p r o l o g

Romance Series 1025

Author's POV

"MAH, KAKAK LAGI CHATTINGAN SAMA PACARNYA!"

Suara teriakan seorang pemuda yang terdengar sangat kencang membuat Bianca terperanjat kaget dan hampir saja menjatuhkan ponselnya ke lantai dingin rumah.

"Rese' banget sih, lo!" ucap Bianca kesal pada sang adik yang tiba-tiba saja berteriak tepat di samping telinganya.

Ashton hanya tersenyum geli dan berlari menjauh dari Bianca saat melihat ekspresi kesal kakaknya, yang sekarang sudah merubah posisi tiduran di atas sofa ruang tengah menjadi duduk dengan bantal berukuran sedang di atas paha.

Sang ibu yang baru saja pulang dari supermarket karena harus berbelanja bulanan, cuman menggelengkan kepala melihat tingkah laku kedua anaknya yang sudah seperti kucing dan tikus. Ashton memiliki sifat yang senang menggoda orang lain, apalagi jika itu berhubungan dengan sang kakak.

Menurut Ashton, Bianca adalah manusia yang tidak pernah bisa marah jika sedang digoda. Paling mentok gadis cantik itu hanya melemparnya dengan kata-kata kasar, benda asing yang ada disekitarnya lalu berlari mengejar Ashton keliling rumah.

"Seneng banget sih, kayanya. Lo mau diajak dinner sama mas pacar ya? Hahaha," tawa Ashton menggelegar hingga wajah tampannya reflek ditimpuk bantal sofa oleh sang kakak.

Bianca memutar matanya malas. "Bacot! Sok tahu banget, gue ga punya pacar!"

"Hahaha, ah masa' sih?"

Tidak tahan dengan godaan Ashton, Bianca kini berdiri dan berjalan kearah adiknya lalu memperlihat layar ponsel miliknya dihadapan wajah Ashton untuk memperjelas hal apa yang membuat gadis cantik itu senyum-senyum sendiri barusan.

"ANJIR!" suara teriakan melengking Ashton kini terdengar, sampai membuat sang ibu memukul pundaknya. Anak kedua keluarga Spencer itu lantas menutup mulut dan membelalakan mata.

"Mulutnya kaya ga pernah diajar ya kamu!" ucap Liora pada anak keduanya sembari menaruh sayuran-sayuran segar di dalam kulkas lalu pergi ke halaman belakang untuk menyiram tanaman.

Seolah tidak mendengarkan ucapan mamanya, Ashton yang kini membelalak tidak percaya dengan apa yang dibacanya barusan melalui ponsel Bianca, menganga lebar dan hampir saja mau pingsan.

"Itu seriusan kak?" tanya Ashton memastikan. Bianca mengangguk santai.

"Kok bisa?" tanya pemuda itu lagi.

"Gue iseng-iseng apply tiga hari yang lalu, eh tau-taunya dapet panggilan kaya gini. Gajinya lumayan sih, bisa buat nanggung makan kita bertiga."

"Gue ga peduli soal gaji lo, yang gue peduliin objek yang bakal lo foto njir,"

Dahi Bianca lantas mengerut heran. "Memangnya kenapa sama objeknya?"

Ashton gemas dengan sang kakak yang sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dia maksud, menjitak pelan dahi Bianca. Ashton sungguh tidak percaya, kakaknya akan seberuntung ini dalam hal pekerjaan.

"Lo jangan bego gitu dong kak," ucap Ashton mencoba untuk tidak berteriak kencang dihadapan wajah Bianca.

"Apaan sih? Gue ga paham."

"Lo bakalan jadi fotografer New Hope Club bego! Dan lo cuman santai kaya gini doang? Astaga Bianca."

Bianca mengedipkan matanya dua kali. Bukannya ingin berpura-pura bodoh atau apa, tapi kenyataannya Bianca memang tidak tahu apa yang sedang dibicarakan Ashton yang kelihatannya begitu excited.

"New Hope Club masa lo gatau mereka?"

Bianca menggeleng, Ashton menghembuskan napasnya kasar mencoba untuk menormalkan jantung dan mengurungkan niatannya agar tidak mencakar wajah cantik kakaknya yang sungguh polos ini.

"New Hope Club bukannya brand baju ya, Ash?" tanya Bianca.

"Brand baju pala lo meledak! Mereka itu musisi terkenal. Ah payah, ngomong sama orang yang jiwanya masih tinggal di tahun 70an."

"Kalo mereka terkenal, kok gue ga pernah denger nama bandnya?"

Kini giliran Ashton yang memutar mata malas. Jika Bianca bukan kakaknya, sudah dari tadi gadis dengan surai hitam legam tersebut Ashton ceburkan ke dalam kolam renang milik bu Susan, janda kembang terkaya di komplek perumahan mereka yang mempunyai kolam renang di halaman belakang rumahnya.

"Ya, karna lo cuman dengerin lagu-lagu orang tua mulu!"

"Jangan ngejek selera musik gue. Gue juga senang sama lagu-lagu jaman sekarang!"

"Aduh, itu ga penting banget buat didebatin. Yang terpenting itu adalah lo harus nyiapin baju serapi dan sekeren mungkin karna lo bakalan ketemu sama mereka bertiga."

"Lebay banget lo, Ash. Interviewnya masih lusa, udah ga usah dipikirin. Lagian kata HRD-nya pake aja pakaian non-formal jadi gue ga perlu khawatir buat nyiapin baju."

"Tapi lo bakalan jadi fotografer New Hope Club, kak! Masa lo sesantai ini, sih? Kalo gue jadi elo, udah jaman kapan gue guling-gulingan dari rumah pak RT sampe gerbang komplek."

Bianca terkekeh mendengar ucapan Nara yang terlampau berlebihan. "Lebay deh. Gue ini baru aja mau di interview, belom tentu juga keterima. Masih ada tahapan nunggu kepastian dari HRD."

"Gue seratus persen yakin lo bakalan di terima sama Manajer mereka. Secara lo itu fotografer hebat, siapa sih yang ga kenal Bianca Lucetta Spencer? Fotografer terkenal gitu loh, hehe."

Bianca hanya memutar malas mendengar ucapan Ashton tadi.

"Aminin ajalah gue mah, yang penting sekarang gue dapat kerjaan tetap dan bisa nabung buat biayain lo kuliah."

"Eh, kak. Kalau lo udah ketemu sama mereka bertiga, titipin salam buat Bailee Madison dari gue dong." ucap Ashton menggoyang-goyangkan lengan Bianca dan memberi tatapan puppy eyes.

Bianca mengerutkan dahi heran. "Seterkenal apa sih, mereka itu sampe buat lo kesengsem kaya begini?"

"Gue sih sama mereka biasa aja. Gue tuh ngefans sama cewenya Blake Richardson, yang namanya Bailee Madison. Btw, semua temen-temen cewe gue di sekolah pada seneng sama New Hope Club, lho. Gila, lo ga tahu mereka aneh sih,"

Bianca bukanlah seperti gadis lainnya yang selalu up to date dengan berita-berita sejenis itu. Karena kesibukannya dalam mencari uang, Bianca sudah jarang membuka sosial media. Paling sesekali hanya untuk mengunggah hasil karya bidikannya di Instagram. Maka dari itu gadis Spencer ini tidak tahu menahu perihal yang dibicarakan oleh Ashton Spencer.

"Apaan banget dah, ga jelas lo ah."

Bianca kemudian melepaskan dirinya yang sedang digamit oleh sang adik dan berjalan ke arah kulkas lalu mengambil sebotol air mineral dari dalam sana.

"Kalo lo ga percaya sama semua omongan gue, lo bisa google sendiri. Gue mau jelasin tapi males, otak lo kan cuman separoh doang."

"Iya yang jenius. Permisi bang jago~" sindir Bianca sarkastik.

Ashton tertawa. "Gue emang pinter dari lahir,"

"Tapi, gue penasaran banget deh Ash pengen ketemu sama New Hope Club. Soalnya gue bener-bener gatau kalau spesies kaya mereka ada bernapas di muka bumi ini."

"Spesies gigi lo nungging! Dikira hewan langkah kali,"

Bianca hanya terkekeh lalu memasukan satu buah biskuit Oreo yang ia ambil dari dalam kulkas ke dalam mulutnya. "Terserahlah." ucap Bianca menggidikan bahu tidak peduli.

"Lo pasti bakalan langsung jatuh cinta sama mereka, soalnya mereka itu kaya pangeran Disney gitu woy. Ya ampun, ga bisa gue bayangin kalo gue di posisi elo. Mungkin gue bakalan keburu pingsan,"

Ashton kemudian menyengir jahil memandang sang kakak yang kini mendengus sebal. Bianca menggelengkan kepalanya sebentar lalu ia bersedekap tangan didepan dadanya.

"Gue ga semudah itu jatuh cinta. Lagian ini soal kerjaan, ga boleh bawa perasaan. Lebay lo ah!"

"Halah! Palingan seminggu dua minggu kerja, lo bakalan suka sama salah satu dari mereka," prediksi Ashton. Bianca menggelengkan kepalanya lalu menegak kembali sebotol air putih tersebut sampai habis.

"Ga mungkin. Gue ga percaya jatuh cinta bakalan semudah itu, Ash. Ini dunia nyata, bukan dunia novel romantis yang sering lo baca di hape lo."

"Ck," sekarang Ash ikutan melipat kedua tangannya dan menatap lurus-lurus wajah Bianca. "Apa karena pengalaman buruk lo, dalam hal percintaan yang membuat lo ga mau buka hati lagi?"

Bianca langsung diam tidak bergeming.

"Ga semua cowok itu sama kaya mantan lo yang dulu, kak. Mau sampai kapan lo nutup hati terus? Sampai mama punya cucu?" Ashton memberi jeda pada kalimatnya, "Buka lembaran baru, mantan lo uda bahagia sedangkan lo masih aja ngarepin tuh cowok balik lagi. Mana mungkin!"

Bianca menghela napas perlahan lalu melangkah kedepan. "Iya Ash, iya." katanya mengacak puncak kepala Ashton, "Bisa banget mulutnya ngomongin soal cinta-cintaan. Kelarin dulu noh, sekolah lo." ucap Bianca tersenyum geli dan ia pun berlalu dari hadapan Ashton untuk kembali ke dalam kamarnya yang berada di lantai dua.

"Semangat kak! Semoga lo lolos interview dan bisa cepat punya pacar." teriak Ashton memberi semngat saat Bianca sudah berada di lantai atas.

Bianca tersenyum miring dan menggelengkan kepala sebentar saat mendengar kalimat sang adik yang terdengar sangat lucu.

"Pacar apaan? Yang gue butuhin sekarang cuman duit, duit dan duit." gumamnya pada diri sendiri lalu melenggang masuk ke dalam kamar dengan santai.

•••

To be continue ..

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience