Rate

BAB 1

Drama Completed 369

Aku tak menyangka, cinta itu masih ada dalam hatiku. Ingin sekali aku melupakan, semuanya, sampai tak tersisa lagi serpihan kisahku dengannya di masa lalu. Tapi, kisah itu hanya akan hilang sementara, dan tetap membekas sakitnya di hatiku yang kian rapuh dan mati. Aku tak bisa merasakan rasa itu kembali, hatiku telah mati, mati kerana terlampau tersakiti. Aku ingin hidup menyendiri. Cinta hanya akan membuat hidupku sengsara dan nelangsa. Kemanakah aku harus mengobati rasa sakit hatiku ini?

Akankah aku mau menerima obat itu jikalau obat itu juga bisa membuatku sakit hati. Cinta yang telah membuatku sakit dan cinta pulalah yang bisa mengobati rasa sakit itu. Entahlah, aku sepertinya tak ingin mengenal apa itu cinta. Dia telah membuatku terluka. Orang yang sangat aku kasihi, sahabat, semua penuh dengan cinta tapi menyakitkan. Hidup, cinta, sakit dan mati.

Aku bagaikan orang yang mati. Aku tak bisa merasakan apapun. Pikiranku kosong entah ke mana. Siapa yang telah memasungku dan mengurungku di Istana nan megah ini? Istana cinta telah mengurung jiwa dan hatiku. Cinta yang datang akan pergi setelah meyakitiku. Hidupku sudah hancur lebur menjadi debu. Sakit ini akan aku bawa sampai mati. Dimanakah mereka yang dulu menyayangiku? Mengatasnamakan cinta. Di mana?

Betapa senangnya hatiku, saat aku merasakan indahnya rasa cinta. Rasa yang membuat hatiku berbunga-bunga dan terbang membumbung tinggi di angkasa. Sungguh, tak pernah aku merasakan rasa yang membuat hatiku bergetar nan hebat. Rindu, gugup dan senang yang tidak keruan. Terkadang aku tertawa bahagia, terkadang aku menangis tersedu-sedu. Terkadang aku bersemangat, dan terkadang aku lemah dan tak berdaya. Tak ada kekuatan dalam tubuh ini. Hanya diam membisu, memikirkan sesuatu dan pikiranku tak bekerja untuk hal lain.

Pertemuanku dengan Rehan, membuatku jatuh cinta padanya. Cinta yang berujung dengan rasa sakit yang teramat dalam. Tatkala dua hati menyakitiku dari sudut yang berbeda. “Ternyata, kamu suka dengan Rehan. Kenapa kamu tidak bilang?” Tanya Hesty.
“Aku malu, Hes. Lagian, dia orangnya cuek..” Kataku.
“Justru kamu yang cuek. Kemarin, waktu dia meneleponmu, malah kamu matiin. Kenapa?” Tanya Hesty. Aku hanya diam saja.

Aku tak menyangka, jika aku bisa bertemu dengan Rehan. Pertemuan yang sengaja direncanakan oleh Rehan dan juga Hesty. Mereka memang sudah saling kenal. Aku tahu Rehan saat ia sedang mengembalikan buku di perpustakaan. Tapi sayang, aku tak berani menatapnya, perasan itu, senang dan takut. Entahlah, aku tak bisa mengatakan bagaimana semrawutnya perasaanku kala itu. Dan aku pun senang dengan pertemuan itu. Pertemuan yang sangat mengejutkanku. Saat bertemu dan duduk berdua, aku tak berani untuk menatap orang yang aku cintai itu. Ingin sekali aku menatapnya, tapi wajah ini enggan mendongak dan berpaling menatapnya.

Ia hanya diam dan sesekali mengajakku berbicara. Dari situlah hubunganku dengan Rehan mulai terjalin. Tapi, aku tak merasakan ada yang istimewa dalam hubungan ini. Tak ada kejalasan pasti antara aku dengannya. Dia tak menunjukkan reaksi apa pun. Bagiku, Rehan adalah manusia bunglon yang bisa berubah warna. Terkadang ia bersifat manis dan perhatian terhadapku. Ia menunjukkan cinta dan perhatiannya. Tetapi, terkadang ia cuek dan memebiarkanku begitu saja. Aku dibuat bingung akan permainannya. Tak sadarkah dia, aku telah menyimpan rasa cinta yang dalam untuknya. Kenapa dia mempermainkan perasaanku yang tulus ini.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience