Rate

BAB 2

Drama Completed 369

“Sudahlah, kamu tunggu saja. Dia hanya butuh waktu yang tepat untuk mengatakannya..” Kata Hesty.
“Dia sangat membingungkan. Aku sudah memberinya perhatian dan menunjukkan bahwa aku sangat menyukainya. Tetapi, dia terkadang membuatku terbang dan terkadang membuatku terjatuh. Tapi, aku sangat mencintainya. Aku mencintainya, Hes..” Kataku.
“Iya, aku tahu, dia adalah orang pertama dalam hidupmu..” Kata Hesty.

Aku sepertinya tidak dapat hidup tanpanya. Tapi, kulihat hubungan itu tak membuahkan hasil apa-apa. Dia tak juga menyatakan cintanya. Hingga aku merasa keliru, bengang dan kecewa dengan sikapnya terhadapku. Sikapnya yang selalu mempermainkan perasaanku. Acuh tak acuh dalam melayanku. Di saat aku sudah bosan dan jelak dengan sikapnya, dia mendekatiku dan berbuat baik padaku. Dia sms, telepon dan mengajak pergi jalan-jalan. Tapi, dia hanya memanfaatkan aku untuk mengissi kekosongan hatinya. Aku begitu mudah dipersendakan olehnya.

Aku pun pergi dan tak ingin bertemu dengannya. Aku terlampau sakit hati dengannya. Ungkapan cintaku padanya hanya dibalas dengan cemoohan.
“Kamu jangan pede amat jadi cewek.” Katanya padaku. Hancur, hancur hatiku. Ku korbankan semua, hidupku dan juga prestasiku. Semua raib entah ke mana. Hilang bersama cinta itu. Tak ada semangat dan gairah untuk hidup kembali. Pengalaman mengecap manisnya cinta pertama hilang dan meninggalkan luka dalam. Sungguh pengalaman yang menyakitkan.

Kegalauan hatiku mengantarkanku merangkai sebuah kata-kata, sebagai luapan amarah dan gejolak cinta yang ada dalam hatiku. Sebuah buku yang menjadi saksi akan hancurnya perasaanku. Sebuah buku yang menjadi diriku terkenal. Bahkan, Rehan mungkin tahu apa sebenarnya yang aku tulis dan siapa yang sebenarnya aku hujat sebagai lelaki yang jahat dalam novel yang banyak digandrungi orang-orang itu. Buku tulis yang sudah usang, lecek dan luntur tulisannya. Kerana saat menulisnya, air mataku tak kuasa aku tahan. Hingga ia mengucur deras dari persembunyiannya.

Melalui sebuah buku itulah sebuah novel terlaris karya Hanifa lahir dan membuatnya terkenal. Siapa sangka, sebuah karya yang penuh dengan kebencian, dendam dan amarah yang meluap-luap itu terjual laris dan diminati ramai. Hanya aku, Rehan dan Hesti yang tahu kisah sebenar di balik karya itu. “Cinta dan Pengkhianatan.” sebuah novel yang mengisahkan sakit yang pernah ditorehkan Rehan. Dah Hesty sahabatku, yang telah mengkhianatiku dan bermain cinta dengan Rehan di belakangku.

Akulah Hanifa, sang penulis terkenal yang penuh dengan misteri dalam hidupnya. Novel-novelnya sangat misterius dan meledak di pasaran. Seorang penulis yang dikenal ramah, baik dan sopan, tapi penuh dendam kepada orang yang telah menyakitinya. Ia hanya bisa menuangkanyan lewat tulisan. Sulit untuk menyelami maksud di balik novel-novelnya. Cinta dan Sakit itulah yang telah membuat ia menjadi terkenal dan kaya.

“Mbak Hanifa, minta tanda tangannya, dong.” Kata penggemarku yang mengerumuniku.
“Ia sebentar, ya.” Kataku saat mereka berdesakkan ingin meminta tanda tangan dan bahkan sekedar berjabat tangan denganku.
“Sabar, ya!” Kataku membuat mereka tenang.
“Mbak, ceritakan kisah anda hingga bisa membuat novel sebagus ini, Mbak!” Kata mereka. Aku hanya tersenyum.

Andaikan mereka tahu, sebuah novel yang penuh dengan rasa sakit. Jika aku mau, aku ingin cerita dalam novel itu bukanlah pengalaman pahit dan sakit yang aku rasakan dalam hidupku. Jika aku bisa memilih, aku akan menuliskan pengalaman pahit dan sakit yang dialami oleh orang lain. Jadi, aku tak merasakan sakit itu. Mungkin, ini hidup yang harus aku jalani. Skenario yang harus aku jalani sekaligus. Dalam novel dan dalam Dunia nyata. Siapa sangka, jika apa yang tertuang dalam novel itu adalah kisah perih dalam hidupku sendiri. Mereka hanya tahu, aku hidup menjadi orang terkenal dengan novel itu, kaya dan penuh dengan prestasi. Tapi, mereka tidak pernah tahu, hidupku rapuh dan hancur. Jiwaku telah mati untuk bisa merasakn apa itu cinta. Rasa sakit yang diberikan oleh Rehan dan pengkhianatan Hesty membuatku hancur.

Tuntutan untuk tetap menulis membuatku stres dan bingung. Jiwa dan batinku masih merasakan sakit. Seorang penulis terkenal yang selalu hidup menyendiri. Banyak orang bertanya kenapa aku belum menikah. Dan memilih tinggal jauh dari keramaian kota. Hidup disibukkan dengan menulis dan menulis. Kisah yang ditulisnya tak pernah berujung bahagia. Ciri khas Hanifa, memang sangat fenomenal. Ingin rasanya aku mati saja. Meninggalkan kisah dalam novel-novel itu. Mereka tak pernah tahu di balik novel itu. Akulah tokoh utamanya. Mereka hanya penikmat rasa sakit dan pahitnya kisah hidupku. Mereka tidak pernah tahu akan posisiku sebagai penulis sekaligus pemeran utama cerita itu. Jiwaku benar-benar telah mati. Aku ingin secepatnya pergi. Pergi dan pergi.

“Novel ini akan menjadi karya terakhir Hanifa. Tak akan ada cerita-cerita menyakitkan yang aku torehkan. Aku tak berarti apa-apa hidup di dunia ini. Cinta telah membuat jiwaku mati hingga aku tak bisa merasakan cinta itu lagi. Cerita kematian sang novelis handallah yang akan menjadi cerita baru, dan entah siapa yang akan menulisnya..” Kataku terakhir. Sebilah pisau yang tergeletak di samping buah apel, aku genggam dan aku goreskan pada lengan kiriku. Seketika, pergelangan tanganku dilingkari gelang berwarna merah dan kental, mengalir deras.

Sekarang, tak ada lagi sang novelis cinta Hanifa. Dia telah tiada dan menyisakan duka mendalam di hati penggemarnya. Kisahnya yang sangat menyentuh hati, dan kematiannya yang misterius. Tak ada yang menyangka, jika hidupnya hancur kerana cinta dan pengkhianatan sahabatnya sendiri. Selama ini, ia hanya hidup menyendiri menuliskan kisah sedih dan perihnya hidup yang ia alami. Semua tidak menyangka sang novelis terkenal itu telah tiada dan menyimpan banyak rahasia dalam novel dan kehidupan yang nyata. Karyanya telah putus sudah.

Dan kini, kisah hidupnya menjadi cerita baru dengan hadirnya penuis-penulis baru. Kisah kematiannya yang misterius itulah yang menjadi cerita baru. Mungkin sekarang Hanifa telah tenang dengan berakhirnya kisah yang harus ia alami dalam novel dan juga dunia nyata. Kini ia telah hidup dalam dunia barunya. Tapi, selamanya, ia akan tetap hidup dalam sakit, dendam dan amarah yang akan terlihat dan nampak dalam karya-karyanya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience