Rate

bab 2

Romance Series 815

sesampainya di sudut kota tua yang mengarah pada sebuah restoran kecil yang sangat ramai, aku bergegas masuk dan bekerja seperti halnya pelayan lain mengantar pesanan terhadap meja yang memesan, membersihkan meja setelah pelanggan selesai makan dan mengepel lantai yang secara sengaja ataupun tidak di sengaja di kotori oleh pelanggan, menurutku ini adalah pekerjaan yang menguras tenaga. hari sudah mulai larut, restoran pun mulai sepi tanpa pengunjung untuk pertama kalinya atasan kami mengijinkan kami pulang terlebih dahulu, aku bersama franscisca tentunya mengambil sepeda yang terparkir di sebelah namun, untuk yang kesekian kalinya ban sepeda ku mengempis bukan karena bocor melainkan sengaja di kempiskan oleh seseorang yang entah siapa itu orangnya. dengan malas ku tuntun sepeda ku menyusuri gang gang kecil yang hanya sedikit penerangannya sembari berbincang bersama francisca, "cis, aku tadi nabrak orang loh" sambil tertunduk, "kok bisa sih len, kebiasaan suka ngelamun sih, trus orangnya gimana? marah gak sama kamu?" tanya nya dengan wajah penasaran, "tubuhnya penuh luka kayak habis berkelahi gitu" kulanjutkan dengan cerita yang sama persis seperti yang terjadi di pagi itu, "yaelah len, yang sabar ya, hhhh" . aku hanya tersenyum kecil dan melanjutkan langkah Tanpa arah, tiba tiba di sudut gang terdapat sekumpulan gangster yang siap menghadang dan mengganggu kami menariknya sesosok lelaki yang ku jumpai tadi pagi berada tepat di belakang kami berdua "mampus" batinku, tanpa basa-basi diapun mendekatiku dan menarik kami menjauh dari gang tersebut sambil mengeluarkan kalimat yang menurut kami terdengar asing dari mulutnya, sejauhnya dari gang "pergi jauh jauh jangan lewat sini" sembari mengedarkan tatapan sinisnya kami pun segera pergi namun dengan keras di berkata "makasihnya mana?" aku hanya menatap dan meninggalkannya sendirian. "takut ya? gak usah takut dia itu dulunya teman abangku, dia orangnya baik banget yah walaupun sedikit aneh tapi aslinya dia itu orang yang hangat" francisca tertawa geli, "namanya?" aku bertanya dengan suara pelan hampir tidak terdengar, "apa? hhhh tumben kamu nanya, hhh namanya alexandre arjuna sering di panggil mas juna tapi kalau gak deket gak usah panggil namanya dari pada nggak di gubris, dia itu masih mudah loh umurnya lebih tua 2 tahun dari kita" terang francisca, "bodoh amat masalah umur" gumanku, francisca hanya tertawa geli mendengar jawabanku yang mungkin sesuai dengan harapannya.
setelah berbicara panjang lebar kami pun sampai di rumah masing masing francisca kembali ke rumahnya dengan sambutan hangat dari keluarganya sementara aku hanya lampu lampu redup yang menyambutku, ku lihat ibu masih saja diam merenung di teras rumah dengan tatapan sendu dia menatapku segera kuhampiri ibuku dan ku peluk dia erat erat anehnya ibu tidak seperti biasanya dia tidak membalas pelukanku akupun memulai percakapan "ibu.. ayah jahat ya.. meninggalkan kita tanpa ucapan selamat tinggal" lalu ibu menjawab "ayah kamu nggak jahat, dia cuma pergi sebentar". pedih rasanya mendengar jawaban ibu yang masih tak merelakan kepergian ayah "ibu, kita masuk kedalam yuk disini dingin", "enggak ibu masih nunggu ayah kamu pulang, makan dulu sana", "kita makan sama-sama bu, nanti ayah pasti nyusul" ajakku yang langsung di iyakan oleh ibu, kamipun makan bersama dan melakukan kegiatan lain seperti halnya keluarga normal pada umumnya, hari sudah semakin larut kurebahkan tubuhku di atas kasur sambil memandang langit-langit kamar yang memang sengaja ku tempel foto teman-teman masa kecilku Aris, Misella dan Sasa yang entah dimana keberadaan mereka sekarang dulu kami teman baik dan berakhir menjadi seperti "siapa-dia-aku-tidak-kenal" kalau boleh jujur aku sangat merindukan mereka, aku ingin sekali membagikan cerita yang sudah kupendam sejak lama yang membuat dadaku sesak setiap mengingatnya.

pagi pun tiba namun mentari tidak mau menampakkan wujudnya, kubuka jendela kamarku terlihat orang-orang melakukan kegiatan seperti biasa. jam menunjukkan pukul 6:00 "astaga aku kesiangan" batinku, aku segera membersihkan diri dan langsung pergi ke kota untuk membeli beberapa perlengkapan, *jeglarr* suara petir menyambar-nyambar untuk beberapa alasan aku melupakan payungku dan berteduh di depan sebuah toko terdengar lantunan piano yang indah dari dalam toko dengan rasa penasaran aku masuk kedalam dan mendapati seseorang yang sedikit familiar sedang bermain piano "mas juna" batinku, dia terlihat sangat menikmati permainannya begitu juga pengunjung yang lain *deg* dia menatapku dengan mata sinisnya permainan pun berhenti dalam sekejap "apa? kenapa menatapku seperti itu?" tanya nya membuatku kelagepan "ah.. itu.. anu.. aku tadi kehujanan jadi aku masuk kedalam dan mendapati mu bermain piano" dengan salah tingkah, "apa.. lantunan pianoku terdengar bagus?" dia mengajukan pertanyaan padaku, "tentu saja bagus buktinya semua pengunjung menikmatinya" sahutku, diapun terbatinku beranjak dari tempat duduknya dan pergi begitu saja dengan senyuman yang masih tersungging di wajahnya "manisnya" batinku. setelah kejadian itu di hari hari berikutnya aku sering melihat dirinya melakukan banyak aktifitas hingga pada suatu hari aku bertemu dengannya di sebuah perpustakaan yang letaknya tidak jauh dari sudut kota tua dari situlah kisah cinta kami di mulai.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience