Nadia terus berjalan menyusuri dinginnya malam. Memegang tubuhnya erat. Memeluknya. Karna, tak ada satu pun jaket ataupun mantel yamg digunakannya. Hanya pakaian malam untuk tidur.
"Uggghhh, dingin" Keluhnya. Memegang kedua pundaknya. " Duduk disitu, aahh". Matanya tertuju pada bangku di sudut kotanya.
Tap... Tap... Tap....
"Mau minum?" Seorang laki-laki mendekat kearah Nadia. Mengulurkan secangkir kopi panas.

"Makasih" Nadia menerima kaleng kopi panas itu.

"Berantem Lagi?" laki-laki itu, membuka tutup kalengnya.

" Hah?! Kok kamu tau?!" tanya Nadia setengeh kaget dan menundukkan mukanya.

"Kamu selalu kesini, setiap malam" jawab laki-laki itu. Lalu, meneguk kopi panasnya. "Apa orangtuamu hanya punya waktu malam?"

" Aahh..." jawab Nadia mengangguk. Lalu, meneguk kopi panasnya.

Lengang sebentar...

" Mmmhhh, kamu....

" Umur kamu berapa? " laki-laki itu, memotong terlebih dahulu ucapa Nadia.

" Kenapa kamu tanya?" Nadia bersikap tak peduli.

" Aku ini lebih tua loh darimu".
Nadia mendengus. " Siapa yang peduli?"
" Kamu harus panggil aku Kakak!".
" Hah?!" Nadia memonyongkan bibirnya. Dasar laki-laki gila!. " Pantesan.... Tua"
" Kamu menyumpahiku? "
" Nggak!" sergah Nadia. Dirinya, malas sekali berurusan dengan orang aneh. " Ah, Makasih minumannya". Nadia banting setir kearah pembicaraan lain. Ia paling jago hal seperti itu.