Rate

BAB 3

Fantasy Completed 137

Laju saja kotak kayu itu di simpan di atas lemari bilik nya yang tinggi. Aku sudah melihatnya tadi. Iya kotak kayu cemara itu, coklat kusam dengan serat-serat kayunya yang memutar melingkar. Tapi nyali ini belum sempat berkobar liar untuk membakar rasa ketakutanku. Kuurungkan niatku untuk membuka kotak itu. Sebuah kotak kayu cemara dengan sejuta kemisteriusan menyimpan sesuatu yang amat berharga di dalamnya.

Pagi ini aku merancang untuk menziarahi kuburan Atok di kampung. Dulu atok meninggal terkena serangan jantung. Orang kampung berkata, atok tidak pernah keluar rumah selama sebulan, ada yang kata atok melakukan suatu ritual yang amat penting di biliknya. Mang Aidil langsung tidak tahu akan kedatanganku bersama ahli keluarga yang. Sehingga kini kami seakan tidak percaya yang atok sudah pergi. Aku masih tertanya-tanya apa yang dilakukan atok di akhir hayatnya.

Sebelum berangkat kusempatkan untuk melihat kotak itu. Kuturunkan pelan-pelan dari atas lemari. Aku tak menduga ternyata kotak itu sangat ringan. Benda macam apa yang ada di dalamnya, aku semakin penasaran. Kuperhatikan di sekitar kotak. Nampak sebuah kertas putih yang ditempel, tertulis sebuah kalimat:
“Milik Bastian Sutedjo, segala yang berharga akan tetap berharga jika dimanfaatkan secara baik-baik, hartaku yang amat kucintai”.

Ternyata kotak ini punya atok . Aku terdiam sejenak, apa yang harus kulakukan. Membuka dengan ketidaksiapan, atau meletakan kembali ke atas seakan tidak pernah kulihat sebelumnya. Lantas kotak tidak bertuan ini akan dilupakan seiring waktu yang berjalan.
“buka saja.”
“oh ternyata kau Reimy .” Aku terhentak kaget
“Jangan takut Jean. Kadang hal-hal yang kita khawatirkan tidak selalu sesuai dengan kenyataan, ingat itu.”
“t tapi.. Reimy .”
“Mang Aidil tewas kerana terkena pes, Jean. Aku sudah menduganya dengan melihat kondisi fisiknya waktu itu. Jadi bukan kerana ilmu hitam. Aku perlu lebih banyak bukti untuk mendukung kesimpulanku. Dan tadi pagi saat aku berkeliling rumah, kulihat banyak tikus-tikus berkeliaran. Kondisi rumah atok mu sangat mendukung tertularnya penyakit itu Jean.”
“Ternyata memang benar cerita itu hanya bualan belaka.” Aku bernafas lega.

Aku berpaling dari Reimy . Fokusku hanya kepada kotak itu sekarang. Dengan degup jantung berdebar-debar, kubuka kotak itu dengan hati-hati.
Mataku masih memperhatikan benda itu secara seksama. Bukan keris, mata tombak ataupun badik, melainkan hanya timbunan kertas-kertas catatan seperti jurnal yang bertumpuk-tumpuk layu. Kuperiksa lembar demi lembar, dan di kertas paling besar, tertulis sebuah tulisan dengan tinta merah:
Aku sudah berpuluh tahun hidup di dunia, beribu buku dari seantero dunia sudah kukecap di dalam sekat-sekat otaku. mungkin kali ini saatnya untuk puasa membaca, sudah banyak ide yang terbuang sia-sia. Bukannya sudah tugasnya para pembaca pembelajar seluk beluk dunia untuk menulis memberitahukan kepada para pembaca penerima ilmu. Tentu semuanya tidak akan sia-sia. Waktu terus berputar, matahari masih setia bergiingsir bulan. Aku tentu tidak selamanya di dunia. Hanya tulisan-tulisan inilah yang menjadi sejarah bagi diriku dimasa muda yang selalu menunda-nunda untuk menulis.
-Bastian Sutedjo-

Udara sekelilingku seakan berhenti berhembus sesaat. Aku terdiam merenung semakin dalam. Kertas demi kertas yang berisi tulisan atok aku kumpulkan. Agar kubaca untuk mengenal atok yang hidup kembali di sebuah kotak yang terbuat dari kayu cemara bertuah ini, iya aku tahu bahwa tidak ada unsur klenik yang ada dalam kotak ini. Setidaknya kotak ini tetap bertuah bagiku, terlebih sudah melindungi kumpulan jurnal-jurnal atok yang amat berharga ini.

Tiba-tiba Reimy meraih pundakku dan berbisik.
“Jean, kotak itu memang menyimpan ilmu ghaib. Seakan berbicara sesuatu.”
“Hah?”
“Dia berkata bahwa mempunyai majikan baru sekarang.”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience