Rate

Dua

Romance Series 169

***
bagaimana bisa jika dia yang ku anggap sudah tidak ada dimuka bumi ini tiba-tiba datang lalu membangkitkan perasaan yang lama tumbuh kembali? Dan percayalah, aku sedang mengalami ityu sekarang. Laki-laki yang dulu sering menghabiskan malam denganku walaupun hanya lewat via telpon atau video call karena jarak dan lalu pergi dengan alasan yang kurang aku pahami, tiba- tiba datang kembali?
Entah gavin kembali untukku ataupun hanya sekedar menyapa lalu pergi lagi. Stop! Kayaknya aku terlalu berharap.
“fara…” suara berat itu mampu menghentikan langkahku, lalu aku menoleh ke asal suara. Laki-laki tinggi tepat berdiri didepanku sekarang. Dia…gavin.
“bisa kita ngobrol sebentar?” ucapnya, matanya menatapku dari atas sampai bawah, mungkin karena ia merasa aku lebih cantik atau sebaliknya?
“boleh”
Ditaman, dikursi putih, sudah hamper 5 menit, gavin masih belum juga memulai pembicaraan yang membuatku semakin kaku. Dan kalian harus tau, aku sudah ingin pergi dari tempat itu. Keringatku semakin terlihat saat mata gavin sedikit melirikku dengan tatapannya itu. Dan yang aku takutkan adalah, dia ingin membicarakan tentang hubungan kami setahun yang lalu.
“maaf ya, aku bingung mulai dari mana” ucap gavin memecah keheningan, dan aku mulai lega mendengarnya, ternyata dia nggak beneran gagu, upss…
“iya…” hanya kata itu yang terlintas dipikiranku, entah kenapa aku sekaku ini, mungkin sekarang gavin juga berpikiran seperti itu.
“kenapa jadi kaku gini ya, dulu kan kalau kita ketemuan, kamu selalu cerita ini lah, itulah, nggak pernah tuh kita saling diem-diemman, pas diem Cuma saat kamu ngambek doing, dan itu nggak lama.” Mendengar perkataan gavin barusan, seolah memory lamaklu kembali berputar dalam pikiran, hati dan perasaan.

Sudah satu tahun aku menunggu gavin di café biasa sampe berlumut. Hehe, lebay bat dah. Tapi asli, aku bête banget kalo gavin sudah telat kayak gini, karena kalian pun pasti tidak suka jika harus menunggu, apalagi menunggu yang gak pasti.
“aisshh… mukanya udah bête, nunggu lama ya?” ucap gavin dengan tampang watadosnya, lalu duduk di samping ku.
“pake nanya, kita tuh janjian jam 9, kamu dateng jam setengah 10, kamu tau kamu telat berapa menit?”
“euhhmmm…aku telat 30 menit” gavin melirik jam yang melingkar dipergelagan tangannya. “maaf sayang, soalnya kan jalanan macet, apalagi kan ini hari minggu, kamu ngertiin lah” bujuk gavin. Tapi disitu aku pengennya tuh gavin tepat waktu, 30 menit sangan berharga jika dia tidak datang terlambat.
“sayang, kamu cocok deh pake baju itu, warnanya sama lagi sama kemeja yang aku pake, kayaknya kita beneran jodoh deh sayang” gavin masih belum berhenti membujukku.
Sampai beberapa meniot aku masih belum bicara dengan gavin, kesel sih. Lalu gavin memanggil pelayan dan memesan 2 cangkir coklat panas yang biasa kami pesan. Setelah pelayan megantarkan 2 cangkir coklat panas dan menaruhnya dimeja, aroma dari coklat panas itu sudah menyengat dihidungku, membuat suasana hatiku mulai membaik.
“gimana sekolah kamu dijakarta?” ucap gavin sambil mencium aroma coklat panas itu.
“ya gitu deh, semakin kesini tuh guru semakin gampang kasih tugas, muridnya susah ngerjain tugasnya. Masuknya jarang, tugasnya numpuk. Apalagi tuh ya pak hadi, masa dalam sebulan masuk cuma 3 kali, dan tugasnya numpuk melebihi guru yang sering masuk” celotehku.
“terus-terus…”
“iya, malahan aku pernah komplen ke dia mewakili anak-anak yang lain, eh malah mau dibawa ke ruang bp aku, gila kan?” lanjutku.
“hmmm…nakal sih, guru wajar kasih tugas, kamu jangan males-malesan ya, nanti nilainya kesilep sama aku, pokoknya kamu harus lebih pinter dari aku”
“emang nilai matematika kamu berapa sekarang?”
“62”
“yah, naik 2 doang”
“emang kamu berapa?”
“masih 70’
“nggak ada peningkatannya’’
“setidaknya masih gedean aku”
“gede apanya?”
“gede nilainya lah”
“kirain gede itunya”
“ih, apaan? Mulai kotor ya pikiran kamu, awas loh, pasti gaulnya sama cowok nakal kan?”
“wajar lah kan aku cowok normal”
“huh dasar”

Dan itu adalah sepenggal dari kenanganku bersama dengan gavin, sederhna, manis, berkesan, lucu dan itu yang membuata aku susah lupa. Aku bahkan bisa tersenyum sendiri saat mengingatnya. Dan ekspresi saatb dia sedang membujuk atau menghiburku seolah memory yang tidak bisa di hapus.
“kok malah diem gitu? Aku tau itu memang sesuatu yang seharusnya sudah tidak perlu dibahas lagi kan?” ucapnya memecah lamunanku yang entah sejak kapan aku memulainya.
“gavin, aku nggak keberatan untuk mendengar alasan kamu lagi saat kamu memutuskan hubungan kita dulu, dan apa kamu juga nggak keberatan menjelaskan kembali kenapa kamu memutuskan hubungan kita dulu?” aku memberanikan diri menatapnya, dalam. Ku keluarkan semua yang belum sempat ku keluarkan pada saat itu.
“aku begitu takut kehilangan kamu sampai aku nggak mau ada seorang pun yang bisa memiliki kamu, cukup aku. Tapi hal bodoh ketika aku mengambil keputusan untuk memutuskan hubungan kita.” Terlihat gavin mengambil nafas kasar, bisa kurasakan dan kulihat itu.
“lalu kenapa? Bukannya kita menikmati hubungan kita walaupun LDR? Aku tau semua orang pasti sangat membenci hubungan yang jauh, tapi seharusnya itu tidak menjadi kendala saat kita saling percaya dan menaruh hati satu sama lain. Hanya satu nama, dan bukannya kamu yang bilang itu ke aku?”
“iya, aku pernah bilang itu sama kamu, dan…”
“dan aku yakin alasannya bukan itu”
Bisa kulihat perubahan ekspresi gavin mulai gusar dengan pertanyaanku, dan sekarang aku bisa mengerti kenapa gavin sangat ingin untuk tidak lagi berhubungan denganku. Dan ini bukan tentang kepercayaan atau cemburu semata. Ada hal lain yang belum aku ketahui, ada hal yang coba dia sembunyikan dariku. Dia berbohong…
“fara…”
“kumpulkan keberanianmu untuk mengatakan semuanya sama aku, karena aku ingin semuanya lebih jelas, aku tidak suka bertele-tele. Jika sudah, maka jangan sungkan temui aku” ucapku sebelum meninggalkan gavin.
Sepintas kulihat dia masih duduk menunduk memegangi kepalanya. Dan aku yakin dia ingin mengatakan sesuatu namun belum ada keberanian dalam hatinya, aku tahu dan sangat tahu kalau dia sedang berbohong…[]

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience