#2 Tahun kemudian
* Karyn POV
Aku berjalan melewati taman ini. Aku masih ingat dengan jelas kejadian 2 tahun yang lalu. Saat aku dan Derin berbicara di bangku taman yang saat ini ada di hadapan ku. Aku masih ingat tentang dia yang mencoba bertanya apa yang terjadi dengan ku. Dia sungguh-sungguh tak terima dengan apa yang ku lakukan padanya. Dia bertanya kenapa aku harus melakukan hal itu. Aku tak menjelaskan alasan ku. Namun aku mendesaknya untuk tetap menjauhi ku. Berkali-kali dia memohon untuk tidak seperti ini. Tapi aku tetap teguh pada pendirian ku.
Hari-hari setelah itu , dia tetap menjadi Derin yang ku kenal sejak awal. Tapi hanya satu perbedaannya. Kami tak pernah lagi berbicara. Aku selalu pergi dan menghindar dari tatapan matanya.
Aku tau selama ini dia selalu mengikuti gerak-gerik ku selama aku disekolah. Selama ini dia selalu mengikuti ku dari belakang saat aku berjalan ke rumah setelah pulang sekolah. Bahkan saat aku ke kantin pun dia selalu berusaha duduk di tempat yang masih tergolong dekat dengan meja yang aku duduki.
Aku selalu berusaha tak menghiraukannya. Tapi semakin lama , aku sadar bahwa yang aku lakukan tetap salah. Aku merasa menyesal sudah melakukan hal ini padanya. Aku selalu ingin meminta maaf padanya , tapi aku terlalu gengsi untuk hal semacam itu.
Aku berharap , suatu hari nanti aku dan Derin bisa seperti dulu. Aku harap Derin tak akan pergi saat dia tau bahwa aku menyukainya. Aku berharap Derin memiliki perasaan yang sama dengan ku.
Walaupun itu hanya harapan ku saja. Aku pesimis karena banyak sekali gadis yang mendekatinya disekolah. Dan mungkin saja dia sudah memiliki salah satu diantaranya.
* * * * * *
* Derin POV
" Karyn.. " panggil ku lirih saat aku melihatnya duduk di kursi taman.
Ntah apa yang ia pikirkan sekarang , sampai-sampai ia tak menyadari kehadiranku yang sekarang berada di hadapannya. Hingga ia tersadar dan mengangkat kepalanya melihat ke wajah ku.
Sungguh. Aku merindukan mata indahnya dan pipinya yg chuby itu. Sudah terlalu lama aku tak melihat wajahnya sedekat ini. Sudah terlalu lama aku tak berada didepannya sedekat ini. Sudah terlalu lama aku tak berbicara dengannya.
" Derin. "
Tiba-tiba ia bangkit berdiri lalu melangkahkan kakinya melewati ku , ingin beranjak pergi. Melihatnya yang seperti ini , membuat emosiku membuncah.
" Sebenernya Aku salah apa!!?? " ku keluarkan emosi ku saat ini. Berharap bahwa ia mengerti keadaan ku yang terlalu sakit saat ia tinggal pergi tanpa alasan yang jelas.
Langkah kakinya berhenti tepat satu langkah di belakang tubuh ku. Emosi ku belum juga turun. Aku ingin semua yang aku pendam selama 2 tahun lebih ini , keluar sekarang juga.
" Apa salah ku!!?? "
" Jawab Karyn!! "
" Kamu masih punya mulutkan! Jawab aku!! "
Aku mengeluarkan emosi ku tanpa membalikkan badan ku menatapnya. Aku tau dia masih berada disitu. Samar-samar aku mendengar tangisannya yang lirih. Aku tau aku terlalu kasar karena membentaknya. Tapi aku sudah tak tahan terus-terusan seperti ini. Aku lelah selalu dijauhinya.
Ku balikkan badan ku menatapnya. Ku jatuhkan badannya kedalam pelukan ku. Ku harap pelukan ku cukup nyaman untuk menjadi tempatnya menangis saat ini.
Tangisnya semakin lama semakin pecah. Perlahan dia membalas pelukan ku. Aku merasakan dua hal yang berbeda disaat yang bersaman. Merasa senang dan sakit.
Aku senang , mungkin setelah kejadian ini Karyn akan seperti dulu. Berada disamping ku. Aku yang menemaninya kemanapun dia pergi. Dia yang mengajari ku tentang hal-hal yang tak aku mengerti. Tapi aku sakit , karena hari ini aku harus membuat air matanya mengalir deras dipelukanku.
Apakah selanjutnya aku akan dihukum oleh Tuhan karena sudah membuat salah satu bidadari kesayangannya menangis?
Aku tak ingin mendengar apapun alasannya sekarang. Yang lalu biarlah berlalu. Aku hanya ingin Karyn tetap ada disamping ku , mulai sekarang hingga nanti.
Beberapa lama kemudian Aku tersadar akan satu hal , dia tak lagi menangis. Tubuhnya tak lagi bergetar , hanya dengkuran halus yang ku dengar.
Haha. Senyaman itukah pelukan ku? Hingga bidadari Tuhan dapat tidur dengan nyenyak walaupun dia masih dalam posisi berdiri.
Aku berharap aku dapat memilikinya. Tak peduli siapapun yang harus aku hadapi. Aku sudah merasa cukup untuk perjuangan ku selama ini. Ku harap gadis dalam pelukan ku ini dapat merasakan bahwa aku memiliki cinta yang besar untuknya.
Dijauhi oleh gadis sepertinya tidak membuat perasaan ku padam. Malah semakin besar karenanya.
* * * * * *
* Author POV
Hari ini adalah hari terakhir Ujian Nasional yang berlangsung di SMA Harapan Wijaya High School , tempat dimana Karyn dan Derin bersekolah. Dan sudah 2 minggu terakhir ini mereka berdua kembali akrab. Merasa bahwa perasaannya terbalaskan oleh Karyn , Derinpun semakin merasa senang dan nyaman berada bersama Karyn.
Sore ini , keduanya berjalan beriringan melewati selasar. Ntah kenapa saat ini sekolah menjadi sepi , padahal baru saja diumumkan agar semua siswa datang kesekolah untuk menghadiri suatu acara. Namun Karyn sepertinya tak menyadari hal itu , ia terlihat biasa-biasa saja.
Mereka berjalan melewati kolam air mancur yang berada di depan Aula sekolah. Tiba-tiba Derin menghentikan langkahnya dan menggenggam tangan Karyn. Hal itu membuat Karyn bingung sekaligus gugup.
" Karyn.. Makasih ya.. "
Derin tersenyum sambil meneliti wajah Karyn yang saat ini tertunduk malu.
" Kamu kalau malu-malu begitu jadi mirip sama kucing deh. "
Seketika ekspresi Karyn berubah cemberut dan melepaskan genggaman Derin , lalu menyilangkan tangannya di depan dada. Melihat bidadarinya yang kesal , tawa Derin pecah. Karyn semakin menekuk mukanya kesal melihat Derin menertawainya
Karyn membalikkan badannya kesal lalu mencoba untuk melangkah pergi. Namun Derin menahan tangannya , mencoba menggenggam tangan kanan Karyn. Karyn diam , tak mencoba melanjutkan langkahnya. Tanpa ia ketahui , Lelaki dibelakangnya ini mencoba menghadapi dan menghapuskan rasa gugup yang pelan-pelan menguasai dirinya.
" Karyn. "
Panggil Derin sambil menarik tangan kanan gadis di hadapannya untuk mendekat. Karyn membalikkan badannya menghadap Derin , tiba-tiba saja rasa kesalnya hilang ntah kemana.
Kini matahari telah memasuki peraduannya. Cahayanya berubah redup menghiasi pemandangan senja kala ini. Angin semilir yang memainkan beberapa helai rambut Karyn , berhasil menghalangi pandangan Derin dari wajahnya.
Tangan Derin bergerak naik merapikan poni si gadis pendiam ini. Senyuman terukir di bibir manis Derin. Karyn terpana dan seakan tenggelam pada tatapan mata Pria tampan itu.
" Aku punya hadiah untuk mu. "
Karyn mengerutkan keningnya mendengar ucapan Derin.
" Aku sudah 2 kali melewatkan ulang tahun mu. Aku ingin memberikannya hari ini juga , sekarang juga. Bahkan sekaligus tiga-tiganya. "
" Aku tak melihatmu membawa sesuatu untuk ku. Kamu cuman mau ngerjain aku?"
tanya Karyn menyelidik sambil menajamkan matanya.
" Nggak. Aku kasiin sekarang aja ya? "
Karyn hanya mengangguk pelan karena dirinya tak paham dengan perkataan Derin.
* Karyn POV
" Satu. "
Derin mengucapkannya dengan keras.
Lalu setelah itu hiduplah lampu-lampu hias yang sangat cantik disekitar kami berdiri. Aku dari tadi tak menyadarinya. Aku menolehkan kepala ku melihat-lihat sejenak.
" Dua. "
Tiba-tiba saja semua anak disekolah ku muncul dan berdatangan melingkari kami berdua. Aku semakin bingung sekarang.
" Third.. and The Last. "
Di belakang Derin hiduplah lampu-lampu yang menyusun kalimat ' I Love You Karyna ' . Dan anak-anak yang lain mengeluarkan lampion terbang dari belakang tubuhnya.
Lampion itu terbang disekitaran kami , membawa 5 buah burung dari kertas origami. Aku mendongak menatap langit , mengiringi kepergian lampion yang sudah beranjak semakin jauh ke atas. Sungguh , ini pemandangan yang sangat indah. Aku tak pernah melihat ini sebelumnya. Aku takjub , aku sangat kagum dengan ini semua.
" Karyn. "
Aku tundukkan kepala ku melihat Derin yang sekarang berlutut di depanku. Tangan kirinya memegang ujung tali yang mengikat 2 buah lampion. Tangan kanannya terangkat mencoba meraih tangan ku.
" Aku cinta sama kamu. Dan aku rasa kamu tau itu. Jadi , can you Call Me Baby? "
Aku terkejut mendengarnya. Derin menembak ku saat beratus-ratus pasang mata melihat ke arah kami. Air mata ku leleh , turun membasahi pipi ku. Pandangan ku buram , senyum merekah di bibir ku.
Aku anggukkan kepala ku dengan pasti untuk menjawab pertanyaannya.
" Yes , I can. "
Derin berdiri dengan senyum manisnya. Ia menarik ku kedalam dekapan hangatnya. Seketika terdengar tepuk tangan yang ramai riuh di sekitar kami. Ku eratkan pelukan ku padanya , berharap bahwa dia akan selalu menjadi milik ku.
" Kita terbangkan lampion terakhirnya. "
Derin melepaskan pelukan ku. Lalu memberikan salah satu lampion yang sedari tadi ada di genggaman tangannya kepada ku.
Lalu Derin mengikatkan kedua ujung tali lampion itu. Tali itu juga mengikat 5 burung origami berwarna merah disetiap lampionnya. Setelah mengikatnya ia menatap ku sambil tersenyum tulus.
" Buat permohonan. " kami berdua menutupkan mata mengucap permohonan yang ingin kami sampaikan pada Tuhan.
" Ayo kita terbangkan. " Perlahan dua lampion yang menjadi saksi cinta kami berdua , melayang pergi meninggalkan bumi.
* * FLASHBACK END * *
* * * * * *
* Author POV
" Der. Sekarang aku udah ngerti. Alasan kenapa dulu ada 5 burung di setiap lampion itu. "
Karyn berbicara sambil memandang langit. Dia mengingat setiap detik kala kejadian itu terjadi. Sungguh masih tergambar jelas di memori ingatannya.
" Oh ya? Kalau gitu , coba jelasin alasannya. "
Derin menelusupkan tangannya dipinggang Karyn , mencoba menghangatkan Karyn dari angin malam yang dingin saat ini. Memeluk gadis yang sudah 3 Tahun terakhir ini selalu berada di sampingnya.
" Karena ketika kamu mengikat keduanya. Jumlahnya jadi sepuluh , dan sepuluh adalah angka sempurna. Jika saat itu aku tak berani menerima mu , mungkin lampion itu hanya terbang tanpa arti yang pas. "
Karyn berbicara sambil mengelus tangan Derin yang melingkar di pinggangnya. Saling menyalurkan kasih sayang satu sama lain.
Mereka menghabiskan malam di bawah sinar rembulan. Ditemanin bintang dan angin malam yang menyelimuti mereka. Untuk kesekian kalinya , langit menjadi saksi bisu kisah cinta mereka berdua. Kisah cinta tanpa gangguan orang ketiga. Namun pernah dihalangi oleh ego masing-masing.
Dan nyatanya cinta masih berkuasa diatas segalanya. Cinta masih mampu mengalahkan ego di dalam diri dua anak manusia. Yang pada akhirnya berhasil melalui semuanya , tanpa lelah berjuang.
Demi cinta , ia rela berjalan sejauh apapun.
Demi cinta , ia rela menunggu sampai kapanpun. Demi cinta , ia rela menahan rasa sesakit apapun. Demi cinta , ia rela melakukan semuanya.
Asalkan ia dapat terus bersamanya. Dapat terus berjalan bersama seseorang yang ia anggap sebagai cahaya dihidupnya.
THE END
* * * * * *
Share this novel