Rate

BAB 3

Short Story Completed 3281

“Saya nikahkan ….binti….dengan mas kahwin RM 100 ringgit dan sepasang alat solat runai..! saya terima nikahnya…..binti….dengan mas kahwin RM 100 ringgit...

Sah…sah….aku.. aku.. hanya tertunduk sayu saat ijab kabul telah dikumandangkan dan bererti pernikahan mereka telah sah dimata agama dan hukum….mereka telah sah menajdi suami isteri.

Dan aku…??? Kembali air mataku mengalir tak terbendung dan lagi-lagi aku tak mampu untuk menahannya, tapi segera aku hapus dengan tissue yang aku genggam. Sejak dikumandangkannya ijab Kabul itu, akupun berubah status, yaitu menjadi isteri tua.

Para undangan mengucapkan tahniah kepada kedua-dua mempelai, aku hanya tertunduk….sedih…disebelah suamiku.

Untuk menghindari diri dari para tetamu, aku menyibukkan diri menyiapkan hidangan. Tapi sesekali aku melirik ke arah suamiku.

Ya Allah… wanita itu sangat manja dan mesra dgn suamiku dan sesekali mereka tersenyum bahagia. Ingin rasanya saat itu aku menjerit,!! tapi aku segera meredakan emosiku karena aku tahu, amarah atau emosi itu datangnya dari syaitan laknatullah.

Setelah semua para tetamu meninggalkan majlis yang sederhana itu secara satu persatu, maka tinggallah kami bertiga... Aku, suamiku dan ….istri barunya. Kekok…ya!

Itu yang aku rasakan saat aku berada ditengah mereka. Dan aku merasa seperti orang asing dihadapan suamiku sendiri, walau suamiku berusaha untuk tersenyum.

Entah senyum itu senyum kasih sayang atau senyum kemenangan….ya Allah…kuatkan aku….kuatkan aku…lagi-lagi kata-kata itu yang bersahutan dalam hatiku.

“abang…kenapa ayah masih berada disini, bukankah sudah ayang siapkan bilik pengantin abang tu? jum kita kesana dan kita lihat..manalah tau ada yang kurang ....,” kataku memecah kebisuan dan kekakuan.

“Oh iya sayang, jom kita kesana, tapi abang yakin sayang ni orang hebat yang boleh design bilik pengantin yang terbaik untuk abang.. kan,” sahut suamiku diiringi langkahku menjalani koridor hotel menuju ke bilik pengantin yang telah kutempah beberapa hari yang lalu..

Kami berjalan menyusuri lorong-lorong di hotel 5 bintang itu menuju ke bilik pengantin yang sudah aku tata sesuai dengan keinginan ‘adikku’ atau maduku!

Masih dengan bergayut manja istri muda suamiku mengikuti langkahku, diiringi senyumnya yang bahagia. Sesampai di bilik pengantin aku yang memasuki bilik terlebih dulu, kerana aku tidak mahu ada yang kurang.

Aku segera membentangkan sajadah dan alat solat untuk melakukan solat sunat bagi kedua mempelai sebelum melakukan kewajibannya sbg suami istri, dan aku juga menyiapkan segelas susu untuk diminum berdua.

Semua sudah aku atur dan aku persiapkan. Lalu aku segera menuju kepintu untuk meninggalkan mereka berdua, tapi …. suamiku menarik tanganku...

“sayang….. hanya kata itu yg terungkap dari bibir suamiku sambil memelukku erat. Dan aku merasakan air mata membasahi pipiku.

“abang kenapa ini?” bukankah ini hari bahagia abang?lakukan kewajiban abang, sebagaimana abang lakukan terhadap ayang dulu.”

Aku mencuba untuk memberi kekuatan padanya walau sebenarnya hatiku tidak ikhlas...

“sayang, maafkan abang ya….. abang tak bermaksud melukai hati sayang, abg langsung tak berniat nak menduakan dan menyakiti awak.” Jawab suamiku sambil memelukku lebih erat lagi.

“ tak apa lah..ayang faham abang…” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutku kerana akupun tak sanggup lagi untuk meneruskan kata-kataku. Sakit dan entah apalagi yang aku rasakan saat itu.

“sayang orang hebat, sayang orang yang kuat, sedang abg ni lemah, jangan tinggalkan abg ya..tanpa sayang abang mungkin tidak akan mampu berdiri, abang masih tetap mencintai sayang”

“bang…ayang juga mencintai ayah, dan sangat…justru kerana rasa cinta inilah ayg merelakan abg bernikah sorang lagi, lakukan kewajiban abg yaaa….ayg nak pulang, anak kita menunggu dirumah tu..takut mereka risau pulak kan..hehe.”

Sebelum suamiku menjawab aku segera melepas pelukannya, dan aku segera meninggalkan suamiku dibilik pengantin.Aku melangkahkan kakiku dengan secepatnya agar segera dapat meninggalkan tempat ini dan segera sampai dirumah.

Sesampai dirumah, aku tak kuasa lagi menahan rasa sesak didada.. segalanya aku tumpahkan dalam bilikku, aku menangis sekuatnya. Setelah merapatkan kepala ke dinding bilik aku kembali menangis.

Tangisan jiwa yang tak mampu aku kendalikan. Jiwa yang menjadi rapuh kerana kecewa. Aku anggap diriku telah gagal dan tak mungkin bangkit lagi…… Dan dinding itu menjadi saksi bisu bagi air mata kepiluan yang menitisi bumi tempat aku menunduk.

Air mata yang sepekat darah. Darah yang mengalir dalam nadi keputus-putusan. Padahal di atas atap rumahku purnama tengah bersinar.

Hari demi hari terus berlalu…… aku semakin menyedari dan menghayati kembali doa yang biasa aku ucapkan dalam hari-hari terberatku .

Dari sana aku mengerti bahwa ketika sedih dan sakit hati, sesungguhnya sesuatu yang lebih baik sedang menantiku di masa depan.

Ya Allah..

Bila Engkau mengetahui bahwa perkara ini lebih baik bagi agamaku, hidupku dan akhir urusanku kelak [dalam jangka pendek maupun panjang], maka takdirkanlah hal itu bagiku dan mudahkanlah aku untuk mendapatkannya, kemudian berkatilah aku dalam hal tersebut.

Dan apabila Engkau mengetahui bahwa perkara ini tidak baik bagi agamaku, hidupku atau akhir urusanku kelak [dalam jangka pendek maupun panjang], maka jauhkanlah perkara tersebut dariku dan hindarkanlah diriku darinya, lalu takdirkanlah yang baik buat diriku bagaimana adanya, kemudian buatlah aku ini redha atas ketentuanMu...Aamiin ya Allah...

-TAMAT-

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience