Rate

BAB 3

Drama Completed 691

Besoknya aku pun meminta penjelasan pada Satvin kenapa dia tidak cerita kalau sms-an dengan Meisya dan janjian dengannya untuk ke Gramedia. Tapi yang ada bukan Satvin memberi penjelasan. Namun…
“Semalam aku udah berpikir matang, Na. Kayaknya hubungan kita sampai di sini aja ya. Sepulang dari Gramedia kemarin, aku dan Meisya jadian. Dia duluan yang nyatain cinta dan aku gak punya alasan untuk menolak. Aku bahagia banget dapat jadian sama Meisya. Jujur dari awal kamu ngenalin dia ke aku, aku udah merasa tertarik sama Meisya. Maafin aku, Na!
Aku menatap mata Satvin dalam-dalam dengan nanar. Berusaha menemukan kebohongan di sana. Tapi aku melihat kebohongan itu tidak ada. Satvin bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakannya sebentar tadi.
“Na, tolong jangan bilang ke Meisya ya kalau kita pernah pacaran. Dia tahunya kita hanya berteman. Kamu mau, kan?”
Aku terdiam. Aku tertunduk. Dan aku mengangguk. Lalu mengangkat wajah dan tersenyum. “Oke, Sat. Kita sekarang kembali kayak dulu. Hanya berteman biasa.”
“Tapi kamu baik-baik aja kan, Na? Jangan marah sama Meisya ya! Dia gak salah,”
“Aku baik-baik aja, Sat. Tenang! Aku gak mungkin marah sama Meisya. Kalian berdua sama-sama temanku, kok. Jika kalian bahagia, aku ikut bahagia. Selamat ya! Semoga kalian langgeng. Kalian emang pasangan yang serasi. Sekali lagi selamat ya!”
Sukses! Aku memang pintar berakting untuk jadi manusia yang pura-pura berbahagia saat itu. Aku baik-baik saja, tapi hatiku tidak baik-baik saja. Dan airmata kembali membasahi pipiku. Di pagi minggu yang cerah, aku masih saja berteman deraian airmata.

Rabu, 13 Februari 2013.
“Nana, Meisya gak suka sama cowok yang suka futsal ya?” tanya Satvin saat aku dan Lala sedang menikmati semangkuk bakso panas.
“Hei, cowok brengsek! Dapat gak berhenti ngebahas pacar kamu itu di depan Kirana! Gak berperasaan banget sih jadi orang!” bentak Lala marah.
Satvin terdiam dan aku cepat mengendalikan suasana tegang ini. “Sat, aku duluan ya!” kataku sambil menarik tangan Lala.
“Kalau aku jadi kamu, aku gak akan mau lagi ngasih contekan tugas ke cowok brengsek itu! Aku juga gak akan mau menemaninya membeli hadiah untuk cewek yang telah merusak hubungan kalian! Aku juga gak akan mau bersikap manis lagi sama mantan yang gak tahu terima kasih!” Lala menggerutu kesal atas sikapku.
“Aku hanya ingin Satvin bahagia, La. Aku baik-baik aja kok,”
“Iya, Satvin bahagia! Tapi kamu menderita! Baik apa? Kamu nangis terus gitu, dibilang baik-baik aja?”
Aku memeluk Lala. Aku tahu dia begini karena dia menyayangiku. “La, makasih ya! Tapi aku ngerasa baik-baik aja dengan semua ini. Lama kelamaan aku pasti dapat menata hatiku. Tapi biarkan aku tetap bersikap manis pada Satvin dan Meisya ya. Aku gak ingin ngerusak hubungan pertemanan hanya oleh cinta.”
Lala membalas pelukanku dan berkata pasrah, “Kalau kamu pengennya gitu, ya udah. Tapi ingat, jangan dipaksain bila kamu emang gak sanggup. Dan usahakan untuk membuka hati buat cinta yang baru ya, Say!”
Aku tersenyum bahagia karena masih memiliki sahabat terbaik seperti Lala. Biarkan di saat ini, sebentuk hati di dalam tubuhku masih untuk Satvin . Aku yakin suatu saat nanti aku pasti dapat memberikan sebentuk hatiku untuk nama yang baru, karena ’hidup akan terus berlanjut!’

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience