Jam tujuh malam.
The Project Band sudah berkumpul Ehan , Danny, Zulfan dan Ashari terlihat sedang mengangkut alat-alat mereka ke ruang ganti di belakang panggung. Ruang ganti penuh sesak oleh para pengisi acara. Ada beberapa band yang akan tampil.
Dua band lagi trus giliran The Project Band tapi entah kenapa mereka ber-empat rasa seperti saat pertama kali menghadiri di festival band.
“Yuk sekarang,”
teriak Sam, pengacara untuk The festival band untuk malam itu, yang baru aja masuk kembali ke ruang ganti.
Mereka berdoa lalu langsung naik ke panggung. Lampu panggung telah dipadamkan jadi para penonton tak dapat melihat mereka dengan jelas.
Ehan, Zulfan, Danny dan Ashari secepat mungkin mengeset alat-alat mereka. Sam memang selain jadi pengecara pada hari itu dia juga merangkap sebagai kru. Begitu mereka siap, Sam memberi tanda pada operator lampu. Lampu panggung kembali nyala berkelap-kelip berbarengan dengan dimainkannya intro lagu pertama The Project Band
Saat itulah dia melihat sosok Farah Hannah di antara penonton. Dia bersumpah melihat dia menatap lurus ke arahnya, sambil terseyum. Ekspresinya aneh itu sempat membuat dia blank sesaat. Tapi dia mencoba fokus lagi. Dia harus berkonsentrasi pada lagunya. Ketika lagu itu selesai, teriakan para penonton bergemuruh.
“Hannn! Dannn!, Ashhh!” Fan!!!! menyambut mereka.
Farrah Hannah langsung tak terlihat lagi di antara penonton. Dia terus berlari ke balik panggung mencari Eshan,
"Hai" This cupcakes is for you"
dia datang tiba-tiba muncul entah dari curuk mana, sambil terseyum,
"Betul ke ni for me"
ujar Han. Perempuan dihadapnya menggelengkan kepalanya tanda tidak berbohong
"Kalau tak nak I boleh bagi kat orang lain je." ujar nya sambil menanyang seyeumnya ke arahnya,
"Eh nak lah rezeki jangan ditolak menyesal tak berguna nanti"
usik Ehan sambil terseyum lalu mengambil cupcake itu. Farrah Hannah terseyum riang
"Thanks Farrah" ujarnya berkali-kali
tanda dia memang amat menghargai cupcake yang diberi olehnya.
****
Pada hari esoknya Ehan terkejut apabila menemui satu simpul surat yang tidak di kenali yang diposkan ke alamat rumahnya, Isi kandungan merupakan sekeping card. Dia kembali duduk di atas bangku, lalu membaca surat yang diterimanya tadi. Nafas dihela panjang setelah baca surat itu, rupa-rupanya dari Yuni, wanita yang di anggapnya sebagai adiknya sendiri selama ini. Surat itu menerangkan tentang hasrat hatinya yang sebenar bahawa dia mencntainya. Dia bukan tidak menyayanginya tapi kerana mereka berdua mempunyai umur yang berbeza, Ehan cuma anggap Yuni seperti adiknya sendiri.
Bersambung...
Share this novel