Dinginnya udara malam membuat mereka menuntun kakinya untuk beranjak ke tengah-tengah ramainya Event bazar kuliner malam di malam hari ini.
Keira melirik Tenri yang berada disampingnya, lalu mendengus sebal. "Ga guna banget lo, ngajak gue kesini tapi sibuk sendiri sama hp."
"Dari pada lo ngedekem mulu di kamar, mending gue ajak kesini walaupun cuman liatin orang-orang bucin."
"Sampis! Mending lo beliin gue makan dah, tubuh gue juga butuh asupan walaupun kerjanya cuman molor," omelnya.
Tenri mencibir, "heran gue, orang macem lo kok bisa peringkat pertama terus." lalu beranjak dari tempat duduk.
Keira mendelik sebal, "masih gue liatin, belum gue bacotin."
Tenri membentuk peace dengan kedua jarinya, menyengir lebar sambil berjalan menuju stan makanan.
Keira tersenyum sambil menatap punggung Tenri, hatinya menjerit kesenangan bercampur kesakitan.
Keira merunduk, "Senyum sialan," lalu menyunggingkan senyuman.
Sepuluh menit berlalu, namun Tenri belum kembali juga. Matanya melirik kesana kemari mencari seseorang yang bernama Tenri, namun wujudnya tidak terlihat juga.
Keira mendengus gusar, "Bahlul lama banget! kebelet pipis juga!" omelnya, kakinya dilipat silang untuk menahan.
Tenri datang dengan santai, sambil membawa kresek warna putih ditangan kanannya, "kebelet boker lo?" tanyanya.
Keira mengumpat pelan, lalu beranjak bangun.
"Mau gue anterin ga?" tawarnya yang sudah duduk dikursi taman.
"Ga usah,"
"Dulu sering mandi bareng juga,"
Keira melengos kasar, "Ya dulu! Masih bocah,masih ingusan, Bacot lo ah!" lalu melanjutkan dengan berlari kecil.
Bruk
Tubuhnya menabrak seseorang didepannya, dengan cepat Keira menundukkan kepalanya.
"Eh, maaf mas?eh Kak. Saya lagi buru-buru," Ucapnya singkat.
Orang yang Keira tabrak hanya tersenyum, "Iya, gapapa." lalu menganggukkan kepalanya.
Tenri yang melihatnya hanya tertawa terbahak-bahak, melihat Keira yang melanjutkan jalannya dengan berlari kewalahan.
"Tadi kenapa Kei?" Ledek Tenri menahan tawanya.
Keira menatap Tenri horor, "Bacot!" kemudian mendudukan dirinya disamping Tenri.
"Loh, Makanannya mana?!" Tanya Keira.
Tenri menyodorkan plastik kresek tadi.
"Kok tinggal satu?! Yang lainnya mana?"
"Abis,"
"Kok abis?!"
"Yakan gue makan," Jawab Tenri santai, lalu beranjak bangun dari tempat duduk.
"Kok lo makan?" Tanya Keira, sambil menatap Ten yang ada di depannya.
"Ya enak, mending gue makan daripada dilalerin." Jawab Tenri, sambil balas menatap Keira.
Keira mencibik, "Malem-malem mana ada laler!" omelnya.
"Bukan laler, tapi temen-temennya."
"Darah tinggi gue ngomong sama lo tuh!" Keira hendak menoyor kepala Tenri, namun Tenri selalu menghindar.
"Yaudah jangan ngomong," katanya, lalu mengacak-ngacak rambut Keira.
"Arsal Radeya Tenri! Beliin lagi pokoknya!" Rengek Keira.
"Udah balik mamang cilor-nya,"
Keira menatap tajam, "jangan alesan," omelnya lagi.
"Balik yuk, udah malem." Ajak Ten.
Keira melirik jam di hp-nya, "Apaan? Masih jam 9 juga."
"Balik Kei," Tenri menarik baju Keira.
Keira melepaskan tangannya, "Beliin gue Takoyaki dulu!" matanya menuntun Tenri untuk melihat kearah stan penjual Takoyaki.
Tenri mengangguk-angguk pelan, "Yuk!" kakinya melangkah meninggalkan Keira.
"YES!!"
"Balik!"
"Tenri setan!!!"
+ COUSIN +
“Perasaan ini sangat dalam sehingga aku memilih untuk memendam.”
To Be Continued.
Share this novel