Rate

BAB 2

Drama Completed 384

Tuhan, sungguh aku menyayangi dia..

Hari ini, harusnya tepat 3 tahun kita jadian. Hari ini, seharusnya menjadi hari paling membahagiakan. Hari ini, jauh dari bayanganku sebelumnya. Aku hanya boleh menangis saat ini, tapi tidak seperti biasanya. Tidak ada dia di sampingku. Tidak ada bahu yang dapat kupinjam. Tidak ada orang yang boleh aku marah-marahi. Tidak ada yang memelukku. Tidak ada yang menenangkan aku.
Hanya satu kesalahan, dan aku langsung menganggapnya buruk. Padahal dia selalu memaafkan semua salahku. Dia memaafkanku saat aku lupa akan janjiku, dia memaafkanku saat aku menomorsatukan teman-teman dari pada dia. Dia memaafkan aku saat aku membatalkan janji demi pergi dengan orang lain. Bahkan dia memaafkan aku saat aku menduakannya. Dia sabar saat aku selalu merengek manja. Dia tetap diam saat aku mencakarnya. Dan dia tidak pernah sekalipun membalas semua perlakuan burukku padanya.
Tapi kerana satu kesalahannya saja, aku lantas meninggalkan dia. Padahal sesungguhnya semua berawal dari kesalahanku sendiri.

“yang , aku sedih..” ucapnya malam itu di telfon.
“sedih kenapa yang ?” tanyaku, tapi sebelum dia menjawab aku melanjutkan ucapanku “yang , bantuin ngerjain tugas statistik donk..”
“iya..”
“kok gitu banget si jawabnya? Kalo ngga mau bantuin jangan maksain yang !” nada suaraku meninggi.
Tidak ada jawaban.
“yang ..?” panggilku.
Dia diam.
Tiga kali aku memanggil, dan dia tetap diam. Aku menutup telfon dengan kesal.

Keesokan harinya, tidak sengaja aku melihat dia bersama Diandra, sahabatnya, di Karang Pawitan. Padahal dia janji hari itu akan mengantarku mencari buku di Salemba. Diandra memeluk bahunya, mengusap-usapnya. Dan kemudian Diandra mencium keningnya.

Amarahku meluap tiba-tiba. Aku tahu Diandra suka padanya dari dulu. Aku tahu Diandra memusuhiku kerana dia lebih memilihku daripada dia. Dan aku tahu, Diandra masih mengharapkannya. Segera aku menghampiri mereka. Berdiri tepat di depan mereka yang terlihat kaget.
“makasih buat semuanya!” ucapku pelan. Lalu segera aku meninggalkan mereka.
Aku mengganti nomor ponsel. Aku pindah kos. Aku memutuskan semua aksesnya untuk bertemu denganku. Aku meminta tema-teman agar tidak memberitahu keadaanku padanya. Walaupun satu kampus, dia tidak boleh menemukan aku. Dan selama setengah tahun aku tidak lagi berhubungan dengannya.

Sampai akhirnya, seminggu yang lalu secara tidak sengaja aku bertemu Diandra di Holland Bakery. Dia yang pertama kali melihatku sehingga aku tidak boleh kabur darinya. Dia menggenggam erat tanganku, mencegahku agar tidak pergi.
“Fia, ada banyak hal yang harus lo tahu!” ucapnya keras padaku.
“apalagi?” tanyaku dengan nada menantang. Lalu dia menarikku keluar.
“semuanya nggak seperti yang lo kira!”
Aku memalingkan wajah. “selingkuh aja sana!” geramku.
“iya, gue emang suka sama Harry. Tapi kejadian di Karang Pawitan itu bukan berarti Harry selingkuh sama gue. Dia cerita kalo mamanya meninggal!”
Dengan pandangan terkejut aku menatap Diandra.
“kenapa? Lo nggak tahu itu kan? Lo terlalu menjajah Harry, padahal Harry tulus sama lo. Dia selalu dengerin semua kekesalan lo, kesedihan lo, dan semua amarah lo! Tapi elo? Saat Harry pengen cerita, lo malah sibuk dengan diri lo sendiri! Lo egois! Lo gak pernah mikirin perasaan Harry. Dia cerita sama gue kerana dia gak boleh cerita sama lo. Dia nggak mau bikin lo ikut sedih, dia nggak mau merusak keceriaan lo…”
“tapi lo cium kening dia!!” sergahku dengan mata yang mulai berlinang.
“iya! Trus kenapa? Lo cemburu? Apa Harry pernah marah sama lo? Bahkan saat lo selingkuh sama Ryan, apa dia mutusin lo? Ato apa dia mutusin komunikasi sama lo? Gue sengaja cium kening dia kerana gue tahu lo liat kita berdua waktu itu! Gue pengen nyadarin Harry kalo lo itu nothing! Lo Cuma jadiin dia pelampiasan semua amarah lo. Lo cuman ngejajah dia, jadiin dia pembantu!!” diandra menghela nafas, mungkin meredam amarahnya. “tapi gue salah, Fi! Harry terlalu sayang sama lo. Selama ini dia berusaha nyari lo buat ngejelasin semuanya. Padahal keadaan dia benar-benar drop waktu itu. Nyokapnya meninggal dan lo malah ninggalin dia. Boro-boro dapet perhatian dari lo, dapet ucapan belasungkawa aja nggak! Dan lo tau apa yang selama ini terjadi? Dia nyari lo kemana-mana. Dia nanyain lo ke semua temen-temen lo. Tapi temen-temen lo gak ada satu pun yang ngasih tahu. Dia ke kosan lo, tapi yang dia temuin cuma ruangan kosong. Dia linglung tanpa lo Fi!!”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience