Rate

#2

Drama Series 1071

Harmione menatap pantulan wajahnya di cermin. entahlah saat ini dia bingung dengan pikirannya sendiri berawal dari ia menolong seorang wanita, bertemu dengan anak dari wanita tersebut, melakukan sesuatu yang mengakibatkan bibirnya membengkak dan kini ia akan tinggal dengan keluarga tersebut, Entah keputusannya tepat atau tidak, ia hanya berharap ini adalah awal dari kebahagiannya.

Setelah 10 menit bersiap Harmione pun keluar dan mendatangi Draco yang kini berdiri menatap foto Keluarganya.
Draco menyadari kehadiran Harmione

"Sudah?"

Harmione hanya mengangguk.

"Apakah ini semua keluargamu? Keluarga besarmu?"

Harmione pun mengangguk lagi

"Kemana mereka?"

"Bisakah kita tidak membahasnya?"

"Kenapa?"

Harmione pun memalingkan wajahnya membuat Draco tidak dapat membaca pikiran gadis tersebut.

"Karena itu..... sangat menyakitkan"

Draco pun tertegun saat melihat gadisnya menahan tangis

"Apakah kita jadi pergi? Kalau begitu aku menyiapkan perlengkapanku dulu"

Saat Harmione hendak menuju kamarnya, Draco pun menahannya.

"Tidak ada waktu lagi, Helikopter sudah menunggu kita diatas bangunan ini"

"Tapi--"

"Asistenku akan datang menyiapkan barang-barangmu sebentar lagi"

Draco pun menarik gadis itu dan membawanya ke rooftop bangunan ini.

Benar saja sebuah Helikopter telah menunggu mereka, seorang pria membukakan pintu dan membungkuk di hadapan mereka. Harmione yang bingung hanya menatap Draco.

"Tuan" ucap pria tersebut

"Kerjakan tugasmu dan jangan lupa bawa foto keluarganya juga"

"Baik tuan" Pria itupun berlalu dari hadapan mereka.

Draco pun membantu Harmione masuk ke Helikopter dan memakaikannya sabuk pengaman, saat dilihatnya gadis itu sudah aman diapun naik ke helikopter.

"Kenapa kita naik helikopter?"

"Tidak aman saat ini jika kita menggunakan mobil"

"Apakah rumahmu jauh?"

"Jika kita menggunakan mobil hanya butuh waktu 30 menit"

"Helikopter?"

"Kenapa?"

"Berapa lama?"

"Kenapa?"

Harmione pun menatap takjub pemandangan yang ada didepannya.
jujur saja ini pertama kalinya gadis itu naik Helikopter.

"Aku ingin bisa berlama-lama diatas ini"

Draco pun menatap Harmione yang tersenyum bahagia, ingin sekali ia bisa membaca pikiran gadis itu, tapi sayang kekurangan Draco ia tidak bisa jika tidak saling menatap mata.

"Sepertinya kau bahagia sekali"

Harmione mengangguk semangat

"Jika kamu bersamaku, kamu bisa melihatnya setiap waktu"

"Benarkah?"

"Tentu saja, aku punya helikopter dan kita bisa terbang kapan saja"

"Lalu?"

Draco pun terkekeh saat melihat harmione yang tidak mempedulikannya. ia mengeluarkan ponselnya dan membuka perekam suara.

"Harmione"

"Apa?" sahutnya sambil tetap memandang awan

"Aku ingin melanjutkan hal yang tertunda tadi"

"Oh benarkah? lalu?"

"Aku ingin melakukannya sekarang"

"Iya baiklah"

"Kau mau? Benarkah?"

"Tentu saja siapa yang tidak mau?"

Draco pun merasa gemas saat menyadari bahwa gadis yang disampingnya ini benar benar tidak fokus dengan perkataannya.

Draco pun menarik wajah Harmione dan mengecup pelan bibir gadis itu.

"Draco! apa yang kau lakukan!"

"Tentu saja mencium mu, siapa suruh kau tidak memperhatikanku"

"Aku memperhatikanmu, kau kan bilang apakah aku mau naik helikopter lagi dilain waktu, ya aku menjawab tentu saja siapa yang tidak mau?"

"Oh tidak nona bukan itu"

"Lalu?"

Draco pun memutarkan rekaman suara yang tadi di rekamnya

Setelah mendengarkannya Harmione pun menutup wajah dengan tangannya, ia malu sangat sangat malu.

"Aku bukan bermaksud seperti itu"

"Oh benarkah?"

Harmione menangguk masih sambil menutup wajahnya

"Ah sayang sekali, Padahal aku ingin bisa--"

Harmione pun membuka tangannya dan langsung menatap ke jendela lagi.

"Wah apakah itu rumahmu?" Ucapnya mengalihkan pembicaraan

" --Tentu saja"

"Wah besar sekali"

"Biasa saja, Rumah kita lebih besar dari ini"

"Rumah Kita?"

"iya, Rumah kita bersama anak-anak kita nanti"

Harmione pun tidak mengubris perkataannya Draco. Ia menganggap perkataan Draco hanya untuk menggodanya.
Saat mereka telah mendarat Draco pun membantu Harmione turun dari Helikopter
baru beberapa langkah ia pun melihat ayahnya sedang duduk membelakangi mereka di tepian gedung.

"Wah wah Dad kau melakukan pertunjukkan sendiri rupanya"

"Kau lama sekali. Aku menemukan anak ini tengah mencoba menyelinap melalui rooftop, beruntung aku sedang berdiri diatas sini menunggumu"

Harmione dan Draco mendekati pria itu, Harmione pun mencoba melihat apa yang dilakukan oleh Tuan Malfoy dibalik punggungnya. Saat ia berhasil melihatnya ia pun berteriak ketakutan dan memeluk Draco.

Bagaimana ia tidak takut, Ayahnya Draco sedang memukul jari-jari pria yang sedang bergelantungan di gedung rumahnya dengan palu, yang paling menakutkan adalah darah di jari tangan pria itu sudah tercecer

'Darah'

Disitulah darah Draco berdesir, ingin sekali ia ikut dan menikmati apa yang dilakukan oleh ayahnya, tapi ia tidak bisa karena ada Harmione didekapannya. Ia menahan sekuat tenaga perasaan yang menggebu-gebu dalam dirinya, Draco pun memeluk tubuh Harmione sangat erat dan menghirup aroma parfum Harmione

'Bagaimana bisa aromanya sangat memabukkan?'

Teriakan orang itu pun menyadarkan Draco

Ia kembali menatap Pria yang telah disiksa oleh Ayahnya, Sungguh ia menikmati pemandangan yang ada didepannya, Rintihan serta Jeritan seperti melody indah yang mengalun dipendengarannya Tapi entah kenapa saat memeluk Harmione hasrat untuk membunuhnya menghilang begitu saja.

"Kau tau aku siapa kan?" tanya ayahnya Draco kepada pria tadi

"Kau James Malfoy!! Pergilah ke Neraka, Kau psycopath gila. Kau-- ARRGH!!" Perkataan pria itu terhenti berganti mejadi teriakan kesakitan saat James memukulkan Palu ketangan Pria tersebut.

"Wah banyak omong sekali"

Harmione semakin mengeratkan pelukannya saat mendengar jeritan pria itu.
Draco yang sadar gadis itu ketakutan segera melepas pelukannya dan segera menuju kesamping ayahnya

"Sudahlah Dad, Akhiri saja" Ucap Draco sambil melepas pegangan pria itu.

"Tidak, Jangan aku masih-- " Pria itu pun jatuh dari lantai 3 gedung ini.

"Kau ini menggangguku saja" Ucap James ke Draco

Draco pun memberikan isyarat mata ke ayahnya bahwa mereka tidak berdua saja
James yang mengerti pun membalikan badannya dan tersenyum ramah.

"Ah kau pasti Harmione kan. Harmione Queen, namamu terdengar tidak asing. Istriku sudah menceritakan semuanya kepadaku dan ya selamat datang di Keluarga Malfoy, Istriku dan Aku bersepakat mengangkatmu menjadi anak kami, berhubung kami tidak mempunyai anak perempuan jadi itu sebuah kebahagiaan terbesar buat kami. Karena jujur saja aku sudah mulai bosan dengan ketiga Putraku"

Harmione yang sudah bisa menetralkan rasa takutnya pun bersuara

"Tiga?"

"Ya, Draco yang pertama, Harry yang kedua dan Max yang ketiga"

Harmione hanya diam, dibenaknya saat ini hanya ada satu

' BAGAIMANA BISA KEDUA PRIA INI TETAP SANTAI SEOLAH TIDAK ADA KEJADIAN APAPUN?!'

Draco yang melihat Harmione masih pucat pun segera memanggil para pengawal yang sudah bersiaga disekitar.

"Kembalikan mayat itu kebos nya"

"Baik tuan"

"Oke Kembali ke topik, orang-orang akan mengenalmu dengan nama Harmione Queen Malfoy. Kamu adalah Ratu kedua di keluarga Malfoy." Ucap James semangat

"Dad, ayo sekarang kita masuk. Mommy sudah menunggumu"

"Ah benar, kalau begitu aku masuk dulu"

Setelah James berlalu. Pandangan Harmione dan Draco pun bertemu.

"Kau takut padaku?"

"Ti..Tidak" Harmione pun melangkah mundur saat Draco mendekat

"Benarkah? lalu kenapa kamu menghindar?"

Lantas Harmione pun memberhentikan langkahnya.

"Kamu adalah ratu kedua Malfoy, Kamu tidak boleh takut dengan apapun dan kamu harus berani"

Harmione hanya diam

"Kamu sudah menjadi Keluarga Malfoy, orang-orang akan mengenalimu sebagai ratu kedua Malfoy, Keluarga Malfoy memiliki banyak musuh maka dari itu kamu harus siaga. Jika ingin aman kamu harus tetap dikeluarga Malfoy, tetapi jika kamu berusaha pergi maka kamu akan Mati!"

"Ma..Mati?" ucap Harmione terbata

"Ya, jika kamu pergi maka kamu tidak akan dianggap sebagai bagian keluarga Malfoy, dan jika kamu tertangkap oleh musuh maka saat itu juga kami tidak akan membantumu karena kamu bukan keluarga kami"

Harmione pun menciut, ia menyadari bahwa pilihannya tidak tepat saat memutuskan ingin tinggal dengan keluarga ini.

Draco yang membaca kegundahan Harmione pun memeluknya.

"Tenang, selama kamu bersama kami maka kamu akan aman, Tidak akan ada yang menyakitimu"

Harmione yang mendengarnya pun sedikit merasa aman.

"Ayo kita masuk kedalam"

Draco membawa Harmione menuju ruang keluarga, kebetulan disana ada kedua adiknya.

"Harry, Max perkenalkan Harmione Queen Malfoy"

"Hai Harmione" Sahut Harry dingin

"Asyikkkkk, punya kakak Perempuan" sahut Max

Harmione pun tersenyum saat melihat Max
'Setidaknya disini masih ada yang waras'

"Kau main bersama mereka dulu, aku harus pergi bersama ayah dan ibuku"

Harmione pun mengangguk

Draco mencium kening Harmione dan berlalu.

"Namaku Maxwell Malfoy, umurku 8 tahun dan dia kakak ku Harry Malfoy umurnya... entah aku lupa."

Harry pun mendengus mendengar perkataan adiknya.

"Hai Max kamu lucu sekali, apa yang sedang kamu lakukan?"

"Aku sedang mencoba membuat baju untuk hamsterku dan aku menyuruh Harry untuk membantuku menjahitnya, tetapi ia sibuk membaca"

"Oh benarkah? sini biar aku bantu"

Harmione dan Max pun tenggelam dalam kegiatannya.

"Yeayyy!!! Akhirnya selesai. Terimakasih Monie Jahitanmu sungguh rapi tidak seburuk jahitannya Harry"

Harry pun hanya melirik tajam adiknya itu, Max yang sadar langsung menjulurkan lidahnya dan berlari.

Harmione pun tertawa dan menatap wajah Harry

'Setelah dipikir-pikir dia juga sangat tampan sama seperti Draco, hanya Postur badan yang sedikit berbeda. Dia menggunakan kaca mata kira-kira matanya berwarna apa ya? sepertinya dia seumuran denganku'

"Aku tau aku tampan"

"Eh?" Harmione pun tersadar mendengar perkataannya Harry.

"Berhenti menatapku seperti itu, aku tidak tau apa yang kau pikirkan hingga menatapku seperti itu jika aku seperti kakak ku mungkin aku akan mengetahui apa yang kau pikirkan"

'Dia masih membaca buku. Bagaimana ia bisa tau aku melihatnya?'

"Maksudmu seperti Draco?"

"Memangnya siapa lagi? kakakku memang bisa membaca pikiran orang"

'Oh bisa baca pikiran... ASTAGA! BERARTI YANG DIRUMAHKU TADI KARENA IA MEMBACA PIKIRANKU MAKANYA TADI DIA....... ASTAGAAAAA... '

"Hei, kenapa kau?"

"Ti-- Tidak apa. Sebaiknya aku menyusul Max"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience