangun Hidra telah berada di tepi sungai yang sangat indah. Hidra melihat ke sekelilingnya terdapat gunung-gunung, pohon-pohon, bunga-bunga, dan binatang-binatang yang sangat cantik dan unik. Ia merasa ini bukan dunia manusia lagi. Dari kejauhan Hidra mendengar suara seseorang. Ia berjalan mencari sumber suara tersebut. Dilihatnya dua wanita yang menyerupai manusia sedang berjalan ke tepi sungai.

“Aku sangat membenci menteri ayahku, ia selalu mencoba meramalkan masa depanku,” kata wanita yang menggunakan mahkota indah dan sepertinya ia adalah tuan putri.
Wanita yang satunya lagi hanya diam mendengarkan putri itu marah-marah.
“Hai Kiran apa kau mendengarkanku? Kau ini temanku seharusnya kau mengerti aku!” putri itu marah.
“Telingaku sudah sakit mendengarkan teriakan marahmu yang tidak jelas itu,” wanita bernama Kiran menjauh dari sang putri.
“Apa sekarang kau tidak peduli lagi denganku?” kata sang putri.
“Bukan seperti itu Calista,” belum selesai Kiran berbicara putri bernama Calista itu pergi.
“Baiklah, aku kira kau teman baikku,”

Calista pergi menjauh. Hidra mengikuti Calista yang ke mana ia pergi dengan sembunyi-sembunyi. Sampailah mereka di sungai yang terdapat air terjun yang berwarna hijau berkilau. Calista merendamkan dirinya ke dalam sungai. Melihat cantiknya sang putri. Hidra ke luar dari tempat persembunyiannya. Sang putri tersentak dan takut melihat seorang manusia ada di alamnya. Calista ke luar dari air dan berlari menjauh, Hidra mengejar putri itu. Sang putri terjatuh dan pemburu Hidra mendapatkan putri itu. Dua bulan setelah kejadian itu diketahui putri Calista tidak pernah lagi ke luar dari kamarnya. Ia terus mengurung diri.

“Di mana dia?” Tanya raja kepada pelayan Calista.
“Di sana yang mulia,” kata pelayan itu.
Raja mendekati putrinya. “Calista ada apa denganmu?”
“Ayah.. maafkan aku,” putri Calista menangis dan memeluk ayahnya.
“Tidak, kau tidak pernah salah. Apa pun itu kau tidak pernah bersalah,” kata Raja. Purti Calista terus menangis.
“Sekarang ayuh keluar dari kamarmu kita akan merayakan ulang tahun perdana menteri,”

Calista mendengarkan ayahnya dan bersiap untuk perayaan itu. Ia ke luar dari kamarnya dihirupnya udara segar yang berada di luar kamarnya. Ketika sampai di aula dilihatnya banyak tamu yang datang. “Itu dia tuan putri Calista,” kata salah seorang tamu. Sang raja mendekati putrinya dan kagum pada kecantikan putrinya.
“Lihatlah.. bukankah tuan putri kalian sangat cantik..,” kata raja dengan gembiranya.
“Kecantikan itu telah mencemari bangsa kita raja,” kata perdana menteri istana dengan tegasnya. Suasana seketika diam, semua yang berada di perayaan itu kaget mendengar pernyataan lancang perdana menteri.

“Aku telah melihat semuanya mulia, apa yang terjadi pada sang putri. Ramalanku tentangnya benar,” perdana menteri mendekati raja dan sang putri.
“Dia telah ternoda oleh seseorang yang bukan dari bangsa kita yang mulia, dan aku melihat di dalam dirinya ada dua nyawa yang sedang tumbuh berkembang,” kata perdana menteri menunjuk sang putri.
“Apa yang kau katakan perdana menteri, lancang sekali kau,” raja itu marah dan mendorong perdana menteri itu.
“Aku tahu semuanya yang mulia, kau tahu aku punya pengelihatan khusus bukankah karena kemampuanku itu kau menjadikanku perdana menterimu? Tanya kepadanya yang mulia,”

Para tamu mulai resah mendengarkan pernyataan. Raja memandang putrinya.
“Katakan apa yang terjadi, kenapa waktu itu kau pulang dengan menangis?” kata raja.
“Itu benar Ayah dia berada di sini, dia..,”
“Pengawal. Cari dia dan bunuh. Perdana katakan apa lagi yang terjadi pada putriku, apa benar tentang ramalan itu?”
“Itu benar,”
Malam itu semua prajurit dikerahkan untuk mencari Hidra. Tetapi saat Hidra ditemukan ia sudah tidak bernyawa lagi.
Kerajaan Pari telah tercemar, akan banyak kutukan yang akan menimpa.

Sepuluh tahun berlalu setelah malam perayaan itu. Hati-hati! Alexa bangun dari tidurnya. Saat itu jam menunjukkan pukul satu malam, keringat mengalir di wajahnya entah kenapa mimpi buruk selalu ia alami baru-baru ini. Seseorang seperti dirinya sangat ingin membunuhnya. Dari luar kamar terdengar suara langkah kaki yang berjalan menuju kamarnya. Rasa takut semakin ia rasakan, tidak biasanya ada penghuni asrama yang ke luar tengah malam seperti ini.

“Yuri.. bangun ada seseorang,”
“Ada apa Ju?” kata teman sekamar Alexa yang bernama Yuri. Yuri juga mendengar suara langkah kaki itu. Alexa sering mengatakan tentang mimpi-mimpi anehnya itu kepada Yuri sehingga ia juga merasa takut jika hal itu benar terjadi.
“Apa itu dia?” kata Yuri takut.
“Diamlah,” suara itu semakin dekat dan dekat.
“Bolehkah aku meminjam selimutmu Alexa ,” seseorang di balik pintu berbicara dan terus mengetuk pintu.
“Mika apa itu kau?” Tanya Alexa .
“Aku boleh masuk,” Mika membuka pintu kamar Alexa .
Alexa dan Yuri menghela napas lega karena semua dugaannya tidak benar.
“Silahkan,”

Pagi harinya semua murid di asrama itu bersiap untuk berangkat ke sekolah.
“Alexa ..,” seseorang memanggilnya di belakang. Alexa menoleh dilihatnya sahabatnya Mika, Yuri, Diana, dan Gian berlari mendekatinya.
“Kenapa kau pergi sendiri saja? Apa kau tidak ingin berangkat bersama kami lagi?” Tanya Mika.
“Maaf, aku diberi tugas membersihkan halaman belakang sekolah oleh kepala asrama,”
“Aku tidak percaya bagaimana kau bisa masuk ke sekolah ini. Padahal untuk masuk ke sekolah ini kau harus memiliki kekuatan khusus,” sindir Gian.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience