SETELAH KEPERGIAN AYAH

Romance Series 33153

Hujan deras mengguyur kota KL, Kuala Lumpur. Hampir separuh dari penduduknya memilih untuk berdiam di dalam rumah. Namun, di tengah-tengah tanah pemakaman, Nampak seorang gadis duduk menangis di hadapan sebuah batu nisan. Ia mengenakan pakaian hitam, Nampak sekali bahwa pemakaman baru selesai dilaksanakan. Hujan yang deras tak membuatnya meninggalkan makam itu. Ia tetap duduk sambil terus menguraikan air mata. Dari arah belakang, datang seorang pria mengenakan setelan jas berwarna hitam membawa payung dan segera memayungi gadis itu. Sang gadis menengok kebelakang.

“Nona, ayo kita pulang!” ajak pria itu sambil menarik tangan sang gadis. (Percakapan bahasa Melayu)

Sang gadis menolak dan melepaskan tangan pria itu. Sepertinya kematian orang yang ada di makam itu sangat membuatnya terpukul. Hingga ia tak mau meninggalkan pemakaman. Sekali lagi sang pria berjas hitam mengajaknya. Ia bahkan ikut duduk di samping sang gadis. Namun, si gadis tak jua kunjung menuruti ajakannya.

“Hujannya sangat deras. Nona bisa sakit karena kedinginan. Ayo kita pulang!” ujar si pria.

“Aku harus pulang kemana, Yang Jie? Papa sudah tidak ada,” ujar sang gadis di susul tangisnya yang tambah keras.

Sang pria yang disapa Yang Jie itu ikut bersedih. “Kita harus pulang ke rumah, Nona,” ucapnya.

“Aku tidak punya keberanian untuk pulang ke rumah itu,” kata sang gadis.

“Saya akan selalu menemani dan membantu Nona. Sesuai dengan janji saya pada tuan besar,” ujar Yang Jie.

Sang pria pun mengajak kembali Nona muda itu untuk pulang. Gadis itu menyetujuinya dan ikut pulang bersama Yang Jie. Yang Jie mempersilahkan sang Nona untuk masuk ke mobil. Ia lalu mengambil selembar handuk kecil dan memberikannya pada gadis itu. Kemudian ia segera menyetir mobil meninggalkan area pemakaman.

Gadis tersebut bernama Regane Felicya Lin atau Lin Xiao Fang, nona muda dari keluarga Regane. Keluarga Regane merupakan salah satu keluarga terkaya di Malaysia. Ayahnya, Datuk Regane Julius adalah salah satu pengusaha dan juga politikus berpengaruh di Malaysia. Felya, mempunyai ibu seorang Chinese bermarga Lin dan tinggal di Shanghai.

“Yang Jie, apakah Abang tiri dan Mak tiri aku akan mengizinkanku tinggal di rumah?” tanya Felya yang duduk di sebelah Yang Jie.

“Nyonya besar dan tuan muda seharusnya tidak akan berani mengusir Nona muda. Nona muda adalah satu-satunya pewaris sah dari Regane Group,” jawab Yang Jie yang fokus menyetir kendaraan.

Mobil mereka sampai di depan gerbang rumah Felya. Rumah mewah nan megah bergaya Eropa klasik. Yang Jie membunyikan klakson agar security membuka pintu gerbang untuk mereka. Tetapi, security tak kunjung membuka gerbang untuk mereka. Yang Jie pun turun dari mobil dan memeriksa pos keamanan ruman Felya. Rupanya sang security sedang tertidur. Yang Jie memukul meja dengan keras. Sontak sang security sadar dan hendak meninju Yang Jie. Namun berhasil ditangkis oleh Yang Jie.

“Aaahhh… Lepas… lepas,” jeritnya karena Yang Jie memutar lengannya.

“Kenapa seorang security bisa tertidur di jam seperti ini? Bagaimana kalau ada yang menerobos kediaman Regane?” ucap Yang Jie, bertanya.

“Maaf… saya mengantuk sangat.” Security itu meminta maaf dan meminta Yang Jie melepaskan tangannya. Yang Jie pun melepaskannya.

“Cepat buka pintu. Nona Felya ingin istirahat,” perintah Yang Jie dengan tegas.

“Maaf. Tapi nyonya memerintahkan untuk tidak membuka pintu untuk siapapun,” ujar sang security dengan takut.

“Itu Nona Felya, putri tuan besar Regane. Dia ingin beristirahat,” ucap Yang Jie.

“Tapi…”

Yang Jie menatap tajam security itu hingga bulu kuduknya merinding. Mau tak mau pun ia terpaksa membuka pintu untuk Felya. Yang Jie kembali ke mobil dan setelah pintu terbuka, ia menyetir mobil memasuki halaman kediaman Regane Family. Ia berhenti tepat di depan pintu rumah. Ia lebih dahulu turun dan membuka pintu mobil untuk Felya.

“Maaf, Nona Felya dan Tuan Yang Jie tidak diperbolehkan memasuki rumah ini,” cegat seorang penjaga rumah yang berdiri di depan pintu.

“Mengapa?” Tanya Felya merasa aneh karena dilarang memasuki rumahnya sendiri.

“Ini perintah Nyonya besar,” jawab penjaga rumah.

“Tapi ini rumahku. Aku putri kandung Regane Julius! Buka!” bentak Felya.

Penjaga itu tetap tak mau memberi celah sedikit pun untuk Felya dan Yang Jie memasuki rumah. Yang Jie pun mengeluarkan keahlian bela dirinya. Hingga akhirnya ia berhasil mengalahkan penjaga itu. Membuat penjaga itu berteriak kesakitan.

“Ada apa ini? Ribut sekali,” Tanya seseorang dari dalam, seraya berteriak. Orang itu tak lain adalah ibu tiri Felya.
“Oh… Anak manja sudah pulang rupanya. Tapi maaf, rumah ini sudah bukan rumahmu lagi. Jadi… silahkan pergi,” ucapnya dengan lembut namun membuat siapa saja yang mendengarnya akan merasa benci. Ia mengipas tangannya, memberi isyarat agar Felya pergi.

“Tapi Mak cik, ini rumah ayah saya. Saya berhak tinggal disini. Karena saya darah daging beliau,” bantah Felya dengan tegas.

“Huftt… dasar bocah.” Ia menepuk tangannya dua kali. Lalu muncullah seorang lelaki dari belakang membawa sebuah tas kerja. “Ini tuan Daniel, yang ditunjuk langsung sebagai kuasa hukum keluarga Regane. Dan juga yang dipercaya mengurus surat warisan ayahmu,” ujar ibu tirinya.

“Saya tidak percaya. Mana buktinya?” ucap Felya.

Lelaki itu mengeluarkan sebuah amplop coklat dari dalam tasnya dan memberikannya pada Felya. Tanpa aba-aba, Felya langsung mengambilnya. Amplop itu berisikan surat wasiat dari ayahnya. Dan betapa kagetnya Felya, namanya taka da dalam daftar ahli waris. Hal itu membuat Felya tak percaya.

“This is nonsense. Ayahku tidak mungkin mengecualikan aku dalam hal harta waris,” ujar Felya seraya melempar kertas itu.

“Disitu terdapat tanda tangan tuan besar. Dan sudah di sahkan oleh notaris,” ucap orang yang dikatakan sebagai kuasa hukum keluarganya.

“Ini pasti palsu. Ayah tidak mungkin memberikan harta warisannya pada orang munafik seperti kalian!” ucap Felya tak mau kalah.

“Dasar bocah kemarin sore… Sekarang juga kamu ambil semua barang-barangmu dan pergi dari sini. Saya tidak mau melihat wajahmu lagi.” Ibu tirinya mendorong Felya hingga Felya terjatuh ke lantai. Untung saja Yang Jie segera membantu Felya untuk berdiri kembali.

Ibu tiri Felya memanggil pembantu. Rupanya ia telah menyuruh pembantu untuk mengemasi barang-barang Felya. Ia melempar 3 buah koper berisikan barang-barang Felya dan hampir mengenainya. Tapi dengan sigap Yang Jie melindungi Felya dengan tubuhnya. Ibu tiri Felya hanya tertawa lalu ia bersama kuasa hukum itu masuk ke dalam rumah. Kedua penjaga pintu pun menutup pintu dan meminta Felya serta Yang Jie pergi.

Dengan berat hati, Felya meninggalkan rumahnya. Ia menengok sejenak menatap rumah itu. Kenangan-kenangan masa kecilnya bersama ayahnya mulai teringat kembali. Felya menghapus air matanya yang jatuh lalu segera masuk ke mobil dan meninggalkan rumah penuh kenangan itu.

***

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience