Mama Kecewa Dengan Papa

Mature Content Series 1795

Mama Kecewa Dengan Papa

Mama sudah benar benar hafal suara tukang sayur keliling langganannya. Mama segera keluar dari rumah menuju ke tepi jalan di depan rumah, tempat mangkal gerobak sayur Pakde Harno.

Tapi Mama tdk bisa meninggalkan kebiasaan buruknya. Keluar tanpa memakai BH di balik dasternya yg berbahan lembut dan tipis.

Masih lumayan kalau toket Mama saya itu masih bulat dan kencang. Memang montok sih toket Mama saya. Saya pernah ikut mama membeli BH.

Mama membeli BH berukuran 38B. Tapi toket Mama yang besar itu sudah menggantung. Entahlah, apa penis tua Pakde Harno masih bisa berdiri tidak melihat toket Mama saya.

Tante Rida depan rumah kami juga jarang memakai BH. Tp kalau keluar dari rumahnya membeli sayur, Tante Rida lebih sopan. la memakai handuk buat menutupi toketnya.

Selesai membeli sayur, Mama, Tante Rida dan Bu Haji Asnah lalu ngobrol sambil berdiri di tepi jalan. Ketiga perempuan tersebut berusia sebaya dan mereka bukan membicarakan masak apa hari ini, tetapi masalah sex.

"Suamiku mana mau gaya macem-macem?" kata Mama.

"Kalau begitu, Ibu yg harus lebih aktif," sahut Bu Haji.

"Hehehehehe... bolehlah cerita sama kita-kita, gaya apa aja yg sdh pernah Bu Haji lakukan? Mana yg paling nikmat?" sambung Tante Rida.

"Kalau suamiku paling suka kalau saya yg di atas. Mantap, katanya! Tapi saya sukanya sih gaya nungging, lebih nikmat. Lebih cepat orgasme."

"Apa pula itu orgasme, Bu Haji?" tanya Tante Rida. "Sudah nikah berapa lama sih Ibu? Masa orgasme saja ngga tau? Belum pernah ngerasain orgasme, ya?" kata Bu Haji agak sewot.

"Termasuk saya, Bu Haji!" sambung Mama.

"Saya pengennya lama mainya biar bisa pegang sana pegang sini dulu, tapi bapaknya anak-anak maunya cepat-cepat selesai biar ia bisa cepat tidur."

"Ngajak suami kalian nonton film bokep!" kata Bu Haji.

"Bu Haji ada?" tanya Mama.

"Boleh dong pinjam!"

"Nggak berani saya, Bu Siti. Suruh Toni saja ngambil di internet..." jawab Bu Haji.

Ketiganya bubar karena Oom Hombing memanggil Tante Rida pulang. Mama masuk ke rumah membawa sayur yg dibelinya di gerobak Pakde Harno. Saya memeluk Mama dari belakang.

"Ayo, tadi Mama ngomongin apa di luar sana dgn Tante Rida dan Bu Haji?" kata saya.

"Tante Rida cerita Boby mau sekolah di Jepang tahun depan.."

"Allaaaaaahhhhh, ngomong soal sex juga!"

"Awas lho, apa yang sudah kamu dengar tadi, jangan kamu tanyakan sama Papa kamu, ya?"

"Iya. Apa benar cerita Mama tadi soal Papa?"

Mama menarik napas panjang.

"li..iyaa... Mama taroh sayur dulu di dapur..." ucap Mama tersendat.

Saya melepaskan pelukan saya membiarkan Mama melangkah dgn telanjang kaki ke dapur.

Ada rasa kasihan dan juga terangsang ingin memuaskan birahi Mama yg telah diabaikan oleh Papa. Saya melangkah ke dapur. Mama sedang duduk mengupas wortel di meja makan.

"Badan Mama jadi lemes, Ton. Taunya Mama nggak mau ngomong..." kata Mama.

"Karena kedengaran sama Toni?"

"Ngga... bukan! Mama jengkel sama Papamu.."

"Oo... Mama pengen dibelai?" saya memeluk Mama dari belakang. Sengaja tangan saya memeluk kedua toketnya.

"Ayo, tempat mana yg mau dibelai, biar Toni yg belai?" kata saya mencium pipinya.

Mama tidak menyingkirkan tangan saya.

"Nggak usah nonton film bokep, kita langsung praktek saja, Ma!"

"Akhh, masa kamu pengen ngesex sama Mama sih? Yg nggak-nggak saja deh, kamu!"

"Mama mau bertahan begitu sampai kapan?"

"Iya, sih...! Toket Mama jangan dijepit begitu, Mama nggak bisa napas!" kata Mama.

Saya tidak segera menyingkirkan kedua tangan saya. Saya angkat dari bawah kedua toket Mama dgn telapak tangan saya.

"Dulu kamu netek cuma sebentar. Nggak sampai enam bulan.." ujar Mama masih mengupas wortel.

Saya mencium leher Mama. Mama mencondongkan kepalanya ke kiri seolah-olah memberikan saya keleluasaan untuk terus mencium lehernya.

Saya mencium belakang telinganya dan tak segan-segan pula kedua telapak tangan saya mulai meremas toketnya yg terbungkus kain daster.

"Suka ya, Ma?"

Mama tidak menjawab. Saya melumati lehernya, kemudian kembali lagi mencium belakang telinganya dan remasan tangan saya pada toketnya juga kian gencar. Napas Mama sepertinya sudah tidak teratur.

Tangannya yg lagi mengupas kulit wortelpun kian melambat. Kemudian kedua tangan Mama - tangan kanannya masih memegang pisau - mendekap ke tangan saya, sementara kepalanya mendongak seperti berbaring di bahu saya.

Saya menyingkirkan pisaunya, lalu mencoba mengecup bibirnya. Mama tidak menolak, lalu jari jemari saya menggesek-gesek puncak pentil toketnya.

"Ooo... Toni, bawa Mama ke tempat tidur..." desah Mama sambil memejamkan mata.

Saya tidak mau menunggu lagi. Saya membawa Mama ke kamar tidur. Supaya tidak mengotori tempat tidurnya dgn seks, saya membawa Mama ke kamar tidur saya.

Mama segera berbaring tak peduli lagi paha dan CDnya kelihatan. Celana dlm Mama agak dekil. Saya mencoba menaikkan lebih ke atas lagi dasternya biar seluruh paha dan CDnya kelihatan.

Mama tidak menarik turun dasternya, lalu telapak tangan saya mengelus paha Mama.

"Mama mau tidur?" tanya saya.

"Kamu memang bisa mau meniduri Mama, Ton?" "Belum sih, Ma. Toni sedih melihat Mama.

Jadi Toni mau berbuat apa saja untuk membahagikan Mama," kata saya menggombal.

"Usap punggung Mama, Ton! Mama lepaskan daster, ya?"

"Oo... yaa.. yaa... Ma!" jawab saya cepat.

Mama bangun dari tempat tidur menanggalkan dasternya. Kini toket Mama jadi telanjang. Mama berbaring telungkup. Telapak tangan saya mengelus punggung Mama yg polos.

"Hhmmm... nikmat sekali, Ton..."

Saya meremas pelan kedua tonjolan pantat Mama, lalu balik mengelus punggungnya. Sejenak saya berhenti, melepaskan kaos saya dan celana pendek saya.

Sekarang saya tinggal menunggu sinyal dari Mama. Saya remas-remas lagi tonjolan pantatnya dan mengusap-usap lembut kedua pahanya.

Mama berbaring sangat tenang dan nyaman. Mungkin ia seperti di surga barangkali. Saya naik menindihnya biar ia tahu saya hanya memakai celana dlm saja.

"Berat Tonn... badan kamu..." Mama menggelinjang berusaha terlentang.

Setelah ia terlentang, saya menindihnya kembali dan mencium bibirnya. Oo... lidah Mama mulai bergerak-gerak. Saya kemudian memutar-mutar lidah saya ke lidahnya.

Napas Mama terasa tersengal-sengal apalagi ketika telapak tangan saya kembali meremas toketnya. Tak ayal lagi membuat bibir Mama menyedot-nyedot bibir saya.

Saya menyusupkan telapak tangan saya masuk ke balik CDnya. Tersentuh oleh ujung jari saya bulu kemaluannya.

Mama tidak menahan laju tangan saya hingga tangan saya bisa memegangi semua bulu kemaluannya yg lebat dan menyentuh belahan meqinya.

Bukit berbulu itu saya turuni perlahan. Kedua kaki Mama menghentak saat jari saya meraba belahan meqinya yg hangat dan basah.

Setelah itu dengan mudah saya melepaskan celana dalam Mama. Mama saya bertelanjang bulat untuk pertama kalinya untuk saya, anak lelakinya yg berumur 20 tahun.

Saya tidam peduli lagi dosa apa tidak ketika saya membuka lebar kedua pahanya, lalu mencium bulu meqinya yg bau asem. Belahan meqi Mama tampak terbuka. Kedua sisi bibirnya menonjol keluar.

Bibir saya menyeruput bibir meqi Mama. Mama menjerit.

"Ooogghhh... Toni!"

Saya menyedot lubangnya yg bau amis. Lendir bening meleleh. Saya jilat kelentitnya.

"Toninn... ooohhhh... ssshhhh... oooo... " rintih Mama.

Saya gigit-gigit kecil klitorisnya.

"oooggghhhhh... Mama mau kencing nih, Wiinnn...." seru Mama.

"Kencing saja di mulut Toni, Ma!" jawab saya menjilat lagi meqi Mama.

Tangan Mama mencengkram kuat rambut saya. Mama tegang sekali dan meqinya juga sudah tampak mekar minta dimasuki penis. Saya tarik lepas celana dalam saya dan segera menindih tubuh telanjang Mama.

Saya yang menuntun penis saya ke liang meqi Mama. Saya menyumbat kepala penis saya di lubangnya.

Setelah sempurna, saya menekan pantat saya ke depan. Blesss.... penis saya yg berukuran kurang lebih 15 senti berdiameter 3 senti itu langsung tenggelam di dalam meqi Mama saya yg licin. Saya sengaja menekannya dalam-dalam merasakan denyutan dinding meqinya.

"Nikmat nggak Ma, penis Toni?"

Mama tersenyum.

"Nikmat, sayang!"

"Kita bikin anak ya, Ma?"

Mama mencubit paha saya. Saya membalik tubuhnya. Mama meronta.

"Nggak mau ahh, Mama!"

Saya memaksa. Jadinya, Mama duduk juga di pangkal paha saya. Saya lalu menggoncang- goncang lubang meqinya dengan penis saya.

Toket Mama turun naik menambah sensasi kenikmatan pada diri saya. Lalu kedua tangan saya meremas toketnya. Mata Mama terpejam-pejam.

"Orgasme belum, Ma?"

"Mama malu aahhh...!" Mama menjatuhkan dadanya ke dada saya.

Kemudian saya membantu memaju-mundurkan pantatnya. Setelah beberapa menit, tumpahlah sperma saya di dalam megi Mama.

Crreett.... crreett... crreettt..

"Oooogghhhh.... nikmat sekali, Maaa..." rintih saya.

"Toni akan menikahi Mama menggantikan Papa, kalau diizinkan," kata saya kemudian.

Mama memeluk saya erat-erat sambil menangis. Saya menghapus air mata Mama, kemudian kami bangun mandi bersama-sama. Ketika Mama mau memakai daster tidak mau memakai BH, saya melarangnya.

"Ini sudah milik Toni, harus ditutup, Ma." kata saya. "Ya, suamiku yg cerewet!" jawab Mama.

Haa... haaa...

Mama sekarang banyak perubahan.Tidak murung, lebih segar dan ceria.,,,,,,,

TAMAT...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience