Episode 10 Selesai: Cowok Itu Hanya Manusia Lemah Jika Dihadapkan Dengan Godaan Wanita!

Fantasy Completed 1199

Binar tak ingin bertemu lagi dengan pria itu. Binar tak ingin menganggu kehidupan rumah tangga malaikat penolongnya itu.

Binar cukup tahu diri, kejadian di malam penuh badai itu, bukan murni kesalahan Aiman saja.

Binar juga ikut andil dalam kekhilafan di malam itu. Binar terlalu terbuai dalam kehangatan yang Aiman ciptakan di malam penuh badai yang dingin itu.

Andai Binar menolak dan melakukan perlawanan, pasti hal ini semua tidak akan pernah terjadi.

Baru saja Binar menjauh dua langkah dari ranjang, tungkainya kembali lemas.

Dia memegang kepalanya yang agak pening.

Segera Syeira menahan lengan Binar, takut dia terjatuh lagi.

"Kamu mau ke mana?" Syeira berucap cemas.

"Kondisi kamu belum memungkinkan untuk pergi jauh lagi dari sini?"

"Emang kamu punya tempat tinggal?" Pertanyaan Syeira hanya ditanggapi bulir-bulir bening yang berjatuhan deras dari mata Binar.

Bagaimana harus menjelaskan pada Syeira, bahwa dia tidak mau tinggal di rumah ini sebab suaminya.

Binar tidak mau sampai Syeira mengetahui kelakukan Aiman pada dirinya, terlebih lagi ketika mendengar Syeira begitu mempercayai suaminya itu.

"Kamu benaran takut sama Mas Aiman?" Syeira bertanya.

"Kamu tenang saja, aku yang akan memastikan kalau Mas Aiman nggak akan berani kurang ajar padamu."

"Jangankan kurang ajar, aku nggak akan biarin Mas Aiman dekat-dekat denganmu," ucap Syeira sambil mengusap punggung Binar.

Begitu naif pikiran wanita itu. Membuat hati Binar serasa tertampar.

Dia sudah mengkhianati kebaikan wanita penolongnya itu dengan tidur bersama suaminya.

Dalam hati Binar menjeritkan kata 'maaf' yang sebesar-besarnya pada Syeira.

"Kenapa kamu begitu baik padaku?" tanya Binar di sela isak tangis.

Syeira tersenyum sebelum menjawab,

"kata almarhumah nenekku, berbuat baiklah selalu."

"Dengan meringankan beban orang lain, maka Tuhan akan membantu meringankan bebanmu juga nanti." Senyum yang diperlihatkan Syeira di wajahnya yang sejuk.

Seolah-olah sebilah senjata tajam yang menikam hati Binar. Perasaan bersalah makin menggerogoti hatinya.

Dia tak berani menatap Syeira, takut kekhilafannya ketahuan. Dia tidak ingin dilabeli sebagai manusia yang tak tahu diri, yang tak pandai membalas jasa orang lain.

"Sebenarnya, aku dan suamiku sudah menikah selama lima tahun."

"Tapi, kami belum juga dikaruniai anak."

"Siapa tau saja, jika aku membantu seorang wanita hamil."

"Tuhan juga akan segera membantu masalahku dengan menitipkan buah hati pada kami," lanjut Syeira berucap.

Binar tergugu mendengar ucapan Syeira. Makin kencang pula tangisannya.

'Aku janji tidak akan pernah menjadi perusak hubungan kalian.'

'Aku janji tidak akan pernah meminta tanggung jawab pada suamimu.'

'Aku janji akan menyimpan rapat-rapat kejadian malam itu," batinnya.

Siang harinya, rumah bergaya Eropa itu kedatangan tamu wanita sosialita.

Dengan dress hitam di bawah lutut, serta rambut poni sebahu agak pirang, wanita yang harusnya sudah dilabeli lansia itu tampak kelihatan awet muda dengan dandanannya yang begitu mencolok.

Susan Adela, begitu nama wanita tersebut. Dia ibu dari Syeira.

Saat ini, Binar sedang mengepel lantai di ruang tengah. Setelah bersiteru dengan pikirannya sendiri antara pergi dan tetap tinggal di rumah itu, Binar akhirnya memutuskan agar tetap tinggal.

Dia akan berusaha menghindari majikan prianya itu. Sama seperti Aiman yang berusaha menimbun memori di malam panas itu.

Binar pun akan mencoba melupakan hal tersebut. Dia butuh tempat tinggal, dan dia tidak ingin menyakiti perasaan Syeira dengan memberitahukan kekhilafan antara dirinya dan suami wanita tersebut.

"Ahk!"

Binar terperanjat dari melamun ketika mendengar jeritan wanita di dekatnya, sekitar 5 meter dari tempatnya berdiri.

Diakibatkan pikirannya yang melanglang buana, Binar sedikit lalai kerjanya.

Sontak wajah Binar memucat, cemas.

"Maaf, maaf, Bu. Saya bantu berd---"

"Gobloook! Dasar wanita bodoh!" Susan langsung menepis kasar tangan Binar yang hendak membantunya berdiri.

"Aaa... pinggulku!" ringis wanita itu.

Syeira yang mendengar suara jeritan ibunya langsung turun dari lantai atas, menghampiri sang ibu yang masih terduduk di lantai.

"Astaga... Mami kenapa?" Dibantunya berdiri.

"Gobloook! Semuanya gara-gara wanita goblok itu!" Bibir kemerahannya mencebik jengkel.

Syeira memandang Binar yang tertunduk, sesekali dia mendongak, menatap ketakutan.

"Kenapa kamu memperkerjakan ART yang nggak becus kerjanya begitu."

"Liat nih, dress mahal Mami basah!" Susan belum juga hilang amarahnya.

Sakit pada pinggulnya tak seberapa, tetapi kesal karena dress-nya basah, itu yang membuat wanita tersebut masih uring-uringan.

"Maafin, Binar yah, Mi. Dia pasti lebih berhati-hati lagi nantinya," ucap Syeira lembut, memperbaiki emosi ibunya.

"Binar, lebih baik kamu sekarang ke belakang saja, yah. Buatin ibuku minuman."

"Baik, Kak." Binar menyahut pelan.

"Heh, gobloook! Kamu bilang apa barusan? Kamu nyebut anak saya 'kak'?" Susan mendekati Binar yang terusan menunduk.

"Dia itu majikanmu, dan kamu hanya pembantu di sini, pem-ban-tu!" tekannya di akhir kalimat,

"Panggil dia dengan sebutan 'nyonya'. Paham!"

Binar terlonjak kaget ketika Susan membentak tepat di telinganya.

Mata wanita berparas ayu itu langsung berkaca-kaca.

"Sudahlah, Mi. Jangan sekasar itu dengan---"

"Aa, Goblok! Mau sampai kapan Mami bilang sama kamu, Syer, jangan terlalu baik sama orang, nanti kamu bisa dibodoh-bodohin sama orang lain!"

Syeira tak ingin berdebat dengan sang ibu, dia memilih mengalah seperti biasanya.

Dia memberi kode ke Binar agar pergi ke belakang saja, Binar pun paham dan berlari ke dapur.

Di balik lemari pendingin, tubuh Binar merosot. Menangis terisak-isak, meratapi nasib yang sedang mempermainkannya.

"Siapa wanita muda tadi? Mami baru melihatnya."

Di halaman depan, kedua ibu dan putri itu duduk di atas gazebo.

Syeira menarik tubuh ibunya ke taman, berharap emosi ibunya segera membaik.

"Nama dia Binar, Mi. Dia baru masuk kerja kemarin."

"Dari agensi mana?"

"Emm, sebenarnya Syeira...."

Tatapan Susan menajam saat Syeira mengigit bibir, dia tahu betul putrinya itu sedang ingin menyembunyikan sesuatu.

"Jujur sama Mami, Syeira!" tandasnya.

"Sebenarnya, Syeira bertemu sama Binar saat berbelanja."

"Syeira kecopetan dan Binar-lah yang nyelamatin tasku."

"Dia sampe cedera waktu itu, saat aku bawa dia ke rumah sakit..."

"Dokter mengatakan bahwa dia sedang hamil dan kekurangan nutrisi akibat terlunta-lunta di jalanan."

"Makanya, aku bawa kemari buat ngasi dia pekerjaan."

"Kasihan Syeira sama dia, Mi."

"Emang, keluarganya di mana?"

"Emm, dia diusir dari rumah sebab hamil di luar nikah...."

"Goblooookk!" pekik Susan sambil menekan pelipisnya.

"Kenapa kamu sampai nampung wanita gatel seperti itu, Syeira?"

"Mami ngomong apa, sih? Nggak baik berprasangka buruk seperti itu sama orang."

"Prasangka buruk apanya? Buktinya, dia sampai hamil di luar nikah."

"Pasti itu cewek nggak bener. Pasti dia bukan cewek baik-baik."

"Pokoknya, kamu harus segera usir dari rumah ini, sebelum dia gatel sama suamimu!" Susan mengomel dalam kecepatan kilat.

Syeira mengelus dada mendengar deretan kalimat yang meluncur dari bibir tipis ibunya.

"Itu nggak akan mungkin terjadi, Mi. Aku percaya penuh Mas Aiman mencintaiku sebesar aku mencintainya."

"Lagi pula, Binar kelihatannya cewek baik-baik."

"Halah, yang kelihatan polos di luar itu, belum tentu juga di dalamnya baik."

"Bisa saja dia memanfaatkan wajahnya yang lumayan cantik itu, berpura-pura bertingkah polos di depan suamimu dan merayunya. Ingat Syer,"

"Cowok itu hanya manusia lemah jika di hadapkan dengan godaan wanita!"

"Sudah cukup, Mi! Aku nggak mau dengar Mami menghina suamiku lagi."

"Aku percaya penuh sama Mas Aiman, dia nggak mungkin mengkhianatiku!" tandas Syeira kesal.

"Ya sudah, kamu bisa tak mau mendengar apa omongan Mami hari ini."

"Tapi suatu hari nanti, kamu akan menyesal atas perbuatanmu dan sudah terlalu mempercayai suamimu itu!" Teriak Susan dengan tidak puas hati.

Selesai makasih semuanya...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience