Rate

BAB 1

Drama Completed 282

Sudah bertahun-tahun jauhnya aku menggembara, tetapi Wang di koperku tidak pernah habis. Aku suka berkhayal suatu hari nanti Wangku habis dan aku bisa mulai beristirahat di tempat yang tenang dan jauh dari peradaban sampai tua.

Aku sering berkhayal dan tertawa senang selama proses berkhayal ini, tetapi ketika sadar dan tahu keadaanku yang jauh dari cerita khayalan itu, aku mulai mual. Tidak ada pilihan selain melanjutkan perjalananku. Mungkin aku tidak ditakdirkan berhenti. Meski kubagi-bagikan semakin banyak Wang ke semakin banyak orang, Tuhan tidak ingin aku berhenti.

Aku tak ingat kapan pertama kali pergi meninggalkan rumahku dengan membawa koper berisi banyak Wang. Aku bahkan tak ingat bentuk teras rumahku, yang mungkin saja sekarang sudah lapuk atau roboh dan digantikan oleh bangunan semacam mall. Aku tak pernah pulang sejak keberangkatanku yang pertama, dan segera mengetuk satu demi satu pintu untuk membagikan Wang.

Yang bisa kuingat hanyalah kekecewaan pada istriku yang selingkuh dengan teman sekantorku. Ketika itu zaman sedang bercahaya, dan aku merasa duniaku penuh warna. Kehidupanku berjalan sebagaimana yang kuminta. Karier cemerlang, rumah dan mobil impian terwujud, dan lain sebagainya. Hanya saja, istriku selingkuh.

Aku tahu segala sesuatu di dunia dibuat demi sebuah alasan. Tapi aku tidak paham bagaimana mungkin istriku yang alim itu selingkuh demi sebuah alasan yang kelak bisa memberiku hikmah?

Pada akhirnya kurusak hidupku sendiri. KubWang segala kebahagiaanku. Warna di hidupku menjadi kelabu. Tidak ada lagi yang tersisa di hatiku. Aku pergi setelah kedua anakku mati ditabrak bus, dan kubilang pada seorang jiran, “Kalau Anda mau, ambil saja!”

Tak ada benda lain yang kumaksud dalam ucapan itu, selain rumah beserta segala isinya.

Aku pergi dengan membawa koper berisi Wang. Tanpa cinta, tanpa makanan, tanpa orang yang dapat kupercaya, aku yakin aku tidak akan mati. Aku mulai menggembara tanpa tahu arah dan makan apa saja yang bisa kumakan (selama itu halal dan bukan barang curian). Aku tidak berbuat jahat dan tidak juga merugikan orang-orang yang kutemui di jalanan.

Di masa-masa awal ini, orang melihatku sebagai orang kaya, sehingga banyak juga yang berniat merampokku. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa mengalahkan satu demi satu perampok, dan mengukuhkan diriku sebagai legenda. Para perampok mulai segan, dan sesekali di antara mereka menawarkan suatu kerja sama. Aku tidak pernah sudi dan memutuskan menggembara dengan caraku.

Sejak itu, orang-orang mulai menganggapku hilang, dan lagi pula aku memang tak dapat dicari. Mungkin juga orang-orang bosan mencariku dan melupakanku, karena tak ada yang lebih penting selain mengurus diri sendiri. Sebagian di antara mereka percaya aku ini hantu. Dan sebagian lagi percaya aku cuma orang gila yang tidak usah dianggap ada.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience