Rate

BAB 4

Action Completed 653

“Akhirnya sampai! rasanya jauh ya? Padahal waktu kecil dulu serasa cuma berjalan kaki lima menitan doang hehe” dia menarik napas dalam dan menghembuskan, dalam.
“Haha, itu kerana kita menikmati setiap langkah kita dulu. Kita juga menikmati setiap waktu yang berlalu hingga lelah tak pernah terasa begitu nyata” iya, aku memang menikmati semuanya, terutama.. terutama saat bersama kamu Adit. Ah andai kamu tau.
“iya iya mungkin kamu benar. Setuju sangat aku” dia tersenyum.

Wajahnya masih sama, tak satupun berbeda kecuali goresan pada lekukan pipinya sedikit lebih banyak dan raut wajah yang telah lebih dewasa.

Dari kejauhan terdengar suara seorang gadis yang memanggil nama Arjuna . Nampak seorang gadis yang baru keluar dari sebuah mobil hitam mewah. Gadis itu cantik. Benar-benar bergaya ala gadis metropolitan. Rambutnya sepanjang pinggang, hitam lebat dan sedikit bergelombang. Kulitnya putih dan bersih. Dia memakai celana jeans selutut, kaos putih polos yang dilapisi rompi hitam dan kalung dengan leontin berbentuk hati yang setiap ujungnya seperti dilapisi intan-intan kecil dan di bagian dalamnya terdapat huruf A&N. indah sekali kalung itu. Dia berjalan perlahan, terlihat sangat anggun walaupun dengan style seperti itu di tambah lagi sepatu kets putih di kaki. Dia menggantungkan tas kecil di tangan kirinya lalu menghampiri Adit dan merangkulnya.

Aku tersentak kaget. Berani sekali gadis itu. Apakah dia… ah tidak mungkin. Aku tidak mau berpikir hal-hal yang buruk.

“A-adit..”
“Oh iya Nania, ini Nayla”
“H-hai Nayla. Aku Nania” kami lalu berjabat tangan. Tangannya lembut. Sepertinya dia tak pernah memegang benda kasar, tak mungkin.

Aku masih terpesona padanya. Dia seperti sosok gadis yang, sempurna. Dan jika aku bandingkan dengan diriku, tak mungkin kami sebanding, tak mungkin selevel, tak mungkin sama! Tak mungkin. Aku sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Masalah kecantikan, teralu banyak gadis cantik yang pernah aku lihat di televisi walaupun dia salah satunya. Tapi, mengapa rangkulannya terlihat begitu mesra? Arjuna justeru membalas untuk merangkul leher panjang dan ‘wah’ nya itu. Aku cemburu! Wajahku memerah! Tidak boleh Adit! Kamu tidak boleh sedekat itu. Setidaknya kamu tidak boleh seperti itu di depanku.

Nania bodoh! Tak tau dirikah kamu? Hah, berani sekali. Memangnya ada hak apa aku ini? Aku bukan siapa-siapanya. Iya! Aku bukan siapa-siapa kamu Adit! Aku aku tak tau diri! Tapi sakit… sakit sekali.

“Nania, ada apa?” Adit menaikkan alis kanannya, memperhatikanku.
“A-ah eng-enggak ” aku menunduk.
“Ini dia surprise yang aku maksudkan” Adit menepuk pelan pundak gadis yang bernama Nayla itu.
“Aku tunangan Adit” Nayla menggoreskan senyuman manis di bibirnya yang tipis dan berwarna merah muda.

Rasanya jantungku seperti berhenti berdetak. Dadaku berhenti kembang-kempis. Bola mataku hampir meloncat keluar. Lidahku kaku. Tanganku membeku. Tubuhku tak serasa lumpuh!

“Ja-jadi kejutannya…”
“iya tanggal 23 November nanti kami akan menikah. Aku ingin memperkenalkan seluruh kehidupanku dulu kepada dirinya” katanya. “Termaksud kampung halamanku, dan kamu. Pokonya semua masa kecil dan hal-hal yang mencangkup tentang aku deh! Hehe” dia lalu tertawa.

Masa lalumu. Iya benar, aku memang hanya sampah masa lalumu. Dalam tawa yang sedang menghiasi wajahmu, aku menangis. Tak ada lagi kisah indah yang aku bayangkan akan terjadi setelah kedatanganmu. Tak mungkin lagi segala hal dan kejadian kita dulu akan terulang.

Kalian lalu bermain air terjun bersama. Setiap air yang menetes, embun yang dihasilkan, tawa yang merekah, bahagia yang terlukis jelas… kalian memang sangat serasi. Aku lebih memilih duduk sendiri. Dari kejauhan aku hanya mampu melihatmu. Dari kejauhan aku hanya mampu memanggil namamu dalam diam. Dari kejauhan aku mampu mencintaimu. Hanya dari kejauhan aku mampu memandangimu. Dari kejauhan aku menangisimu. Dari kejauhan cintaku rasanya telah hanyut. Terbawa air terjun yang jatuh dari ketinggian 20 meter itu.

Tak seorangpun tau aku bersedih. Tak ada yang menyadari aku menangis. Di atas batu besar aku sandarkan kesedihanku sendiri. Percikan air terjun telah menyatu dengan air mataku, tak mungkin ada yang mampu membedakan antara mereka, baguslah. Dalam sedu aku tersenyum saat kau menoleh padaku. Tak maksud aku menghancurkan kebahagiaan kalian. Tidak. Mencintai diam-diam selalu terasa sakit. Apalagi jika orang yang kita cintai tak pernah sadar kalau kita mencintainya dan justeru lebih memilih untuk mencintai orang lain. Cinta yang di pendam itu tidak lebih baik, Kerana cepat ataupun lambat, cinta itu mampu membunuh mereka yang masih saja memendamnya.

Memendam cinta, sakit bukan main. Rasanya hatiku hancur berkeping-keping. Mengapa engkau harus datang lagi? Jika selanjutnya aku tau kau akan pergi dan meminang wanita lain. Mengapa aku harus jatuh cinta padamu? Mengapa aku begitu yakin pada perasaanku bahwa kamulah masa depanku? Padahal bukan! Mengapa kali ini Tuhan memberiku cobaan yang mampu menyayat perasaanku hingga ulu hati? Sakit sekali! Iya sakit! Mengapa aku harus cinta padamu? Jadi sia-siakah penantian panjang yang telah aku lakukan? Hilanglah sudah waktu berhargaku, menunggu sesuatu yang justeru menyakitkanku.

Jadi jelas sudah. Aku mengerti rasanya, KETIKA DIA YANG AKU HARAPKAN UNTUK MASA DEPANKU, TERNYATA BUKAN DIA.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience