A

Romance Series 219

Sinar matahari menyilaukan penglihatanku. Aku baru sadar kalau ini sudah jam setengah delapan. Umurku baru 16 tahun, tapi tinggiku sudah 168cm. Aku memiliki warna mata coklat sama seperti ayahku, tapi rambutku merah kecoklatan sama seperti ibuku.

Hari ini aku dan ayahku akan pindah dari New York ke Amerika. karena ayahku adalah seorang dokter bedah, dan kapan pun pasti ia harus mengunjungi rumah sakit lain.

Sudah 5 tahun ayah dan ibuku bercerai, ayah membawaku pergi sedangkan adikku tinggal dengan ibuku. Itu memang adil dari pada tidak sama sekali.

Aku tidak mengeluh jika ayah terus memindahkanku sekolah, dan aku harus menyesuaikan lingkungan lagi. Karena kata beliau, jika aku sudah berumur 17 tahun aku bisa tinggal tanpanya. Tapi tetap saja walaupun ditinggal karena pekerjaannya, aku sangat tergantung pada ayahku.

Setelah beberapa jam kemudian, sampailah aku di rumah baruku. Ayah baru saja menyewa rumah tersebut. Memang tidak terlalu luas tapi udara disekitarnya terasa sangat sejuk, banyak sekali pepohonan hijau. Tidak seperti kota yang sebelumnya aku tempati, disana terlalu panas. Dan kurasa aku akan betah disini.

"Calis, kau bawa dulu barang-barangmu masuk. Ayah mau bertemu dengan teman ayah dulu"perintahnya, Aku pun mengangguk.

Ayah menolak saat kusuruh menikah lagi. Aku tahu ia kesepian tapi ia selalu berusaha tetap tenang dan bahagia.

Rumah ini memiliki 2 lantai. Ada satu kamar di bawah dan 2 kamar di lantai atas. Aku dengar pembicaraan ayah dan adikku semalam. Kalau adikku ingin tinggal denganku tahun nanti, entah kenapa alasannya kurasa ia tidak nyaman tinggal disana. karena aku tahu betul bagaimana tinggal dengan ibuku, ia memang agak kasar. maka dari situlah aku lebih baik tinggal dengan ayahku.

Aku termasuk orang yang tenang dan mudah bergaul sama seperti ayahku. Dan adikku termasuk orang yang tertutup, Mudah terbawa emosi dan egois. Mungkin bawaan dari sifat ibukku.

"Calis, Calista kemarilah"teriak ayahku dari luar.

Kulihat 2 orang pria sedang mengobrol dengan ayah.

"oyah Calis, ini kenalkan teman kerja ayah"

Pria yang berbaju putih mengulurkan tangannya "Rubert. Wah kau mirip sekali dengan ayahmu". Mendengar pujiannya aku pun tersenyum

"dan ini anaknya"bisik ayah pada telingaku.

"Raone"pria itu pun mengulurkan tangannya, Tangannya hangat.

"Calista"

"oyah Calis, mulai besok kau sudah boleh pergi sekolah. Rubert sudah menemukan sekolah disekitar sini"

"oyah? Baiklah kalau begitu aku pergi naik apa? "

secara mobil yang ayah bawa hanya 1, dan tidak mungkin ayah akan mengantarku kesekolah. Aku tidak mau disamakan lagi dengan anak kecil.

"semantara kau ikut dengan Raone di motornya. Nanti ayah carikan mobil yang cocok untukmu"

"baiklah ayah. Mmm~ kalau begitu aku mau merapihkan kamarku dulu"

Aku sengaja buru-buru masuk kamar, karena Raone terus menatapku dan itu membuatku salah tingkah.

Aku mulai merapihkan kamar baruku dan menghiasnya. Biru tosca adalah Warna favoritku, sehingga hampir semua barangku penuh dengan warna itu.

Pagi itu aku sengaja bangun lebih awal, dan langsung membuat sarapan untukku dan ayah. Aku sangat tidak sabar dengan teman sekolah baruku, Kuharap mereka menyenangkan.

Beberapa menit kemudian, aku sudah siap dengan balutan jeans dan kaos lengan panjang. Kulihat Raone sudah ada di depan rumahku.

"Hai Calis, selamat pagi. Bagaimana tidurmu? "

"ohh~ Hai Raone. Tidurku nyenyak sekali"

"kuharap kau akan suka dengan sekolah itu, walaupun sedikit aneh! "

"aneh? Apanya yang aneh? "

"hahaha~ sudah lupakan saja, aku hanya asal bicara"

Sebenarnya baru pertama kali ini aku naik motor dengan lawan jenis.

Memang cukup jauh sekolahnya, tapi karena Raone mengajakku bicara saat perjalanan. Akhirnya aku pun sampai di sekolah ini.

Kulihat banyak orang yang menatapku, memang wajar karena aku murid baru disini.

"Calis, sayang sekali ruangan kita berbeda. tapi kalau kau mau main ke kelasku, kau cari saja kelas Avengers"

Avengers, baru kudengar nama kelas yang unik seperti itu. "oh baiklah"

Dengan ragu aku memasuki kelas yang ditunjukan Raone, dan aku sudah melihat rekasi pertama mereka. Mereka antusias menyambutku, membuatku malu harus bagaimana.

"hai kenalkan aku Calista Hill Eldora pindahan daru New York, kalian bisa memanggilku Calista"

Sekali lagi mereka langsung antusias, ini pertama kalinya aku masuk sekolah disambut layaknya orang terkenal.

Saat aku berjalan menuju bangku pun mereka tidak lepas pandang padaku.

"Hai Calis, kenalkan aku Emma Rosemary. Tapi ya anak-anak lain sering memanggilku Mary, ya kau bisa panggil aku Mary"bisiknya sambil mengulurkan tangan.

"hai salam kenal"aku pun membalas uluran tangannya.

Menjelang istirahat awalnya aku mau mengunjungi kelas Raone, tapi aku tidak bisa menolak ajakan mary untuk makan siang.

"Hei Calis"

"Raone"aku pun terkejut saat tahu Raone ada di sampingku.

"bagimana perkenalan tadi, apa kau menyukainya?"

"sangat suka, mereka menyambutku dengan hangat. Bagaimana kau tahu? "

"ya begitulah, maka dari itu aku sangat suka dengan sekolah ini"

"apa mereka memang selalu begitu pada anak baru? "

"tergantung, mereka akan ceria kalau melihat anak baru itu juga ceria. Dan sebaliknya"

"ahh begitu"

"Calis? "panggil Mary yang mungkin sudah menunggu dari tadi.

"oh ya, Raone kau mau ikut gabung denganku? "

"ya tentu saja"

Entah kenapa tatapan Raone sangat tajam. Dan aku baru sadar bukan hanya Raone tapi teman-temannya pun sama.

"Hai kau Calista, si anak baru itukan? "seorang pria berwajah putih yang mungkin lebih putih dariku, ia pun duduk dihadapanku.

Aku bisa melihat Raone memalingkan wajahnya saat pria itu datang, entah apa yang ia pikirkan.

"kenalkan aku Peter Vamrutter, kelas excellent "

Aku membalas uluran tangannya. rasanya dingin seperti es, atau hanya perasaanku saja. Dipikir-pikir kenapa matanya berwarna ungu kemerahan ya, atau ia memakai lensa kontak.

"hei apa kau memandangku, aku tampan kan"

Peter membuyarkan lamunanku, aku baru sadar kalau aku barusan baru saja menatapnya.

"ahh tidak! "

"kau berteman dengannya? "tanyanya sambil melirik Raone.

"ya, dia teman dari ayahku"

"ohh~ yasudah bye sampai nanti"

Ia pun pergi begitu saja. Orang yang aneh, tapi ia tampan juga.

Saat pulang sekolah, Raone sudah menungguku di luar kelas. Awal hariku sangat menyenangkan. Entah kenapa juga nama setiap kelas disini sangat unik. hampir semua anak excellent berkulit pucat. dan Mary bilang kelas mereka dibagi menjadi kelas pagi dan kelas sore.

"Hei Calis, kau mau langsung pulang atau main dulu? "

"emm~ kita pulang saja, aku masih harus merapihkan sebagian barang-barangku"

"baiklah"

Raone memakaikan helm padaku. Disudut jalan kulihat Peter seolah ia sedang mengawasiku, atau aku hanya kegeeran saja.

....

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience