Rate

Sword II - Kepergian

Fantasy Series 261

Kastil Kerajaan Corona

Siang itu di dalam ruang singgasana Raja Ryo. Peter dan Reky dikepung oleh tiga belas ksatria Kerajaan Corona terkuat, hal itu terjadi setelah Peter mengacungkan pedangnya kepada Raja Ryo.

"Peter cepat minta maaf, jangan gegabah mereka adalah tiga belas Ksatria terkuat di kerajaan Corona!" ucap Reky panik.

"Memangnya kenapa, tenang saja mereka semua akan mati ketika memasuki jarak serangku."

"Hei apa kau gila Peter! Mereka tiga belas Ksatria Kerajaan terkuat loh!" Reky terlihat sangat panik dan kelenjar keringat mulai membasahi armor merah legam yang dikenakannya.

"Anak muda jatuhkan senjatamu!" Seru Jendral Leon pada Peter.

"Berani sekali kau memerintahku!" ucap Peter melangkahkan kakinya satu langkah mendekati Jendral Leon.

Melihat Peter yang mendekatinya dengan dipenuhi kesombongan membuat amarah Jendral Leon bergejolak dan gelombang energi yang sangat besarpun keluar dari tubuhnya. "Sombong sekali kau bocah, kemarilah kalau kau berani!"

"Gawat Jendral Leon murka, cih mau tidak mau aku harus mengeluarkan jurus terlarang yang selama ini kusembunyikan!" Benak Reky lalu bergegas menyentuh lantai kastil dengan telapak tangan kanannya.

"Cukup!" Ucap Raja Ryo lantang.

*Deg!*

Setelah Raja Ryo mengatakan itu tiba-tiba saja Gelombang kekuatan yang berada di tubuh Leon sirna, wajah Jendral Leon yang tadinya berwarna merah karena amarah tiba-tiba saja memucat, lalu dengan dipenuhi rasa takut Jendral Leon bergegas berlutut di hadapan Raja Ryo bersama tiga belas Ksatria lainnya termasuk Reky.

Sementara itu Peter yang tadinya terlihat percaya diri tiba-tiba saja menjatuhkan pedang yang ia genggam dan seluruh tubuhnya tidak bisa berhenti bergetar.

"A-apa yang terjadi?" Ucap Peter terkejut dengan tubuhnya yang tidak bisa berhenti bergetar.

"Ini adalah kekuatan kharisma Raja Ryo yang membuat jiwa-jiwa yang disekitarnya bergetar ketakutan karena saking mengerikannya," jelas Reky kepada Peter. "Dan dengan kekuatan kharisma miliknya Raja Ryo telah banyak menundukkan para pemberontak yang ingin melengserkannya,"

"Oh wow!" dua selir yang terus menempel pada Raja Ryo merasa takjub dengan kharisma Raja Ryo yang membuat orang-orang yang berada dihadapannya tunduk padanya.

Peter pun berlutut dan berkata, "maaf atas kelancanganku yang mulia."

"Berani sekali kalian!" ucap Mentri Sun Quan dengan nada tinggi. "Tempat ini adalah singgasana Raja Ryo, berani sekali kalian berbuat keributan di tempat sakral ini!"

"Maafkan kami yang mulia," ucap Leon menundukkan kepalanya.

"Mentri penjilat itu, rasanya ingin sekali aku memenggal kepalanya dengan pedangku." Peter menatap Mentri Sun Quan dengan dipenuhi kebencian.

"Fuh sampai memanggilku, apa ada sesuatu yang gawat?" Tanya Peter sambil berlutut.

"Kof-Kof!" Raja Ryo terbatuk lalu dengan sigap Rina dan Crysta saling berebut membersihkan darah di mulut dan tangan Raja tua itu dengan sebuah tisu.

"Kau baik-baik saja yang mulia?" ucap Peter sedikit khawatir dengan kondisi Raja tua itu.

"Tidak apa-apa, hal seperti ini sudah biasa bagiku," ucap Raja Ryo dengan nafas berat.

"Baiklah kalau begitu kenapa yang mulia memanggilku?"

"Uuhh... sebenarnya aku telah kehilangan kontak dengan Collin, mata-mataku yang kukirim untuk menyelidiki organisasi Red Wolf,"

"Red Wolf ya, bukankah mereka adalah para Bandit yang ditakuti di seluruh penjuru Negri Corona ini?"

"Ya, menurut informasi terakhir yang diberikan Collin sepertinya mereka sedang menyusun konspirasi untuk menghancurkan kerajaan ini,"

"Dengan kata lain mereka ingin melakukan pemberontakan ya, sepertinya ini masalah serius."

"Ya, selain itu berdasarkan informasi terakhir yang Collin kirim sepertinya pemimpin mereka sedang berada di desa Ruffian, dan berdasarkan hal tersebut aku berencana mengirimmu kesana untuk mencari Markas Rahasia Red Wolf di desa itu."

"Desa Ruffian ya, tempat menjijikan yang dipenuhi pelacur dan orang-orang Masokis, haaahh~ kenapa dari semua tempat harus desa itu," keluh Peter sambil menggaruk-garuk punggung kepalanya. "Baiklah kalau begitu aku pamit dulu dan segera pergi ke sana, tugasku hanya menemukan Markas mereka kan?" Ucap Peter lalu pergi meninggalkan ruang Kerajaan begitu saja.

"Reky..."

"Siap yang mulia?!"

"Temani pria itu, aku takut dia akan bertindak gegabah."

"Baik yang mulia!"

***

*Hyuuussh!* Semilir angin berhembus cukup kencang di sebuah padang rumput yang sangat luas.

Di tengah padang rumput tersebut terdapat sebuah jalan setapak yang mengarah ke sebuah rumah kecil dengan gaya abad pertengahan.

Di samping rumah kecil tersebut seorang gadis berambut hijau terlihat sedang sibuk menjemur pakaian, sementara itu tidak jauh dari gadis berambut hijau itu seorang pria berambut coklat berjalan kaki di jalan setapak dan menghampiri gadis itu sambil tersenyum.

"Emerald..." ucap Peter menghentikan langkahnya tepat di belakang gadis berambut hijau yang sedang sibuk menjemur pakaian.

Mendengar suara pujaan hatinya gadis berambut hijau itu lekas menoleh ke belakang dan menyambut Peter dengan sebuah pelukan.

"Peter, apa kau akan meninggalkanku lagi?"

Peter lekas mendorong tubuh Emerald dan menggenggam kedua pundak Emerald dengan sangat erat.

"Peter..." gadis berambut hijau itu matanya berkaca-kaca tidak kuat membayangkan pujaan hatinya akan meninggalkannya lagi.

"Jaga dirimu..."

"Ti-tidak harusnya aku yang bilang begitu sayang."

Melihat kekasihnya yang terlihat sedih Peter pun mengelus rambut hijau Emerald yang sangat halus lalu setelah itu ia pun berlalu pergi meninggalkan Emerald dan berjalan menghampiri Reky yang menunggunya dari kejauhan.

"Peter..." Emerald berlinang air mata saat melihat punggung Peter yang semakin jauh darinya dan anginpun berhembus mengibaskan rambut hijau Emerald dengan lembut.

To be Continued...

Note: Terbuka untuk kritik dan saran

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience