BAB 1 - GADIS MISTERIUS

Humor Completed 2743

DRAKULI KUPER (Ih, Syereeem Part 2)

BAB 1

GADIS MISTERIUS

Lupus dengan sembunyi-sembunyi ngeluarin sepeda balapnya lewat pintu samping rumahnya. Ya, dia ngeri ketauan Lulu. Soalnya di ruang tengah, ketika Lupus tadi mengintip, Lulu lagi kayak spy mengawasi supaya Lupus gak pergi.

Kenapa sih Lulu ngelarang Lupus pergi?

Ya, sebab sore ini katanya Lulu pengen bicara penting empat mata sama Lupus. Soal gawat, menyangkut Mami. Soal apa? Nah, Lulu gak mau ngomongin dulu sampai sore ini, sampai saat Lulu pulang sekolah. Sedang Lupus sore ini udah janjian sama Gusur dan Boim mo beli undangan lomba nge-rap di radio. Jadi bukan salah Lupus kalo dia berusaha melarikan diri dari Lulu.

"Puuus? Lupuuus?" Lulu curiga denger ada suara jari-jari sepeda yang gemerincing.

Lupus buru-buru merapatkan tubuhnya ke tembok. Sepedanya ia biarkan jalan duluan (hihihi...).

"Puuus? Kamu di mana?" Lulu masih kebingungan nyariin.

Lupus diem. Tapi kemudian dia iseng mencet bel sepedanya yang pake remote control. "Tet tot, tet tot...!" Lulu nebak ada tukang es podeng lewat samping rumah. Lho, di samping rumah kan gak ada jalan?

"Tukang es podeng, ya?" tanya Lulu ragu-ragu.

"Tet tot, tet tot...!" Lupus memencet kembali.

Tapi Lulu akhirnya kuatir kalo itu Lupus yang mo siap kabur pake sepeda. Lagi mana ada tukang es podeng mangkal di samping rumah orang? Ntar kalo dibolehin, lama-lama bakal banyak tukang-tukang lain yang ikutan mangkal di situ, dong. Bisa-bisa samping rumah Lulu itu jadi pasar kaget. Dan pastinya banyak yang ngeceng juga. Ah, tapi nggak mungkin.

"Berarti itu Lupus," tebak batin Lulu.

"Pus, kamu gak bakalan ngabur, kan? Ini soal penting, lho. Menyangkut masa depan kita berdua. Dan sangat rahasia. Jadi orang lain gak boleh tau," teriak Lulu lagi, ke arah samping rumah.

Lupus makin merapatkan diri ke tembok Dia nggak mau mainan bel lagi, takut ntar ketauan.

"Kita harus bicara empat mata Pus. Jangan sampai Mami tau. Kamu kan tau, belakangan ini Mami sering Jalan-jalan sama oom-oom yang tampangnya nyebelin itu...."

-Hihihi, Lupus ketawa dalam hati. Tu anak ngomong hal rahasia kok teriak-teriak, sih!

Tapi Lupus udah keburu gak peduli. Yang dipikirkan saat ini hanyalah gimana agar ia bisa melarikan diri dari rumah. Bagi Lupus pergi sama Boim dan Gusur itu lebih asyik daripada nggak pergi. Apalagi perginya ke radio, mau beli undangan lomba nge-rap! .

Diliatnya sepedanya kini udah tersandar di pagar. Nah, ini saat yang tepat. Lupus harus buru-buru melompat ke sepeda Itu, dan mengayuhnya cepat-cepat. Satu, dua, ti...

"Hiyaaaa!" Lupus berlari menuju sepedanya. Sayang loncatan Lupus belon seratus persen sukses. Buktinya kini dia nyangsang di jemuran anduk punya Mami. Tapi Lupus buru-buru bangun dan berusaha loncat lagi. . .

"Hiyaaaa lagiii!" teriak Lupus sambil berusaha locat ke sadel sepeda. Gayanya mirip koboi yang mau loncat ke kuda. Tapi kali ini pantatnya mendarat mulus di kotak surat.

Sekelebatan Lulu melihat bayangan Lupus yang lagi loncat-loncatan di pekarangan samping. Lupus emang udah tiga kali gagal loncat ke sadel sepedanya. Lulu terperanjat, lalu berteriak, "Lupuuuuuss!" .'

Lupus yang udah beberapa kali gagal itu buru-buru ambil ancang-ancang lagi. "Tu... wa... ga..., hiyaaaa!"

Kali ini sukses! Lupus selamat duduk di sadel sepedanya, dan dengan sekuat tenaga, ia mengayuh pedal sepedanya kuat-kuat. Cihuuuui, ia pun meluncur mulus di jalanan.

Lulu memburu ke depan. Ia sempet ngeliat jemuran anduk Mami, beberapa pot anggrek, dan kotak surat ancur berantakan seperti abis diterjang banteng.

"Lupuuus, kamu mo ke manaaa? Kita kan belum ngomongin soal Mamiiiii! Yang jalan sama oom-oom ituuuu!" Lulu menjerit-jerit.

Tapi suara Lulu hilang kebawa angin. Lupus sudah jauh di ujung jalan. Lupus emang ngebut, meski pantatnya itu pada benjut-benjut!

***

Sekitar jam lima sore, Lupus baru nyampe di pelataran Radio Ga Ga, sebuah radio yang saat itu lagi ngetop di kalangan remaja. Suasananya lumayan rame, karena banyak anak-anak yang pengen dapet undangan atau ikut ngedaptar Lomba Rap. Kayaknya yang dateng ke situ itu rata-rata anak-anak yang punya hobi atau kemampuan tarik suara. Ketauan dari penampilan mereka yang rambutnya pada cepak ala seorang rapper!

Lupus, Gusur, dan Boim juga udah ada di situ, ikut ngantre. Mereka takut keabisan undangan.

Sementara acara lomba nge-rap-nya sendiri denger-denger bakal digelar gila-gilaan. Malah ada demonstrasi sinar laser segala. So pasti peminatnya bejibun.

Konon kabarnya panitia juga mengundang rapper-rapper tingkat kelurahan yang biasa muncul di pasar-pasar dalam rangka menjajakan dagangan (hihihi). Dan juga ada nama-nama yang aneh-aneh, antara lain Kelapa Muda Ice, Emsi Catut, Dung-dung Pret, dan rapper lainnya yang akan memeriahkan aksi acara ini.

Agaknya radio itu memang cukup pintar memanfaatkan peluang dalam menjaring massa untuk datang ke acara Lomba Rap. Karena selain diumumin tiap hari lewat udara, darat, laut, dan kepolisian eh, maksudnya disebar lewat manamana dan dibantu pak polisi gitu, para penjual undangannya terdiri dari cewek-cewek yang berbusana seksi. Penampilan mereka jadinya oke punya. Apalagi selain rok mini dan kaus putih ketat, mereka juga menyebar bonus senyum untuk tiap pembeli undangan lomba nge-rap itu! Akibatnya Gusur dan Boim yang emang sejak kecil jarangjarang banget ngeliat barang bagus, langsung kumat gokilnya.

"Eh, Mbak ini cakep-cakep kok jualan undangan, sih? Mending jadi cewek saya aja, Mbak, ditanggung sejahtera lahirbatin," komentar Boim pada seorang cewek di situ, sambil coba-coba mencoel bahu si cewek.

"Oh, jangan mau jadi ceweknya dia, Mbak. Lebih baik jadi ceweknya daku. Hidup Mbak akan kuisi dengan puisi-puisi indah serta sajak-sajak yang bermanfaat bagi batin. Sementara lahirnya kuisi dengan yang lain...," timpal Gusur gak mau kalah.

Lupus sendiri saat itu mulai sibuk milih-milih kursi untuk di acara nanti. Ya, pada Lomba Rap kali ini, panitia menjual kursinya seperti menjual karcis di bioskop cineplex. Dan Lupus milih kursi paling belakang.

"Kok, nggak milih yang di depan, sih?" tawar petugas cewek yang melayani Lupus. "Di depan masih banyak yang kosong, lho. Dan biasanya banyak cewek-ceweknya yang duduk di situ."

"Ah, saya nggak perlu cewek, kok. Saya mau nyambitin peserta yang ikut Lomba Rap, mungkin temen-temen saya mau tuh dikasih kursi bagian depan," ujar Lupus sambil menunjuk ke Gusur dan Boim yang masih cekakak-cekikikcekukuk-cekekek sama cewek-cewek penjual karcis lomba rap.

Sedang Gusur dan Boim yang ditunjuk Lupus cuek bebek aja, karena mereka masih sibuk dan keliatan betah ngegodagodain. Tapi ketika tiba-tiba muncul seorang cewek manis ke situ yang kayaknya mau beli undangan, Gusur dan Boim gak bisa cuek lagi. Juga Lupus. Tiga pasang mata cowok yang item-itemnya udah lihai bergerak ke sono kemari itu, langsung saja tertumbuk ke arah cewek yang berpenampilan luar biasa itu. Cuek tapi nyentrik, dan sedang mesen tiket undangan. Para penjaga karcis undangan yang tadi begitu menarik minat, tiba-tiba saja jadi terasa gak ada apa-apanya di mata Gusur dan Boim, apalagi Lupus! Cewek nyentrik itu memang manis banget. Tapi meskipun tampangnya manis, sebetulnya rada aneh juga kalo diamati lama-lama. Sepertinya penuh misteri. Senyumnya juga menyeringai sekali. Pun ketika ia melempar satu senyum ke Lupus, Gusur, dan Boim yang dari tadi emang ngarep-ngarep. (Ngarepngarep itu masih sodara ama nge-rap-nge-rap).

Tapi meski keliatan penuh misteri, tiga sekawan itu jelas gak peduli. Mereka seperti langsung terpesona sama wajah manisnya. Karena cewek itu juga punya rambut panjang dan betis yang bagus. Sayangnya tu cewek gak banyak lagak, ia langsung mesen tiket, dan cabut!

"Eh, Mbak, dia mesen kursi sebelah mana?" tanya Lupus menggebu, walo si nyentrik baru melangkah beberapa injekan aja. "Karcis saya bisa dituker, kan? Bisa tuker ama yang di sampingnya dia? Bisa? Lho, kok diem, sih?"

"Yang udah dibeli nggak bisa dituker lagi!" teriak si penjaga karcis kesel. Kesel karena tadi digoda-godain, tapi kok sekarang nggak lagi. "Tadi aja kamu ngerayu-rayu gue, minta kursi di belakang. Sekarang minta dituker. Tak u-uk, ya!"

"Kalo gitu saya beli satu lagi, deh!" sungut Lupus. "Jelas yang sederet dengan dia, ya."

Setelah dapet, Lupus langsung cepat melesat ke luar diikuti Boim dan Gusur yang sebelumnya juga ikut-ikutan beli karcis lagi yang sederet dengan cewek manis penuh misteri itu.

Di luar si cewek tampak menyetop bajaj. Dan bak Hunter lagi nguber penjahat, Boim dan Gusur juga langsung ikutan mencarter sebuah bajaj yang terparkir gak jauh dari situ, untuk disuruh mengikuti ke mana bajaj tu cewek pergi.

"Cepet, Bang, jangan sampe bajaj di depan itu ilang!" pinta Boim.

"Ilang? Ilang ke mana? Emangnya yang naik tukang sulap, ya?" jawab sopir bajaj lugu.

Sedang Lupus langsung melompat ke sepedanya, dan ikut membuntuti ke mana bajaj itu pergi.

Entah kenapa, Lupus, Gusur, dan Boim rasanya pengen banget kenalan ama tu cewek. Padahal saat itu udah lewat magrib. Dan awan pekat menggelayut di langit. Artinya ketiga cowok kapiran ini kudunya udah ada di rumah, ngerjain pe-er, atau ngopi catetan-catetan. Lagian Boim kan tiap sore punya tugas khusus masukin ayam ama nyuci motor bututnya. Gusur juga punya tugas ngisi bak mandi buat ngerendem engkongnya. Lupus biasanya, kalo sore-sore ngebantuin Mami ngisi-ngisi nasi ke kardus katering. Tapi ketiga cowok itu yakin, senyuman yang diberikan oleh gadis itu seolah undangan kepada mereka bertiga untuk main ke rumah atau kenalan. Ya, kalo gadis itu gak suka, ngapain dong dia tersenyum? Kan kenal juga enggak. Jadinya, cueklah dengan aktivitas sore-sore!

Dan kayaknya bajaj si cewek itu tau kalo diikutin, buktinya sopirnya dengan inisiatif menambah kecepatan.

"Neng, kayaknya kita diikutin, deh," tukas sopir bajaj sambil ngegas bajajnya abis-abisan. "Saya kuatir mereka itu rampok!"

Tapi si cewek nyante-nyante aja. Gak ada rasa takut sedikit pun di mukanya.

"Abang ini manggilnya kok Neng, Neng, sih. Emangnya kita bel SD Inpres! Hihihi...." Si nyentrik ini malah ngajak bercanda sopir bajaj.

Bener-bener misterius ni anak!

"Neng, kok, gak keliatan takut? Apa Neng berani ngadepin perampok-perampok itu?" sergah sopir bajaj lagi.

Si cewek nyentrik itu gak ngejawab. Ia cuma tersenyum dikit aja.

"Neng, gak apa-apa kan kalo saya bawa ngebut, demi keselamatan Neng dan keselamatan saya?" "Terserah Abang aja, deh," ujar si cewek pendek.

Dan sopir bajaj itu bener-bener ngebut. Kayaknya yang merasa takut justru dia. Karena lari tu bajaj jadi gila-gilaan. Orang Lupus yang naik sepeda aja kelewat!

Sementara bajajnya Boim dan Gusur juga gak mo kalah. Sopirnya disuruh ngebut juga. Lupus yang ngos-ngosan setengah mati mengayuh pedal sepedanya, berusaha pegangan ke spion bajaj.

"Emangnya tukang sulap itu siapa, sih? Kok pake diuber-uber segala?" tanya sopir bajaj Boim.

"Tukang sulapnya kece, Bang!" jawab Boim sekenanya.

"Kecenya seape?"

"Selangit!" timpal Gusur.

"Ayo, Bang, jangan banyak omong, uber terus, dong!" tukas Boim gak sabar. "Ngetril deh, ntar saya tambahin gocap!" "Ya... bajaj Abang nggak bisa ngetril tuh, gimana kalo ngesot?" "Terserah deh, yang penting keuber!" ngotot Boim.

Ternyata tu bajaj bener-bener ngesot, walhasil Lupus yang tadi udah pegangan kaca spion jadi ketinggalan.

Dan setelah berputar-putar, semua penumpang bajaj itu terkocok-kocok, akhirnya mereka melihat bajaj yang ditumpangi cewek itu berhenti di sebuah pintu gerbang besi yang dikelilingi tembok tinggi. Bajaj Boim berhenti gak jauh dari situ. Bak detektif, mereka berdua melompat turun. Tapi langsung diteriaki tukang bajaj, karena mereka belon bayar ongkosnya.

"Ssst, jangan kenceng-kenceng, Bang. Emangnya berapa?"

"Tiga ribu!"

"Ha? Mahal amat?"

"Kan pake ngesot segala!"

Mereka berdua pun langsung lempar tanggung jawab, "Lo yang bayar, Sur!"

"Enak aja, dikau, dong!"

"Elo!"

Untungnya mereka sepakat patungan. Dan tak lama kemudian Lupus pun datang ngos-ngosan dengan sepeda balapnya. Mereka pun ngendap-ngendap, supaya gak ketauan ama tu cewek bahwa dia diikutin. Tapi percuma aja, karena si cewek nyentrik itu dari balik pintu gerbang besi tertawa ngikik ke arah Lupus dan kawan-kawan.

Ketiga cowok ini emang gak sadar kalo barusan dia dikerjain sama gadis nyentrik yang sengaja muter-muter dulu dengan bajajnya tadi, biar pada bingung. Padahal sebetulnya jarak dari kantor radio tadi ke rumah tu cewek gak terlalu jauh.

Dan setelah urusan bajaj beres, mereka mulai celingukan nyari gadis manis itu. Hei, kok tau-tau ngilang, sih? Ke mana dia? Sewaktu Gusur dan Boim sibuk soal urusan bajaj tadi, diam-diam tu cewek langsung menyelinap. Menghilang di balik pintu gerbang besi yang warnanya udah keitem-iteman dan ditumbuhi lumut pada bagian bawahnya. Dan Boim dan Gusur yang ngerasa asing banget ama daerah sekitar situ, makin celingukan.

"Kayaknya gue pernah ke daerah sini, deh!" ujar Lupus sambil mengingat-ingat. "Tapi kapan, ya?"

Sementara gelap sudah membungkus daerah itu. Di situ lampu penerang jalannya emang cuma make bohlam yang lima watt. Jadi wajar juga kalo, Lupus cs bingung banget ngebayangin ke mana ngilangnya cewek penuh misteri itu.

"Mungkin masuk ke pintu situ, Pus!" tunjuk Boim.

Ya, memang ada sebuah pintu gerbang besi di balik tembok yang membentang di situ. Tembok itu cukup tinggi untuk sebuah pagar halaman dan terlalu kokoh. Dan lagi terlalu banyak ditumbuhi semak-semak. Apa tu cewek anak orang kaya yang bokap-nyokapnya juga nyentrik, hingga ia tinggal di rumah besar seperti ini?

"Ya, mungkin tembok tinggi ini mengelilingi rumahnya. Gila, besar betul rumahnya?"

Kemudian Lupus cs dengan berjingkat-jingkat menuju pintu gerbang yang tertutup rapat itu. Lalu nekat mengetuk, dan berteriak, "Assalamualaikum...!" Gak ada sautan.

Mereka kemudian mendorong sedikit pintu itu. Agak berat, tapi dengan tenaga tiga orang, pintu besar itu berhasil terkuak agak lebar. Dan mereka terkejut setengah mati, ketika ternyata di balik pintu itu terhampar luas pekuburan nan angker yang banyak ditumbuhi pohon kemboja. Ditambah bau kemenyan yang menyengat.

Mereka pun langsung berbalik dan berlari tunggang-langgang.

"Hii... ternyata dia kuntilanak!!!" jerit Lupus sambil melompat ke sepedanya. Kali ini langsung pas ke atas sadel! Sedang Boim dan Gusur ketakutan sambil berusaha mencari-cari baJaJ sendiri-sendiri.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience