Rate

[2] Pertemuan Pertama

Romance Series 700

Jangan lupa vote dan komen ya^^

"Hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
Dan aku tidak pernah tahu pertemuan ini akan membuahkan kisah yang lain"

---------------Takdir Cinta--------------

Willis masih bergumul dengan setumpuk dokumen di meja kerjanya sampai sebuah ketukan Higheels dari seorang wanita menggema di seluruh ruangan milik nya.

Willis mengalihkan atensinya dari dokumen kemudian menatap wanita yang sedang berdiri tepat di depan mejanya.

"Aku ingin membicarakan tentang produk terbaru kita,"kata wanita cantik itu dengan wajah datarnya.

Willis menutup dokumen lalu mengambil jas yang ia sampirkan di kursi kerjanya lalu melangkah mendekati sang wanita.

Willis menyampirkan jas miliknya di bahu sang wanita yang memang terbuka.

"Tidak seharusnya kau datang ke kantor dengan pakaian seperti ini Kiara,"kata Willis.

"Tapi ini cuaca panas Willis. Cuaca lebih panas 2 kali lipat," Kiara mencoba melepaskan jas yang disampirkan di bahunya namun lebih dahulu Willis menahannya.

"Jangan di buka. Biarlah itu menutupi tubuh mu. Aku tidak suka jika kau mengumbar tubuh mu seperti itu."

"Apa kau akan tergoda jika melihat aku berpakaian seperti ini?"tanya Kiara terkekeh kecil.

"Mungkin saja. Biar bagaimana pun aku ini masih pria normal Kiara. Tapi aku mengingatkan padamu sebagai sahabat sekaligus atasan mu. Pakailah sedikit pakaian yang menutupi area privasi mu. Aku hanya ingin menjagamu yang sudah ku anggap sebagai adik."

Kiara hanya memutar bola matanya malas dan menyedekapkan kedua tangannya di dada,"Baiklah... baiklah lain kali aku akan memakai yang lebih sopan ketika bertemu dengan mu. Lagipula aku kesini untuk membicarakan produk terbaru kita, bukan ingin mendengar ocehan mu itu tuan anderson."

Kiara melangkahkan kaki dan duduk di sofa yang ada di ruangan di ikuti Willis yang ada di belakangnya.

"Apa kau sudah menemukan model untuk produk terbaru yang akan kita rilis?"tanya Willis.

Kiara dengan cepat mengambil sesuatu dalam tas jinjingnya. Selembar foto yang ia letakkan tepat di hadapan Willis.

"Aku merekomendasikan Hanni sebagai model untuk rancangan terbaru ku." Kiara tersenyum menyampaikan ide briliant nya pada Willis.

Willis menautkan kedua alisnya lalu menggelengkan kepala,"Aku tidak setuju jika kau ingin memakai Hanni sebagai model. Bukankah dia itu terkenal dengan image seksinya? Sementara brand yang akan kita rilis kali ini bukan bertema seksi Kiara,"jelas Willis yang sama sekali tidak setuju dengan ide sahabatnya itu.

"Aku tahu Hanni mempunyai image seksi dan kita bisa mengubahnya sesuai konsep. Kau tahu Hanni adalah salah satu model yang sedang naik daun dan digandrungi di kalangan remaja. Itu bisa menjadi salah satu keuntungan buat kita,"timpal Kiara.

"Tetapi aku tetap tidak setuju Ra. Kita bisa memakai model yang lain sesuai konsep kita,"kata Willis dengan nada tegas.

"Terserah apa yang ingin kau lakukan Willis. Kau selalu saja keras kepala jika menyangkut model di perusahaan ini. Apa kau takut kalau istri mu itu akan marah jika ada model seksi yang akan menggoda suaminya?? Aku rasa istri mu terlalu kekanakan,"Kiara sedikit menaikkan nada bicaranya karena begitu kesal dengan kekeras kepalaan sahabat sekaligus bosnya itu.

Willis menarik napas kasar. Ia mencoba menetralisir amarahnya agar tidak lepas kendali terhadap seseorang yang ada di hadapannya ini.

Biar bagaimanapun Kiara adalah sahabatnya dan dia adalah seorang wanita. Willis tidak mungkin menyakiti wanita.

"Jangan bawa-bawa Bianca disini Ra. Dia tidak ada hubungannya sama sekali dengan perusahaan ini."

"Kalau begitu ikuti rencana ku kali ini untuk kepentingan perusahaan atau kau bisa lihat surat pengunduran diriku besok pagi di atas meja kerja mu." Kiara mengambil foto Hanni dan memasukkannya lagi ke dalam tas.  Ia melepas jas Willis dan meletakkannya kasar di sofa kosong yang ada di sampingnya.

"Ku harap kau bisa berpikir jernih untuk hari ini. Permisi." Kiara bangkit dari tempatnya dan melangkah pergi meninggalkan ruangan Willis.
. .
Willis masih mengetuk-ngetukkan penanya di atas meja. Sepanjang hari ia hanya memikirkan keputusan dari Kiara.

Sebenarnya ia tidak ingin memakai Hanni sebagai model. Tapi bagaimanapun juga ia tidak bisa kehilangan designer muda berpengalaman seperti Kiara.

Willis menghela napas panjang dan sudah memilih keputusan final. Dia mengambil ponsel miliknya dan mendial nomor seseorang disana. Setelah beberapa kali, akhirnya sambungan telpon di angkat.

"Hallo Ra."

"....."

"Aku ingin mengatakan keputusan ku."

"...."

Willis menjeda ucapannya lalu menarik napas dalam.

"Aku menyetujui Hanni menjadi model kita untuk brand kali ini."

Terdengar tawa kepuasaan di seberang telpon.

"...."

"Baiklah. Besok. Aku setuju."

"....."

"Sampai jumpa besok Ra."

Willis mematikan sambungan telpon dan menarik sedikit napas leganya," Aku harap ini keputusan tepat yang ku ambil."

Willis melihat jam di tangannya sudah menunjukkan jam 8.30 malam,"Aku harus menjemput Bianca sekarang."

Willis merapikan meja kerjanya kemudian melangkah keluar dari ruangannya.

**********

"Mas, apa kau baik-baik saja? Wajah mu terlihat sedikit berantakan." Bianca yang pertama memecah keheningan di dalam mobil.

Willis menoleh pada istrinya dan memasang senyum di bibirnya,"Aku baik-baik saja Bi."

"Apa ada masalah di kantor?"tanya Bianca dengan raut wajah penasaran. Bianca tahu kalau sang suami tengah banyak pikiran pasti menyangkut masalah di kantornya.

menghembuskan napas pendek. Dia tahu bahwa dirinya tidak akan mampu menyembunyikan apapun dari istrinya,"Ya. Hanya pertengkaran kecil dengan Kiara."

"Apa kali ini tentang model brand kalian lagi?"

Willis mengangguk,"Kau tahu kan. Aku dan Kiaraa selalu memiliki selera yang berbeda untuk model yang akan kami kontrak. Dia selalu menginginkan model yang sedang naik daun bahkan model yang baru debut."

"Lalu?"

"Ya. Biasanya dia akan mengalah pada keputusan ku. Tapi tadi dia mengancam jika aku tidak menyetujui model untuk produk kali ini, dia akan mengundurkan diri dari RAF,"jelas Willis dengan wajah sedikit kesal.

Bianca tersenyum lalu memandang memberikan tatapan lembut kepada suaminya,"Setujui saja Oppa, Kiara itu designer berbakat. Dia tahu apa yang cocok dengan karyanya."

"Tapi dia ingin memakai Hanni. Kau tahu sayang, model seksi yang sedang naik daun itu. Kau tahu kan aku paling tidak suka melihat wanita yang memakai pakaian yang terlalu terbuka."

Dengan senyum lembut di bibirnya, Bianca memegang pelan bahu Willis untuk sedikit memberikan ketenangan pada suaminya. Ia tahu kalau suaminya itu memang tidak terlalu suka dengan wanita yang memakai pakaian terlalu terbuka. Maka dari itu Willis lebih memilih dirinya.

"Bekerjalah secara profesional mas. Aku tahu kau pemimpin yang bijak,"ujar Bianca sambil mengelus bahu suaminya.

"Kau tidak marah jika perusahaan ku bekerja sama dengan model seksi seperti Hanni? Kau tak takut jika aku tergoda oleh nya?" Tanya Willis penasaran.

Bianca menggeleng dan memasang senyum simpul,"Aku tidak bisa melarang mu ataupun Kiara untuk memakai model yang mana. Itu perusahaan yang kalian bangun bersama. Aku tidak mungkin ikut campur. Lagipula aku percaya pada Mas, cinta kita dan juga baby." Baekhee mengelus perutnya lembut.

"Terima kasih sudah percaya padaku Bi. Suami mu ini akan menjaga kepercayaan mu dan cinta kita. Aku janji." Willis mengambil tangan Bianca dan menciumnya sambil membisi?kan,"Aku mencintai mu."

Bianca hanya mampu tersenyum melihat tingkah romantis suaminya.

********

Sesuai janji kemarin, Willis dan Kiara mengadakan pertemuan dengan Hanni di sebuah cafe.

Sudah sedari tadi Willis gelisah melihat jam di tangannya. Ini sudah 15 menit lewat dari jam kesepakatan mereka.

"Kenapa dia belum datang juga Ra, Apa kau sudah menghubungi nya? Ini sudah lewat 15 menit,"keluh Willis yang menatap Kiara dengan tatapan tajam.

Sementara Kiara terkekeh kecil melihat ketidaksabaran sahabat sekaligus bosnya,"Sabar sedikit Willis, dia bilang lagi di jalan. Kau tahu kan ini jam makan siang. Jalanan pasti macet,"jawab Kiara santai sambil menyeruput orange jus miliknya.

"Jika 10 menit lagi dia tidak datang. Aku akan pergi Ra. Aku sudah janji akan menemani Bianca Check Up,"kata Willis sambil menyesap kopinya yang sudah mulai mendingin.

"Baiklah 10 menit lagi kau bisa pergi jika Hanni tidak datang,"balas Kiara sambil mengetik sesuatu di ponselnya.
. .

7 menit kemudian suara ketukan higheels terdengar ketika seorang wanita cantik melangkah masuk ke dalam cafe.

Ia tersenyum ketika melihat seseorang yang sudah membuat janji untuk bertemu. Dengan cepat ia melangkahkan kaki mendekat.

"Selamat siang. Maaf aku terlambat,"ucapnya.

Tbc
??????

--------------Takdir Cinta-------------

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience