bab 1 Jupri

Romance Series 314

Bab 1 Jupri

"Juupri," teriak mamak

"Iya, mak, sebentar lagi tanggung nih," balas Jupri

Imah, mamaknya Jupri berteriak memanggil anaknya yang tidak kelihatan batang hidungnya. Ternyata Jupri sedang membersihkan diri, aktifitas pagi anak sekolah.

"Jupri sudah siap berangkat, Mak. Uang saku?" ucap Jupri sambil membuka telapak tangannya untuk meminta uang saku.

"Nih, belajar yang bener, agar seperti cis cis yang di Utuber, banyak duitnya!" jelas maknya

"Ish, Mamak. Sudah dulu Jupri berangkat, salamikum," balas Jupri asal, kemudian berlari dengan membawa sepedanya dan dikayuhnya cepat.

"Dasar anak itu ya, ucap salam kok asal. Huft," ucap Mak Imah.

"Ada apa, Bu. Pagi-pagi kok bicara sendiri, mana sarapan pagi bapak?" tanya Pak Dulah, -- suaminya.

"Itu lho, Pak, si Jupri pamit kok salamnya asal," Bu Imah tersenyum sambil menunjukan ponsel di tangannya tanda jika dia lagi pegang ponsel.

"Pasti sarapan angin lagi," ucap Dulah

"Jangan khawatir, Pak. Tadi sudah kubelikan nasi pecel kesukaanmu, itu sudah siap di piring." ucap Bu Imah dengan suara pelan, menyiapkan sarapan buat suaminya.

Pak Dulah menerima sarapannya dengan hati iklas dan lapang dada, sekarang makin susah sarapan menu rumahan bikinan istri tercinta. Semenjak istrinya mengenal medsos, dia hampir tidak bisa lepas dari handpone sehingga semua kerjaan rumah terbengkalai.

"Bu, saya sudah selesai sarapannya. Saya berangkat ke balai kota, ada pertemuan sesama lurah sekota," pamit Pak Dulah pada istrinya.

Bu Imah hanya menganggukkan kepala tanpa melakukan ritual antar suami dan cium punggung tangan suaminya, sungguh Bu Imah sangat terhanyut dalam dunia medsos.

"Buk!" suara Pak Dulah makin tinggi melihat tingkah istrinya yang tidak merespon ketika dia pamit untuk berangkat bekerja.

"I--iiya, Pak. Maaf," kata Bu Imah terbata karena suara keras suaminya, segera dia mencium punggung tangan Pak Dulah dan mengantarnya sampai depan pintu.

Saat punggung tangan Pak Dulah di cium istri, dia berkata pada istrinya, "jangan sering main medsos melebihi batas, Bu. Tidak baik ke depannya, tolong perhatikan lagi anak dan suamimu ini!"

"Baik, Pak, akan saya perhatikan lagi waktu mainku ke medsos," balas Bu Imah sambil menundukkan kepalanya.

Setelah mendengar janji istrinya, Pak Dulah berangkat menuju balai kota menghadiri pertemuan seluruh kepala desa. Pertemuan itu membahas tentang maraknya dunia medsos di kalangan pejabat, bagaimana penggunaannya dan memanfaatkan medsos sebagai media dengan baik dan santun.

Bapak Walikota yang hadir saat itu memberi pengarahan cara terbaik menggunakan medsos, setelah semua acara inti selesai waktunya acara silahturahmi.

Di acara inilah ada pameran handpone android terbaru dengan harga terjangkau. Hampir semua kepala desa membelinya, termasuk Pak Dulah.

Acara berjalan lancar dan selesai tepat dua jam, Pak Dulah segera mengambil motor semox putih di parkiran dan melajukan menuju ke kantor kelurahan Nambangan. Tempat tugasnya.

Perjalanan dari balai kota menuju kelurahan Nambangan hanya menempuh waktu tiga puluh menit, Pak Dulah menjalankan kendaraannya dengan kecepatan sedang.

Sesampainya di Kelurahan Nambangan, Pak Dulah segera masuk ruang kerjanya. Duduk santai sambil membuka kantong plastik isi ponsel terbaru yang dibelinya tadi.

'Selamat tinggal ponsel lamaku, selamat datang ponsel baru,' gumam Pak Dulah.

Dibukanya kemasan ponsel pintar barunya, di baca cara pengoperasian ponsel itu, 'wah hebat lebih canggih fiturnya dari yang lama, keren,' imbuhnya.

Lagi asyik mengutak-atik ponsel barunya, terdengar suara ketukan pintu dari luar.

"Masuk," kata Pak Dulah.

"Pak, ini ada berkas yang memerlukan tanda tangan Bapak. Silahkan diperiksa," jelas sekretaris itu.

Diraihnya berkas itu, dibaca dan di pelajari kemudian tangannya bergerak memberikan tandatangannya di tiap lembar berkas itu.
Selesai segera berkas itu di kembalikan pada sekretarisnya.

"Terima kasih, Pak,"

Setelah berkata terimakasih, sekretaris itu keluar dari ruangan lurah dan kembali ke tempatnya semula.

Di rumah, Bu Imah asyik dengan ponselnya, membuka aplikasi novel gratis. Dia membaca beberapa cerita di aplikasi tersebut, terkadang menangis, tertawa, hingga tidak mendengar suara Jupri pulang sekolah.

"Mak, Jupri lapar, di mana mamak letakkan sayur dan lauknya?" tanya Jupri yang sudah membawa sepiring nasi di hadapan ibunya.

"Aduh, Juuprii, bikin kaget mamak. Beli sayur dan lauk di Bu Sari saja ya, mamak sedari pagi belum masak," balas Bu Imah.

"Aish, Mamak kok jadi gini, jarang masak main ponsel terus. Huh, sebal," dengan mengomel Jupri keluar lagi menaiki sepeda ontelnya menuju warung Bu Sari untuk membeli sayur.

Sampai di Warung Bu Sari, Jupri masuk dan mulai memesan apa yang dia inginkan. Jupri sangat beruntung karena warung Bu Sari lagi sepi pengunjung jadi dia cepat selesai dan segera pulang.

Sampai rumah, Jupri terkejut ternyata bapaknya sudah pulang, "alamat ribut lagi nih," batin Jupri.

Jupri memarkirkan sepeda ontelnya pada tempatnya dan masuk rumah dengan berdendang sebuah lagu band kesayangannya, Dewa19.

"Jupri! Kamu beli sayur lagi? Apa ibumu tidak masak lagi?" kata bapak.

Jupri tersenyum hambar pada Pak Dulah, bapaknya. Hanya gelengan kepala yang bisa Jupri lakukan, dia serba salah bila menghadapi kedua oeangtuanya. Mamaknya ingin dia beli sayur tapi saat bapaknya pulang si mamak sudah selesai memasak buat bapak.

Keadaan seperti ini sering membuatnya bingung harus berucap, seakan Jupri menjadi tersangka dalam masalah makanan.

"Jangan buang duit untuk hal yang tidak berguna seperti ini, Jupri. Bila mamakmu sudah memasak jangan beli sayur, hargailah usaha mamakmu ini!" jelas Pak Dulah panjang kali lebar, membuat Jupri tersenyum kikuk sambil garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Baik, Pak. Besok-besok tidak lagi jika mamak masak, Jupri akan makan masakan mamak,"

"Baguslah jika seperti itu," kata Pak Dulah.

Bu Imah masuk ke ruang makan sambil membawa beberapa lauk dalam piring dan juga semangkuk sayur soup kesukaan bapak. Jupri gegas membantu ibunya membawakan piring, meletakkan di meja dan menyiapkan piring makan untuk bapak.

Setelah semua tersaji rapi di meja makan, mereka bertiga mulai makan bersama dengan diam hanya denting sendok dan garpu yang terdengar.

"Bapak sudah selesai makan, Bu. Bapak langsung kembali ke kantor desa ya, Bu," ucap Pak Dulah sambil membersihkan sisa makanan di bibirnya dengan tisu yang tersedia di meja.

Mendengar itu, Bu Imah langsung berdiri menyiapkan tas laptop bapak dan beberapa berkas yang tadi di kerjakan bapak.

"Ini, Pak, tas kerja dan laptopnya, mari saya antar sampai depan," kata Bu Imah.

Mereka berjalan berdua sampai depan rumah, Bu Imah mencium punggung tangan suaminya. Setelah semua selesai Bu Imah masuk ke dalam.

"Wah, sudah akur nih, mamak. Pakai masak segala, terus ngapain tadi suruh Jupri beli sayur lho?" celoteh Jupri menggoda mamaknya.
9 dapat hasil terbaik ya, Mak," kata Jupri dengan suara lirih sambil memijat kaki ibunya.

"Iya, Nak. Semoga apa yang kau inginkan tercapai."

asal dari kota Madiun, Jawa Timur, Indonesia. usia 42 tahun, wanita berhijab dan berkeluarga. tinggi 156

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience