Bab 3: TACHUL

Romance Series 697

“Miftah…!”

Aku menghela, bukan sekali atau kedua kalinya pemilik suara ini selalu menggangguku dengan memanggil nama itu, juga sudah bukan pertama kalinya aku tertipu. Sudah sering kali dia seperti itu, bukankah itu menyebalkan? Jika aku menoleh dia akan mengatkan ‘aku lagi manggil husna kok!’ dengan senyuman jail yang sangat menyebalkan, dan begitu sebaliknya saat Husna menoleh, dia akan mengatakan ‘aku lagi manggil Afiyah kok!’ bukankah dia benar-benar menyebalkan? Dia mempermainan kami berdua, kami sering ribut dengannya jika sudah kelewat kesal. Terkadang kami juga mendiamkannya.

Hanya karena ‘Husna’ dan ‘Afiyah’ kami sering sekali cekcok, aku tidak tau apa motifnya mengganggu kami berdua seperti itu. Meski nama depan kami sama, tidak ada masalah dengan teman-teman yang lain. Tapi bocah satu ini, telah membuatku kesal setiap harinya.

Lama-lama aku ingin sekali membungkam mulutnya yang menyebalkan itu. Tapi melihat wajah polosnya dan tubuhnya yang imut membuatku selalu melupakan kekesalanku. Seiring berjalannya waktu, karena begitu seringnya ia menggangguku, akupun mulai terbiasa. Sebelumnya aku sering memprotesnya, aku bilang, ‘aku tidak suka di panggil Miftah’, dan aku memberi pilihan untuk memanggilku dengan nama belakangku, seperti halnya teman-teman grup laki-laki di kelasku.

Mereka saja bisa membedakan yang mana Husna dan yang mana Afiyah, aku pikir si Kholil ini juga pasti bisa.

“Mif…..”

Ok!! Ini sudah berulang kali, aku sudah sangat hafal dengan suara itu, itu suara kholil. Dia pasti mau memulai aksinya, aku tidak akan tertipu. Tidak akan!!!

“Mif..!” dia memanggil lagi dengan suara lebih keras, aku masih bertahan untuk tidak menoleh, dan menyibukkan diri menulis. Jam pelajaran baru saja berakhir, guru mata pelajaran selanjutnya belum menampakkan batang hidungnya, jadi aku memutuskan untuk menulis, karena si Nilna terus saja menanyakan bacaannya ini.

Sampai si pengganggu Kholil itu membuyarkan konsentrasiku dengan secara tiba-tiba duduk di bangku tepat sebelah kananku.

“Sombong banget sih? Di panggilin diem aja!” Dia protes dan memandangku, aku menghela dan menoleh,

“Bukan sombong, itu semua gara-gara kamu juga kan? Aku gak noleh cuma gak mau salah paham aja, nanti aku noleh kamunya bilang gak manggil aku…!” Dia tertawa renyah, seperti tidak punya salah. Aku berdecak kesal mendengar tawa tanpa dosanya itu.

“Sorry…sorry.. tapi kan sekarang Husna lagi gak masuk, seharusnya kamu noleh dong kalau aku panggil…”

“Huft..! ada apa emang manggil-manggil?”

“Mau nanya… kamu kan pinter tuh…”

“Tentang?”

“Matematika…..”

“Kenapa emang? Kalau aku bisa , aku jawab…”

“PR kemarin udah ngerjain belum?”

“Yee… itu mah mau nyontek… keliatan…!” aku berkata sewot, lagi-lagi dia tertawa tanpa dosa, membuatku semakin kesal saja. Aku menggeleng mantap, enak aja dia mau nyontek? Emang dia udah berbuat baik apa sama aku?

“Please!! Sekali aja … ya?” aku masih menggeleng

“Kenapa sih? Ayo dong sekali aja!” aku memandangnya dan menimang, dan akhirnya menyerah, kasian juga liat dia memelas seperti itu. Aku ambil buku matematika ku di tas dan memberikan padanya dengan senyuman, diapun menyambutnya dengan senyuman pula.

Kemudian segera berpindah ke tempat duduknnya lagi. Namun sedetik kemudian aku mendengar umpatannya, aku menoleh dan menampakkan senyum kemenanganku, dia memandangku dengan kesal. Aku tertwa kencang. Lega rasanya berhasil membalasnya, sebenarnya aku sendiri belum mengerjakan PR itu. Hahaha…….

Nama ku Miftah, nama panjangku Miftachul Afiyah. Sejak kecil, orang-orang memanggilku Mif, tpi begitu aku masuk SMK teman-teman kenbanyakan memanggilku Afiyah kecuali Nilna yang memanggilku Mip dan Ima yang akhir-akhir ini memanggilku Chul. Lebih tepatnya Tachul, sedikit teman saja yang memanggilku seperti itu, meski aku sering mengoreksi agar mereka memanggilku Tachul saja daripada memanggilku Afiyah.

Aku suka sekali panggilan itu, panggilan itu terdengar lucu ditelingaku, ditambah, aku juga penggemar K-pop, menurutku nama Tachul itu mengingatkanku tentang nama korea.
Ini adalah hari kesekian Kholil menggangguku, aku capek, tentu saja, dia mengganggu setiap hari selain hari Jum’at. Karena hari itu sekolah libur.

“Miftah…”

Apa dia tidak bosan melakukan itu setiap hari? Aku saja yang mendengarnya sangat bosan. Aku menoleh dengan tampang kesal, di belakangku Husna juga menoleh padanya dengan tampang yang tak jauh berbeda denganku. Kholil tertawa salah tingkah melihat kami berdua,

“Tenang…tenang….” Ujarnya sembari mngangkat kedua tangannya.

“Tenang..tenang…! capek tau dengernya…!” protes Husna telah habis sabar

“Bener!” Aku mengangguk mantap membenarkan pernyataan Husna

“Bercanda…. Kalau gak gini kan gak seru…” Ujarnya beralasan

“Bukan gak seru lil… tapi kamu itu ganggu… jangan diulang lagi deh!” Timpal Husna

“Sorry….” Singkatnya sambil nyengir kuda

“Mulai sekarang, aku gak akan noleh kalau di panggil MIftah…..!” Putusku dengan sepihak kemudian mengalihkan pandanganku kembali ke depan. Aku dengar dia berseru mungkin kagum dengan sikapku, atau mungkin merasa lucu? Entahlah? Yang pasti aku sudah bertekad, bahwa panggilan Miftah tidak berlaku untuk manusia pendek dan bulat itu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience