Rate

BAB 3

Drama Completed 376

Hari berikutnya, aku kembali mendapatkan mawar merah itu. Bunga itu menyapaku setiap pagi dan aku memulai rencana dengan memasang alarm dan telingaku agar bangun lebih pagi serta menyaksikan siapa yang menyimpan mawar merah itu. Tapi sia-sia, mawar merah itu lebih dulu sampai. Rupanya dia lebih rajin bangun pagi daripada aku. Hari-hari berikutnya aku mencuba hal yang sama, tapi masih sia-sia aja, malah mawar merah itu bertambah lebih banyak. Pagi ini aku dikejutkan kembali dengan sebuket mawar merah cantik di mejaku. Tak hanya buket itu, tapi disekelilingnya pun terdapat banyak tangkaian mawar merah. Ditata dengan rapi dan cantik, membuat aku tersenyum dan tiba-tiba meneteskan air mata. Aku mengerjap, ada apa ini? Kenapa tiba-tiba air mata mengalir di pipiku. Aku menghapus air mata yang kini sudah siap mengalir kembali saat menyadari Kartika menghampiriku.

“Kiriman bunga yang cantik.” Kartika juga sama terpukaunya denganku.

“Tapi ini dari siapa?” Tanyaku, tepatnya berbicara pada diri sendiri. Saat itu aku menyadari seseorang menyimpan setangkai mawar merah lagi di hadapanku. Kartika , dia tersenyum setelah menyimpan mawar merah itu tepat di depan mataku.

“Na, kamu-.”

Kartika menarik tanganku, menautkan jemarinya dengan jemariku lalu menggenggamnya erat. Dia menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan, dan menatapku dengan matanya yang sudah siap mengeluarkan air mata.

“Ayasa, kamu dapat pergi dengan tenang sekarang. Maafkan aku yang belum ikhlas kehilangan kamu dan membuat kamu masih di sini dengan kebingungan ini. Semua orang di sekolah ini menyayangi kamu, termasuk aku yang lebih menyayangi kamu dari siapa pun. Terima kasih sudah melindungiku waktu itu.”

Wajah cantik Kartika sudah dibanjiri air mata. Tubuhnya menggeletar tapi genggamannya masih kuat. Matanya merah tapi tatapannya terhadapku masih tajam. Dia memandangku penuh dalam, membuatkan tubuhku termanggu membisu di tengah suasana yang tidakku mengerti ini. Kartika melepaskan genggamannya lalu pergi meninggalkanku tanpa memberitahu alasan dia di sebalik tindakannya itu. Siapa yang pergi? Kenapa aku pergi? Ada apa dengan mawar merah ini? Apa yang terjadi? Apa yang telah aku lakukan?

Aku menyusul Kartika , melangkah lebar lalu setengah berlari mengejarnya. Tapi seketika tubuhku merasa ringan, seringan kapas, tapi aku tak peduli. Aku berusaha berlari mengejar Kartika yang mulai menuruni tangga. Tepat saat kakiku akan menginjak anak tangga, perlahan tubuhku melayang dan menghilang. Aku menatap ke sekeliling, teman-teman melewatiku dan menembus tubuhku begitu saja Tidak menyadari aku yang menghalangi tangga ini. Aku ini apa? Apa yang terjadi? Ada apa denganku? Penuh tanya dalam benakku.

Saat aku melihat mang Karman si tukang bersih-bersih sekolah sedang mengepel lantai anak tangga, tiba-tiba kejadian yang entah kapan terjadi itu terlukis di depanku. Kejadian yang diawali oleh kemarahan Kartika kepadaku pagi itu. Entah apa yang terjadi antara aku dan Kartika , tapi saat itu aku mengejarnya. Aku melihat Kartika berlari menuju tangga penghubung lantai 1 dan saat itu ember penuh air tertabrak olehnya, membasahi lantai anak tangga. Dia kehilangan keseimbangan kerana kakinya terpijak pada lantai yang sangat licin. Kejadian itu sangat cepat, secepat aku menariknya dan melemparnya ke sisi yang lebih aman. Tapi saat itu, lantai yang dipenuhi air tersebut lebih memilihku untuk jatuh ke undakan anak tangga, membiarkan tubuhku menggelinding dengan cepat dan kepalaku dengan mulus mencium lantai, yang kini telah dipenuhi oleh cairan berwarna merah pekat.

“KYAAAAA!!!!”

Telingaku masih berfungsi mendengar teriakan Kartika , mataku masih berfungsi melihat wajahnya yang sangat khawatir saat di depanku dan bibirku masih berfungsi untukku bentuk seulas senyuman terakhir untuknya. Tapi semua itu hanya berfungsi sesaat, kerana seketika semuanya menjadi gelap.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience