Rate

Chapter 1

Drama Series 429

  "Kalila! Tungguin gue" Teriak seorang gadis berambut sebahu dengan senyum manis diwajahnya.

  "Ayu? Apaan manggil-manggil gue?" Tanyaku heran pada Ayu.

  Sebelumnya perkenalkan, Nama Gue adalah Kalila stefani. Panggil saja Lila. Tak ada yang menarik dariku. Cantik? Bisa dibilang iya. Pintar? Lumayan. Terkenal? Entah.

   Banyak yang bilang Gue ini cuek.  Gue rasa itu hanya opini orang yang baru kenal dengan Gue.

  Sahabatku mengenalku sebagai sosok yang ceria dan terbuka. Baiklah akan kuperkenalkan mereka kepada kalian.

Dimulai dari Ayu, Ayu Windiasari. Gadis pemilik mata sipit ini sangat terkenal di sekolah. Dia cantik dan ramah. Dia dikenal dengan gadis yang ceria seolah tak memiliki beban. Dan meskipun agak menyebalkan.

  "Gue pinjem PR lo dong" Ujar Ayu dengan senyum andalanya. Ayolah siapapun tidak akan bisa menolak ini.

  "Ih kebiasaan deh. Ya udah ambil tuh di tas" Jawabku pasrah. Ayu pun mengambil buku dari tasku. Lantas ia pun segera menyalin dibukunya.

"Pagi semua! Pangeran tampan dari negri dongeng datang" Teriak seorang laki laki berpenampilan acak acakan. Dan jangan lupakan rambut acak-acakanya yang menambah kesan badboy.

  "Makanya hidup lo banyak drama, orang lo aja dari negri dongeng. Gak nyata!" Ujarku kesal pada Nathan.

Sahabatku yang satu ini adalah seorang badboy yang hobby balapan liar. Sudah sering aku menasehatinya untuk tidak melakukan itu. Tapi apa? Dia tidak mendengarkanku sama sekali.

  "Ih galak banget, lo pms yak?" Tanya Nathan dan mengambil duduk disampingku.

  "Tau ah" Jawabku asal dan mengalihkan pandanganku darinya.

  "Eh si Zafran mana?" Tanyaku pada Nathan. Belum sempat Nathan membuka mulutnya,Zafran sudah datang dengan Daniel.

  "Ada apa La? Lo nyariin gue?"Tanya Zafran yang sudah mengambil duduk di depanku.

  Ini dua sahabatku, Zafran dan Daniel. Zafran dikenal baik dan pintar. Diantara kita berlima dialah yang paling dewasa setelah aku.

  Dan Daniel, cowok pendiem ini juga terkenal akan kepintaranya. Selain itu Daniel adalah cowok yang disiplin, mungkin karena didikan dari orang tuanya.

  Daniel berasal dari keluarga yang mampu. Aku cukup mengenal kedua orang tuanya. Orang tua Daniel adalah salah satu kolega bisnis ayahku.

  "Enggak, cuma heran aja. Biasanya lo berduakan selalu datang pagi-pagi" Jawabku menanggapi pertanyaan Zafran.

  Aku memerhatikan Zafran dan Daniel, "Tunggu-tunggu, Daniel tangan lo kenapa?"

  Daniel memandang tanganya sebentar dan langsung menutupinya dengan lengan seragam sekolahnya yang panjang.

"Tangan gue gak papa kok" Jawab Daniel dengan tampang datar miliknya.

  Aku menatapnya curiga, Daniel pun tersenyum "Gue gak papa Kalila. Lo tenang aja" Ujar Daniel meyakinkanku.

  Gue hanya menghembuskan nafas pelan, "Siniin tangan lo"

  "Gue gak papa Kalila" Ujar Daniel lagi.

  "Udahlah Niel, tangan lo biar diobati Kalila" Ujar Ayu yang sudah selesai menyalin PR.

  "Eh si Ayu, darimana aja lo?" Tanya Nathan pada Ayu.

  "Biasa habis nyalin PR" Jawab ayu sambil nyengir kuda.

  "Hah?! PR apaan?" Tanya Nathan. Gue yakin 99% Nathan belum ngerjain PR.

  "Lo kalau mau nyontek gue yakin gak bisa, sebentar lagi udah bel" Ujarku pada Nathan.

  Dan benar saja bel berbunyi tepat setelah gue menyelesaikan ucapanku bel sudah berbunyi.

  "kring..kring..kring"

  "Mampus! Inikan pelajaranya Bu Siti" Ujar Nathan resah.

  "Halah gaya lo, ini bukan pertama kalinya lo gak ngerjain PR kan"Ujar Zafran.

  "kelihatan banget ya Akting gue?" Tanya Nathan dengan wajah sok berfikir.

  Gue enggak memperdulikan percakapan unfaedah mereka. Fokusku masih pada tangan Daniel.

  "Lo nyembunyiin sesuatu dari gue ya?"Ujarku menebak nebak.

  Gue lihat wajah Daniel sedikit kaget, kemudian dia mengubah ekspresinya menjadi datar kembali.

  "Gue gak nyembunyiin apapun dari lo Kalila" Jawab Daniel dengan wajah kalemnya.

  "Ayolah Niel, kita temenan tuh udah lebih dari 10 tahun. Dan lo pikir gue gak ngerti sifat lo?" Ujarku.

"Oke, mungkin gue gak bakal minta lo ngasih tau ke gue alasan semua luka lo. Tapi ijinin gue buat ngobatin luka lo" Ujarku pada Daniel.

  Daniel hanya diam. Gue pun memalingkan wajahku ke arah lain. Dan tak beselang lama, Bu Siti sudah datang.

  "Pagi anak-anak" Sapa Bu siti dengan tampang sangarnya.

  "Pagi bu" Jawab semua murid dengan asal asalan.

  "Oke, semuanya kumpulin buku PR kalian di meja" Ujar Bu Siti.

  "Nyebelin banget sih tu guru. Baru masuk aja udah ditagih PR" Gumam Nathan.

  "Nathan! Mana buku PR kamu?" Tanya Bu Siti.

  "Buku PR apaan bu? PR apa bu? Ibu siapa? Saya siapa? Saya dimana?" Tanya Nathan pura-pura Amnesia.

  "Halah Nathan, jangan belagak Amnesia. Tinggal bilang gak ngerjain aja apa susahnya" Celetuk Yuda, teman sekelasku.

  "Gue do'ain amnesia beneran, mampus lo" Ujar Vivi menimpali.

"Eh udah diam kalian semua!" Teriak Bu Siti.

Sontak kelas yang tadinya ramai kini pun mendadak sunyi.

"Kamu Nathan, gak capek apa bikin darah saya mendidih. Sekarang kamu muterin lapangan 10 kali" Ujar Bu Siti.

  Apa? Gue gak salah denger. Muterin lapangan 10 kali? Bu Siti niat banget mau bunuh Nathan. Lapangan seluas itu mu diputerin 10 kali? Kalau gue mungkin baru satu puteran udah pingsan duluan.

  "Yaelah bu, Ibu mau bunuh saya ya?" Ujar Nathan dengan gaya badboy nya.

  "Salah kamu sendiri gak kapok kapok" Jawab Bu Siti enteng.

  "Yaudah deh bu saya ngalah" Ujar Nathan pasrah.

  Tumben banget Nathan langsung pasrah, biasanya ada debat 1 jam dulu.

"Oke anak anak mari kita lanjutkan pelajaranya" Ujar Bu Siti kemudian menerangkan materi pelajaran yang sedang dibahas.

  Aku melirik melihat ke arah Zafran.
Dia aneh, sejak kematian ibunya. Zafran berubah menjadi sosok yang pendiam dan tertutup. Gue juga tidak begitu mengenal keluarganya.

Kadang Gue juga heran dengan persahabatan ini, Lebih dari 10 tahun kita bersama. Tapi kita masih belum mengenal sesama.

  Gue takut ada rahasia besar yang mereka sembunyiin dari gue.

 

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience